Kamis, 18 April 2019

Its real life...

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah berakhir sudah pemilu, dalam hati "asyikk suasana udah tenang nih" ntar bisa ngobrol asyik lagi di group sama teman teman, udah selesai bahas wowo dan wiwi nya 😊.

Eng ii eng, pas siang muncul donk hasil survei cepat pilpres, dan ternyata di menangkan oleh kubu 01 Jokowi-Maaruf. Malamnya munculnya pernyataan prabowo bahwa hasil real count di menangkan oleh mereka. Kebayangkan gimana ramenya lagi 😢.

Klo bagi saya sih, kecewa ada tapi ya mau gimana, kenyataanya seperti itu, khan ga semua yang kita mau dan harapkan bisa tercapai, itulah namanya hidup di dunia, klo semua yang kita mau dan disediakan itu nanti di surga 😊.

Banyak yang baper dan marah tapi di luar proses ini jujur atau tidak bagi saya ini sudah cukup, selesai.

Saya pernah mengalami sesuatu yang sangat perih dalam hidup ini, sesuatu yang membuat saya menangis berminggu minggu, sempat malas buat ibadah dan sampai pernah terucap, Allah why me...? (astaghfirullah).

Dari pengalaman tersebut saya belajar, perih dan kecewa sedalam apapun, ketika kita sudah melewatinya dan jiwa sudah tenang, satu persatu Allah perlihatkan hikmahnya dengan indah kepada saya. Saya hanya bisa menangis tersenyum dan merasa berdosa, Allah benar sebaik baik perencana, best of the best.

Jadi sekarang, apapun itu yang terjadi dalam hidup saya, rencana yang menguap, hasil yang tak berbuah, hati yang menangis, hanya bisa berucap Alhamdulillah Alla Kulli Hall, pasrah we sama skenario Allah, Allah sutradaranya, saya pelakunya, seorang hamba hanya bisa doa dan ikhtiar, just smile 😊 .

So...mari melanjutkan hidup seperti biasa, ada yang harus di persiapkan dengan baik, Ramadhan tiba.

Saya yakin jutaan orang yang kecewa itu, dalam sujud mereka, dalam doa mereka, dalam istigfar mereka, hati mereka yang semakin dekat kepada Allah, insya Allah akan mendatangkan kebaikan yang lebih banyak.

Saya mencintai Indonesia seperti saya mencintai kebaikan kebaikan. Apapun itu untuk kebaikan saya ikhlas, apapun itu jika Allah ridho saya patuh.

Jangan pernah tinggalkan doa meminta pemimpin yang adil, jujur dan amanah. Pemimpin itu cerminan umatnya, umatnya baik.maka baik juga pemimpinnya.

Jika sudah di tetapkan pemimpin yang sah, mari kita dukung, patuhi dan doakan. Selama perintahnya bukan untuk maksiat dan keburukan, patuhi saja.

Barakallah fiikum.

#narrativewriting

Selasa, 16 April 2019

17 April 2009

Pemilu tahun ini saya benar benar ga update berita politik sama sekali, ga pernah nonton debat, apa saja isu yang kekinian tentang paslon.

Saya eneg liat orang orang pada ribut, saya melihat ada beberapa orang udah terlalu berlebihan dalam menyanjung kandidatnya seakan akan calon mereka bersih tanpa cacat, padahal manusia itu banyaknya kurang. Saling menghina dan mencaci segala kekurangan, Astagfirullah sudah berapa hebat sih diri dan amal kita, sampai berani mengatakan ini dan itu tentang orang lain.

Saya bukannya ga peduli, saya tetap mempunyai pilihan siapa yang akan saya pilih tapi saya memilih diam. Saya senang dengan beberapa ulama yang sudah menyatakan keberpihakannya. Saya tinggal ikut kata mereka. Karena saya fakir ilmu tentang pemilu dan politik Indonesia saat ini. Saya dengar dan taat saja apa kata ulama, berharap keberkahan dari hasil ijtihad mereka.

Besok saatnya memilih, hasilnya serahkan apa kata Allah. Ucapkan doa dan selamat kepada yang menang, dukung dan doakan para pemimpin dan caleg tersebut. Kita kembali sibuk pada kehidupan kita, melakukan yang manfaat dan yang baik, mengejar tabungan akhirat kita, sampai Allah ridho dan kita husnul khatimah dalam kematian kita.

Jangan lupa ucapkan bismillah sebelum mencoblos dan tersenyum menyambut masa depan bangsa 😊

Sabtu, 13 April 2019

Narrative Writing Theraphy

Bismillahirrahmanirrahim...

