Jumat, 27 Juli 2012

Buku Pilihan Saat Ramadhan


Bedah Buku di Acara IBF (Islamic Book Fair)

Judul Buku           : Mencari Ketenangan di Tengah Kesibukan
Pengarang            : Mohammad Fauzil Adhim
Penerbit               : Pro-U-Media
Jumlah Halaman   : 341 Hal


Alhamdulillah bersyukur bertemu lagi di bulan suci yang penuh berkah ini, semoga kita semua diberi kesehatan, keimanan dan rezeki untuk melaksanakan ibadah-ibadah di bulan ini dan dapat menggapai derajat Taqwa, Aamiin.

Bulan Ramadhan biasanya saya memasang niat dan target mengenai kegiatan apa saja yang akan saya lakukan. Selain khatam Qur'an, menghafal surat di Al-Qur'an dengan metoda one day one ayat, perbanyak sedekah, dan mambaca buku agama. 
Buku yang saya pilih untuk saya baca pada saat Ramadhan ini judulnya Mencari Ketenangan di Tengah Kesibukan karangan Mohammad Fauzil Adhim. Buku ini saya beli pada bulan Maret pada saat Islamic Book Fair, dan mendapat tanda tangan penulisnya pula :)). Buku ini langsung saya baca pada saat saya beli dan tamat, tapi begitu banyak hikmah dan renungan yang saya dapat dari buku tersebut hingga saya sering mengulang membacanya. Semakin sering saya baca semakin saya sadar bahwa banyak yang harus dikoreksi dalam kehidupan beragama saya. Buku ini sarat makna beda dengan saya membaca novel yang biasanya sekali tamat buku tersebut menjadi penghuni rak buku yang tidak saya ulang lagi membacanya. 
Di Ramadhan ini saya membaca kembali buku tersebut, saya ingin sekali menulisnya tapi tidak bisa rasanya saya tulis langsung secara keseluruhan karena begitu banyak pelajaran berharga yang ingin saya tulis. Oleh karena itu saya ingin menulisnya dengan beberapa tulisan. Buku tersebut merupakan kumpulan tulisan, ada lima judul bagian umum yang terdiri dari beberapa sub judul tulisan. Saya akan coba mengikat makna dari beberapa tulisan yang ada dibuku tersebut bukan kesimpulan tapi makna, hikmah dan pelajaran yang saya ambil ketika membacanya. Semoga bermanfaat dan menjadi ilmu yang dapat kita gunakan terutama bagi saya.

Rabu, 25 Juli 2012

Sang Burung Biru (Perjalanan Inspiratif Blue Bird Group)

Judul Buku           : Sang Burung Biru (Perjalanan Inspiratif Blue Bird Group)
Pengarang            : Alberthiene Endah
Penerbit               : Gramedia
Jumlah Halaman   :  355 Hal

 "Sejarah perjuangan bukan sekidar kisah. Ia adalah energi abadi dan penjaga semangat. Jika tak ada rangkaian ketabahan dan kegigihan di masa sulit itu, belum tentu ada kesuksesan hari ini....."

Ingat Taxi, Ingat Blue Bird. Beberapa tahun yang lalu  dan mungkin sampai sekarang jika ingin naik taxi yang aman dan argo nya ga macam-macam Blue Bird adalah pilihan utama. Saya sendiri jika pergi sendirian dan naik taxi yang jaraknya jauh apalagi malam hari, memilih si biru walaupun harus nunggu lama. Saya hanya tau Blue Bird ketika taxi ini sudah jaya dan terkenal (soalnya saya lahir dan besar di daerah yang tidak ada taxi), apalagi pas liat di jalan mobilnya juga keren, bersih dan wangi.

Pada saat saya melihat buku mengenai perjalanan Blue Bird Group ini di toko buku langsung tertarik dan beli. Ada dua alasan membeli buku ini, yang pertama, karena penasaran bagaimana proses nya Blue Bird bisa eksis sekian lama. Alasan kedua melihat nama penulisnya.  Sebelumnya saya sudah beberapa baca buku mbak Alberthiene Endah (AE) baik novel maupun biografi, kalau soal novel udah ga perlu dibahas lagi, mbak AE jago nulis novel dengan tema yang menarik, tapi untuk biografi AE mempunyai tulisan yang khas, Biografi tidak ditulis dengan cara yang kaku seperti kita membaca buku sejarah, tapi biografi bisa ditulis layaknya novel, bahkan penuh drama, tentu saja bukan dibuat-buat, tapi kadang memang mengharukan jalan hidup seseorang. Jika sebelumnya biografi Chirsye dan Merry Riana yang saya baca selain mengharu biru tapi juga inspiratif.
Yang kita tau Blue Bird ini adalah usaha bisnis bukan personal, apakah cara bercerita AE masih sama atau kaku?. Bermula dari penasaran akhirnya saya bersuyukur, kenapa? karena..........*baca selanjutnya ya* :))))

