Senin, 11 November 2019

Repost Tulisan Tere Liye "Tahan"

Tulisan ini buat pengingat diri sendiri yang kadang suka lupa klo sudan kepengen 😢

*Tahan

Saya pengin besok2 kalau nikah, maka menikahnya di gedung mewah, cateringnya banyak dan lezat, pelaminannya indah menawan, dan semua bagus2. Tapi nggak ada duitnya. Gimana dong? Boleh ngutang?

Saya pengin punya HP bagus. Yang bisa moto bagus. Yang bisa main game kenceng. Yang keren banget kalau dibawa. Tapi nggak ada duitnya. Gimana dong? Boleh berhutang atau kreditan?

Saya pengin jalan2 kemanalah. Yang bisa selfie keren2. Sy lagi bosan, kalau jalan2 pasti seru. Naik pesawat terbang. Nginep di hotel bintang lima. Tapi nggak ada duitnya. Gimana dong? Boleh minjam duit?

Saya tidak tahu apa yang mendidik generasi hari ini. Tapi kalau jaman dulu, setahu saya, ketika kita pengin sesuatu, lantas tidak ada duitnya, maka solusinya simpel: Tahan nafsu kepengin elu itu. Selesai urusan. Itu cuma kepengin. Itu bukan kebutuhan pokok yang kalau elu nggak penuhi elu bakal mati. Maka simpel sekali mengatasinya, buang jauh2 penginnya. Mau apa dia sekarang? Sudah tidak pengin lagi.

Tapi hari ini, entah kenapa, sy tidak tahu apa yg berubah. Ribuan (atau malah jutaan) orang terjebak hutang di aplikasi. Kasusnya bagai gunung es. Puncaknya saja terlihat, di bawahnya lebih banyak lagi yg sedang terbenam ditagih oleh debt collector aplikasi. Juga ada yang tega sampai menipu demi memenuhi kepenginnya, mencuri, bahkan mempermalukan diri sendiri, mengemis, dll hanya demi kepengin. Juga ada yang halu, bergaya seolah sudah punya ini, itu, tapi halusinasi saja.

Kita memang hidup dijaman serba pamer. Buka HP sebentar, wuaah, isinya pamer. Foto2 pamer, video2 pamer, status2 pamer. Ampun dah. Maka menularlah budaya pamer dan kepengin ini hingga ke gang2 sempit, pelosok2 desa. Sampai lupa, hei, itu selebgram, sosialitas, dan orang2 keren di layar HP kita itu belum tentu juga hidupnya seindah foto pamernya. Jangan bego sekali lihatnya. Ketahuilah, justeru orang paling tajir sedunia, dia tidak pamer foto2. Apalagi orang paling bahagia sedunia, dia tidak minat sedikitpun lapor di media sosial. Lah, situ cuma lihat orang tajir abal2, sosialita KW saja.

Boleh pengin ini, pengin itu? Silahkan. Tapi pastikan kita ngaca dan tidak merepotkan orang lain. Jangan sebaliknya, saat kita diam2 berhutang demi kepengin tersebut, besok2 keluarga yg kacau balau harus bayar itu hutang. Saat kita pengin yang lain lagi, teman kita repotkan untuk berhutang, besok2 persahabatan jadi rusak. Tetangga. Kerabat, dll, direpotkan semua oleh keinginan yang sebenarnya tdk penting2 amat. Buat apa?

Tahan nafsu penginnya. Hidup ini tetap berjalan baik2 saja, bahkan saat 99% kepengin kita tidak ada yang terpenuhi. Tapi saat kita dikendalikan oleh nafsu sendiri. Dunia ini bisa jungkir balik bahkan saat hanya 1% kepengin kita gagal dipenuhi.

*Tere Liye

Senin, 14 Oktober 2019

Yogyakarta Bercerita - Hari ke 14

Alhamdulillah sampai juga di penghujung akhir kegiatan ini menulis selama 14 hari. Terharu aku tuh, ga nyangka bisa konsisten dan setia, maklum penyakit malas sering menghantui dengan alasan ga sempat karena kesibukan ternyata kenangan bisa mengalahkan seribu alasan.