Jangan takut dengan masalah
Masalah itu memperkaya rasa
Dan menulisnya seperti mengeja rasa

Jangan takut dengan rasa yang kita punya
Hati ini dalam genggaman pemilikNya
Dia yang berhak membolak balikan perasaan.
Banyak banyaklah berdoa agar hati ini teguh dalam keimanan

Istilah Narrative Writing Theraphy ini baru pertama kali saya dengar ketika membaca iklan pelatihan menulis di akun ig @adenit.

Setelah goggling dan baca penjelasannya saya merasa,  Masya Allah ternyata menulis bisa menjadi terapi mental.

Awalnya ragu mau ikut kelas ini , saya khan insya Allah ga ada depresi atau trauma, apa cocok ikut kelas ini karena terus terang saya tertarik dengan menulisnya aja. Akhirnya setelah mikir beberapa hari Allah takdirkan daftar juga beberapa jam sebelum pelatihan 😊.

Mba ade menjelaskan apa penting nya menulis karena menulis itu bukan semata mau jadi menulis tapi bisa menjadi cara untuk melepas pikiran pikiran yang menumpuk di kepala.

Kemudian ada sesi menghadirkan secara live mbak @louiandlove yang berada di norwey. Mbak ayu ini sedang menulis buku tentang bipolar yang di dampingi oleh mba ade sebagai mentor. Di sesi ini mata saya ikut berair ketika mba ayu menjelaskan penyakit bipolar yang telah menemaninya selama 10 tahun. Dia bercerita bagaimana ketika penyakit itu kambuh dan dia harus minum obat setiap hari seumur hidup. Selama menulis buku ini intensitas kambuh penyakitnya menjadi berkurang.

Saya suka menulis, selama ini tujuan saya menulis karena efek saya suka baca aja dan sebagai tempat untuk menyimpan kenangan. Ga pernah terpikirkan menulis bisa jadi sebuah terapi.

Disesi ke dua diisi oleh mbak Intan Savitri aka Izzatul Jannah. Saya langsung ingat bagaimana dulu zaman kuliah saya fans berat buku cerpen islami mbak intan ini, puluhan buku bo. Sekarang ketemu penulisnya langsung yang berprofesi sebagai dosen dan psikolog membuat pelatihan ini menjadi mantul.

Mbak intan menjelaskan teknik bagaimana cara menulis narasi sebagai terapi. Langkah awal, menulislah secara langsung spontan bebas tanpa mengedit segala emosi masa lalu hadirkan semua seolah olah kita sedang berada masa lalu tersebut.

Langkah kedua tulisan pertama itu kita tulis lagi tapi dengan kata ganti orang lain, beri tokoh nama orang lain dari cerita tersebut. Kemudian tulis hikmah dari kejadian tersebut.

Jika dari tulisan pertama kita sangat dekat dengan peristiwa tersebut pada tulisan ke dua kita sangat berjarak dengan peristiwa tersebut.

Dengan mengambil jarak dengan.peristiwa tersebut biasanya kita dapat melihat peristawa tersebut dengan lebih tenang dan jernih dan bisa mengambil hikmah dari peristiwa tersebut. Mengambil hikmah ini yang menjadi kuncinya. Pikiran dan perasaan menjadi lebih tenang.

Masya Allah seketika saya ingat kajian @drzaidulakbar yang mengatakan penyakit yang paling berat itu adalah pikiran berupa stress, marah, benci dll.

Seperti hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

        أَلآ وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً، إِذَا صَلَحَتْصَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُكُلُّهُ، أَلآ وَهِيَ الْقَلْبُ

“Ketahuilah, sungguh di dalam tubuh itu ada segumpal daging. Jika daging tersebut baik, baiklah seluruh tubuh. Jika rusak, rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah, segumpal daging itu adalah kalbu (jantung).” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Kelas ini juga mengharu baru ketika peserta ada yang mengalami trauma masa kecil. Saya berharap dan berdoa para perempuan, ibuk-ibuk senantiasa bahagia karena ibu yang bahagia itu menjadikan keluarganya bahagia.

Ga ada salahnya dengan bercerita ketika kita mengalami beban masalah tentu saja setelah curhat dengan Allah dan perhatikan adab dalam bercerita, pastikan orang tersebut pantas sebagai tempat kita bercerita kalau bisa keluarga terdekat dan yang kedua jangan buka aib kecuali pada orang yang pantas misalkan konsultasi ke dokter atau psikolog.

Happy happy ya semua, jangan sampai ada sress diantara kita (nunjuk diri sendiri)

Lelah itu biasa yang penting lillah
Lelah itu hanya siklus, lewati saja

SemangkA, semangat karena Allah 😊