Dari judulnya saja ada kata inspiratif. Berarti kisah Blue Bird ini benar-benar menginspiratif. Nama burung biru berasal dari sebuah kisah yang sangat disuka Bu Djoko pendiri Blue Bird. Kisah mengenai :
" Seorang gadis cilik yang miskin dan hidup dalam penderitaan,  Tapi tetap semangat dan optimis dalam menghadapi hari-harinya. Pada suatu hari gadis ini bermimpi agar mencari burung biru, yang konon dapat membawanya pada kehidupan yang aman dan bahagia. Si gadis cilik melakukan perintah itu tapi begitu banyak kesulitan dan godaan untuk membuatnya berhenti dan menyerah. Tapi ia tidak mengalah dan putus asa. Akhirnya ia menemukan juga burung biru itu dan membuat hidupnya cerah dan bahagia. Hilang segala perjalanan berat dan meletihkan tersebut"

Bu Djoko adalah seorang ibu rumah tangga dengan tiga orang anak. Suaminya seorang dosen dan memiliki jabatan terhormat. Walaupun keluarga pejabat hidup mereka sangat sederhana seperti layaknya seorang PNS lainnya. Maka ketika suaminya Prof Djokosoetono, SH meninggal, Bu Djoko tak ingin terus menangis, ada 3 anak yaitu Chandra, Mintarsih dan Purnomo yang harus tetap sekolah dan biaya hidup walaupun tinggal di lingkungan mewah menteng. Bisnis pertama yang dijalankan Bu Djoko adalah menjual kain batik yang dijual langsung door to door dengan dibantu anak-anaknya. Penjualan batik ini tidak berjalan mulus, tapi Bu Djoko pantang putus asa kemudian ia beralih berjualan telur tidak hanya secara eceran tapi juga agent. Bisnis ini berkembang sangat bagus sampai rumah mereka di menteng itu menjadi khas bau telur.
Ketika bisnis telur sudah berjalan mantap, Bu Djoko mempunyai ide baru, dua mobil sedan dari pemerintah hendak dimanfaatkan untuk dijadikan taxi. Disinilah awal perjuangan taksi biru dimulai.

Proses Blue Bird seperti saat ini prosesnya sangat panjang, butuh kerja keras, semangat, dan ketekunan. Semua itu dijalani Bu Djoko dengan anak-anaknya. Mereka tidak langsung kaya dengan memiliki bisnis taxi semua harus berpayah-payah dahulu. Zaman dahulu belum ada izin taxi resmi, adanya taxi gelap, tekhnologi juga belum secanggih sekarang. Tanpa pengalaman, dana dan tim ahli, Bu Djoko semangat menjalani usaha tersebut dengan prinsip kejujuran dan kepercayaan. Segala khawatir yang ada di hatinya disingkirkan dari pikirannya yang penting usaha ini jalan.

Membaca buku ini seperti mengikuti sebuah proses kehidupan. Tak ada yang tiba-tiba, segala proses jatuh bangun, kesulitan, kebahagiaan, konflik dan kesuksesan semua diceritakan di buku ini. Saat ini Blue Bird sudah dipegang oleh generasi ke tiga semoga semangat, prinsip dan cita-cita pendirinya tetap menjadi nafas dalam bisnis tersebut.


Sabtu, 14 Juli 2012

Chairul Tanjung (CT) Si Anak Singkong


Judul Buku           : Chairul Tanjung Si Anak Singkong

Pengarang            : Tjahja Gunawan Diredja

Penerbit               : Kompas

Jumlah Halaman   : 384

" Saya senang membaca, mungkin karena sering menemui perihnya kehidupan menjadikan saya serius memandang segala sesuatu dan lebih peka dibandingkan teman saya lainnya"