Huff begini rasanya menulis dengan senang hati dan bahagia, karena apa coba? Ya karena tema nya tentang Yogya, yang di liat dari sudut manapun akan membuat hati sesak bahagia dan walaupun ada luka dan sedih yang tersisa hanya doa.

Aahhhh Yogya makasih udah memberi banyak ide dan sudah menjadi bagian dari perjalanan hidupku. Ini sebagai bagian dari rasa terima kasihku dengan mengabadikan kenangan dalam bentuk tulisan dan cerita.

Untuk akun ig @yogyabercerita yang keren, makasih sudah membangkitkan kenangan dan memberikan ide untuk menuliskan segala rasa tentang Yogya.

Yogya baik baik ya...
Tetap hangat dan terbuka menerima para perantau yang ingin mencari ilmu
Besok2 kita akan bertemu lagi di lain cerita yang lebih baik
Love jogja and you 😊

Minggu, 13 Oktober 2019

Yogyakarta Bercerita - Hari ke 13


Ada Apa Dengan Yogya?

Apa yang paling di rindukan dari sebuah kota Yogya? Suasana keilmuannya yang kental.
Mau belajar apa aja banyak sarana dan fasilitasnya. Senang rasanya ikut seminar, kursus atau datang mengunjungi pameran. Benar2 banyak kegiatan bagus yang sayang di lewatkan.

Ilmu atau info yang disampaikan itu beragam, kadang aku pikir Yogya itu sebagai barometer untuk menyampaikan sesuatu produk atau knowladge yang baru, mungkin responnya bisa beraneka macam dan akan di bahas dari berbagai sudut tapi setidaknya mereka mau menerima dan mendengar.

Jadi jika beberapa hari ini membaca di media tentang salah satu ustad yang di batalkan berceramah setelah diundang di Universitas Gadjah Mada, rasanya kok aneh, ini Yogya loh kota pendidikan yang egaliter, kota yang menyunjung tinggi keilmuan, ga suka dengan sesuatu maka konsep akan di balas dengan konsep.
Apalagi sampai mesjd tidak boleh dipakai kegiatan berceramah setelah di setujui dan diberitakan di media masa, aku merasa ini bukan Yogya yang aku kenal atau aku yang salah membaca berita. Entahlah jika berita itu benar aku merasa kecewa, teringat permulaan hijrahku start awal di Yogya.

Perjalananku mencari ilmu agama di Yogya ini sangat beragam tapi tidak pernah kudengar sekalipun ceramah tentang ujaran kebencian yang membenci satu golongan. Selama bertahun tahun yang kudengar betapa islam itu kasih sayang, belajar aturan islam dengan tauhid yang benar, walaupun tegas untuk lakum dinukum waliyadin.

Semoga ini bukan suatu kemunduran, tapi hanya salah memahami dari sudut pandang yang berbeda.
Jika dari kejadian ini banyak hikmah yang bisa di dapat mungkin ini yang dinamakan walau pait tapi rezeki karena berakhir dengan kebaikan, karena rezeki pun di katakan berkah jika mendekatkan kepada kebaikan, wallahualam.

Terima kasih ya Yogya, sedekah kebaikanmu sangat banyak kepada ku, begitu banyak yang aku tidak tau akhirnya menjadi tau.
Datang ke yogya dengan culun banyak yang aku ga tau, setelah di Yogya makin merasa culun ternyata semakin banyak yang aku belum mengerti.

Hanya berharap dan berdoa, semoga Yogya mempunyai pimpinan yang mencintai Allah dan Allah pun cinta padanya hingga memberkahi kota ini menjadi kota yang baldatun thayyibatun warrabun ghafur. Aamiin.

Sayangggg banget sama Yogya
Rindu sama suasana nya,
Irama kehidupannya termasuk orang2 dan segala rupa yang ada padanya.