Sabtu, 04 Januari 2020

30 Hari Bercerita, Ketiga

Alhamdulillah Alla Kulli Hall (Segala puji hanya milik Allah atas setiap keadaan)

Ga tau bagaimana sedihnya hati ini liat kondisi banjir yang melanda jabotabek. Liat mobil yang terapung, orang mengungsi sampai atap, jalanan serta rumah yang hancur, subhanallah 😪.

Disaat hati sedih, aku banyak membaca di sosmed orang yang menghujat dan menyalahkan gubernur anies, aku lewatkan saja berita itu karena toxin bagi jiwa. 
Ketika membuka wa disalah satu grup eh ada juga yang membahas masalah anis vs ahok, gemess pengen komentar juga.

Aku termasuk orang yang ga ngikutin berita politik entahlah kenapa sekarang aku udah ga minat mungkin sudah lewat masanya dulu zaman kuliah aku mencermati setiap berita politik berlangganan koran, majalah serta membaca buku tentang politik, sekarang who care aku muak dengan kondisi saat ini.

Akhirnya aku terlibat juga dalam obrolan itu, untungnya sebelum jauh terlibat aku bisa berhenti karena yang di bicarakan tentang personal bukan suatu konsep. Klo bicara personal aku angkat tangan rasanya kok sok tau banget komentarin orang lain, klo dikatakan ahok didepak karena agama trus di gantikan yang ga bisa kerja aku ga mau koment juga, klo bicara konsep, bagaimana dulu dan sekarang serta kelebihan kurangnya aku mau. 
Cuman mau bilang aja sama mereka yang sekarang banyak menghujat, pleaseee hujatan itu tidak membantu korban, hanya menambah luka saja. Jika tidak bisa membantu lebih baik diam. 

Emang sekarang orang pada aneh2, musibah gini bukanya saling membantu eh ini malah sibuk saling menyalahkan,.mbok ya tahan dulu saat nanti kondisi sudah tenang.
Ya itulah seperti kata bu mentri, jangan pernah lelah mencintai Indonesia, hanya saya lelah liat kelakuan netizen Indonesia 🙃.



30 Hari Bercerita, Kedua



Alhamdulillah akhirmya suamiku selamat sampai rumah sebelum jam 9 di malam tahun baru.

Karena tidak ada yang istimewa bagiku, jam 10 kami tidur, menjelang tengah malam aku kebangun karena hujan bertambah deras dan ga berhenti henti. Ketika di cek keluar rumah, dipekarangan air deras  mengalir tapi tidak menggenang, ga berapa lama muncul dentuman keras, ku pikir ada yang jatuh di rumah eh ternyata setelah melihat kilatan api baru tau itu kembang api dan sekarang menunjukan tepat pukul 12.00. 
Ya rabb... hujan hujan begini ternyata mereka tetap merayakan malam tahun baru. Kemudian balik ke kamar tapi ga bisa tidur karena memikirkan klo besok masih hujan gimana mau jemput mama ke bandara, berharap semoga tidak banjir di jalanan. 

Jam 2 malam kebangun lagi dan hujan masih deras, langsung ambil hp dan cari info berita, ternyata beberapa kawasan Bekasi dan Jakarta sudah kena banjir. Duhh gimana caranya mau ke bandara pikirku. 

Setelah subuh ku coba telp abangku mau menanyakan kepastian mama berangkat apalah jadi atau di tunda. Dua kali telp ga diangkat akhirnya aku hanya bisa menunggu. Baru setelah jam 8 abangku telpon dan memastikan mama tetap berangkat karena disana cuaca cerah. Gimana caranya mau jemput, aku sudah terjebak di dalam rumah, jalanan untuk keluar rumah sudah banjir. Di berita online dan tv memberitakan banjir yang dahsat sampai banyak rumah kebanjiran sampai atap. Akhirnya ku tlp dua kakak ku dan mereka bersedia memjemput. Menjelang sore ternyata kakak ku yang satu tidak bisa menjemput karena air sudah masuk rumah dan Alhamdulillah kakak ku yang satu yang rumahnya dekat bandara sudah memastikan bisa menjemput mama.

Jadilah di tahun baru aku stag di rumah, menonton tv dan membaca berita dengan sendu. Tengah malam kakak ku kasih kabar kalau air di bawah sudah sekitar 2 meter dan barang banyak yang tidak selamat. Astagfirullah tambah nyeri hatiku. Ponakanku yang nginap di rumah nangis dia cemas membayangkan kondisi bunda dan abangnya serta sedih bagaimana sekolahnya jika buku dan alat sekolah banyak yang hanyut. 

Qadarullah wa maa sya'a fa'al (Allah telah menakdirkan apa yang ia kehendaki). 


30 Hari Bercerita, Pertama


Malam ini bagi sebagian orang istimewa dan banyak yang melewatinya dengan berbagai cara tapi tidak denganku, malam ini aku was was, seperti biasa tiap tanggal 31 suamiku lembur karena tutup buku akhir tahun dan malam ini hujan deras. Hujan deras plus perayaan akhir tahun sama dengan keruwetan jalan, aku memikirkan bagaimana ia pulang. 

Ketika ku wa ia santai saja, aku nanti naik krl saja, aman kok ucapnya santai sambil mengirim foto selfie bersama bu mentri. Duhh gusti orang panik dia bisa sesantai itu, akhirnya jam 7 di tengah derai hujan lebat aku wa lagi, udah pulang say? Tidak berapa lama di jawab "aku naik angkot ke stasiun, mau pesan taxi online tarifnya naik 400 persen, biasanya dari kantor ke rumah 100 ribu lebih dikit sekarang 400 ribu". 

Akhirnya kumencoba tenang dan berdoa dia akan baik baik aja, sambil menunggu aku buka sosmed, sampailah aku pada akun bu mentri yang captionnya menerangkan kerja di hari terakhir 2019 beserta penjelasan apa yang mereka kerjakan dan apa harapannya tahun depan agar ekonomi Indonesia lebih baik. Kulihat fotonya dan ada suamiku nyempil disana bersama rekan kerja lainnya. 


Hufff kutarik nafas dan berdoa semoga kerja mereka berkah, dan setiap waktu yang mereka berikan ada amal kebaikan disana. 
Kutertegun pada kalimat terakhir bu mentri, "jangan pernah lelah untuk mencintai Indonesia".


Ya Rabb ...aku cinta negeri ini, aku berdoa agar negeri ini baldatun thayibatun warabun ghafur. Aku hanya istri biasa yang sering cemas ketika suaminya pulang malam, tugas keluar kota beserta seabreg pekerjaan yang seperti memburunya hingga di rumah pun harus siap dengan status on call.
Bagaimana kalau kalimatnya kutambahin bu mentri? "jangan pernah lelah mencintai Indonesia, keluarga dan agama,.fillah,lillah dan billah ". 🙂
Maklum bu ini p bams istrinya agak lebay, parnonya kebanyakan hehehe

*catatan hati seorang istri pns* 😉