Saat membaca buku ini banyak yang membuat saya tercenung dan terkaget-kaget. Saya sendiri sebelum membaca buku ini hanya tau CT (Chairul Tanjung) sekilas, karena ia pengusaha yang punya bisnis pertelevisian, tempat permainan, hotel, dll. Saya pikir CT seperti pengusaha besar pada umumnya di Indonesia, klo tidak seorang anak pengusaha atau dekat dengan penguasa. Ternyata semua dugaan saya salah. Maka inilah pentingnya menulis dan membuat sebuah buku, walaupun yang menulis bukan CT sendiri tapi setidaknya orang akan tau bagaimana proses CT menjadi pengusaha dan ini bisa menjadi inspirasi banyak orang.
Lahir dari keluarga miskin tapi tetap mengutamakan pendidikan, CT harus berjuang sendiri untuk tetap bisa bertahan kuliah. CT tidak tega minta biaya ke orang tuanya apalagi setelah ia tau ibunya menjual kain halus miliknya untuk biaya masuk kuliah Kedokteran Gigi. Dari kampus Salemba lah proses menjadi pengusaha dimulai. Bermula dari usaha fotocopian diktat teman-teman kuliah sampai alat kedokteran untuk pratikum mahasiswa, semua dilakoni CT. Dari sifatnya yang saya baca walaupun CT berusaha keras untuk biaya hidup dan kuliah tapi ia tetap dermawan, ia sering mentraktir teman-temannya di kantin dari keuntungan usahanya. CT juga orang yang supel ia berteman dan dekat dengan semua baik dosen, orang kaya, pejabat, semua didekatinya tanpa rasa minder. Saya rasa ini salah satu kunci sukses CT, walaupun kita susah kita tetap memberi kepada orang lain, tetap percaya diri dalam pergaulan, pengakuan CT saat kuliah celananya hanya ada 2 dan itu selalu dipakai bergantian.
CT dikampus tidak hanya berbisnis tapi juga menjadi aktivis mahasiswa ia pernah memimpin demo atas penolakan Rektor baru di UI, ia menjadi ketua di macam-macam kegiatan mahasiswa, bahkan kegiatan sampai tingkat nasional. Dari sini tampak jiwa kepinpinan CT telah diasah semenjak ia kuliah apalagi dengan sering menjadi koordinator atau ketua secara tidak lansgsung belajar manajemen organisasi dan orang banyak, mungkin ini adalah ilmu yang tidak bisa didapat di bangku kuliah tapi harus praktek sendiri di lapangan dengan mengalaminya. 
Setelah bisnis yang dimulai dari Salemba akhirnya CT melirik bisnis lainnya, pabrik sepatu yang menjadi pabrik sendal, mengambil alih Bank Mega, mendirikan media Televisi dengan nama Trans TV, membuat tempat bermain Trans Studio di luar daerah dan banyak lainnya. Yang bisa saya ambil pelajaran dari sekian banyak bisnis CT ini, semuanya memakai proses dan analisa tidak ada yang asal ambil tapi semua dengan perhitungan dan tekad harus menjadi no 1 dibisnis tersebut atau paling tidak no 2, jiwa petarung dan juara CT ikut memberikan suntikan semangat yang besar terhadap pelaksanaan kegiatan bisnisnya dan ia adalah orang yang selalu terjun langsung tidak hanya sekedar menerima berkas dan laporan.
Dalam kehidupan sosial dan masyarakatnya, CT menyeimbangakan kegiatannya tidak hanya kegiatan bisnis dengan memikirkan keuntungan saja tapi CT ikut dalam kegiatan sosial dan masyarakat. CT dalam beberapa periode menjadi ketua alumni SMA Budi Oetomo, menjadi ketua PBSI (Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia), mendirikan sekolah unggulan gratis bagi warga miskin, program berbagi paket sembako dll. Insya Allah dengan banyak memberi, rezeki yang didapat menjadi bertambah dan berkah. 
Sebagai seorang suami dan ayah 2 orang anak CT menjadikan keluarga sebagai pilar utama, apalah arti kesuksesan di luar rumah jika tidak dibarengi dengan keharmonisan keluarga, itulah yang CT tanamkan kepada keluarganya ditengah kesibukannya dan menyediakan weekend sebagai waktu untuk keluarga.
Secara keseluruhan buku ini bagus menjadi bacaan untuk semua umur, yang muda bisa belajar semangat dan menghargai sebuah proses sebuah usaha, jangan takut bermimpi walaupun keadaan kita saat ini sangat sulit. tetap kerja keras dan jangan patah semangat. 
Saya sendiri berharap CT mau menulis buku lain dengan pengalaman-pengalaman dari sisi lain, sebagai orang yang sudah 30 tahun mengeluti dunia usaha tentu banyak perjalanan yang telah dilalui, karena seperti kata pepatah pengalaman adalah guru yang terbaik, maka jika kita banyak membaca pengalaman orang lain kita bisa belajar dari kesalahan yang ada dan mengambil manfaat dari langkah yang terbaik.
Sukses terus pak Chairul Tanjung dengan Trans Corp nya seperti visi Indonesia 2030 yang bapak canangkan semoga dapat terwujud dan menjadi harapan kita semua rakyat yang sangat cinta dengan Indonesia, bravo :)