Rabu, 28 Desember 2022

Cerita Kehidupan


"Doakan aku semoga aku tidak menjadi gila ya"
itu wa penutup yang dia kirim kepadaku. 
Sesak membaca wa nya tapi aku bingung harus membalas apa.

Baru kali ini kuliat dia begitu emosi, aku tau sulit untuk tetap waras pada saat kondisinya saat ini. 

Ayah tercinta nya baru saja di rawat pasien pasca stroke yang sehari harinya di bantu oleh dua perawat. Sedangkan ibunya baru saja pulang dari rawat inap minggu lalu karena penyakit kormobid yang sudah lama diidapnya. Sedangkan ia sendiri saat ini sedang berjuang dengan pengobatan kankernya. 

Aku sendiri merasakan bagaimana sulitnya mengurus lansia. Hampir 7 tahun mengurus mama dengan segala macam penyakit, operasi yang berulang, sifat dan mood yang cepat berubah, kemauan keras jika dilarang dan sebagainya. 

Ia berkali kali mengatakan padaku andai badan ini bisa dibelah aku ingin badanku menjadi 3, mengurus bapak ku, ibu ku dan aku sendiri.

"Say aku capek dan lelah" itu kalimat yang sering aku katakan kepada suamiku di malam hari ketika ia pulang kantor. Biasanya suamiku langsung memelukku dan mengusap kepala ku sambil mengatakan, "cape mu itu menjadikan jalan ke surga, banyak orang di luar sana yang menginginkan capek seperti itu birulwalidain, tapi mereka ga bisa. Sabar ya sayang".
Biasanya setelah itu aku lega ternyata aku hanya butuh perhatian saja setelah seharian lelah mengurus mama sendiri.

 Saking terbawa emosinya temanku itu sampai berkata kepadaku "kamu bisa bertahun tahun mengurus ibumu, karena kamu ga ada kanker, sedangkan aku?"

Aku menjawab selow aja chat nya itu, aku tau dia lagi emosi, tidak perlu aku jelasin panjang lebar, aku hanya mengatakan kita sama-sama berdoa ya semoga Allah tolong dan jaga kita. Allah mudahkan dan berikan kita kekuatan. 

Sore ini aku duduk sambil berurai air mata, sudah seminggu mama sakit kondisinya drop, lebih banyak diam, tidak bisa beraktifitas apa-apa semuanya harus dibantu. Segala keluhan tentang cape menguap di udara. 
Ya Allah aku masih pengen ngobrol dan liat senyuman mama lagi.

Sabtu, 03 Desember 2022

19 Tahun Kita


19 Tahun

Hanya ingin...
Saling jaga
Tingkatkan taqwa 
dan...
Mendoakan tanpa jeda

Dunia kita memang fana
Yang kita perjuangkan
Mengabadikan cinta
Agar kelak tetap bersanding di surga 

Alhamdulillahilladzi bi ni'matihi thathimush shalihahat 
19 tahun rasa dua tahun
Makin bucin
Maunya dekat-dekat terus
Pengen diperhatiin terus

Padahal uban si doi makin banyak,  warna kulit di mukaku semakin belang karena flek, mata pun semakin berkantong
Ujian kehidupan makin ada aja

Alhamdulillah klo ga karena pertolongan Allah, jujur ga kuat juga menghadapi pernak pernik kehidupan yang menyesakkan dada. 
Tapi hidup juga ga selalu lara tetap ada cinta yang menggetarkan rasa. 

Pas tanggal 29 November ini di kasih si doi tausiah yang lumayan panjang, aku sih yang minta, pengen tau perasaan dia setelah 19 tahun bersabar dan bersyukur dengan istrinya. 

Beberapa point yang ku ingat, 
1. Banyak syukur 
2. 19 tahun bukan umurnya seperti anak-anak lagi udah dewasa, dia berharap sikap kami sama-sama matang.
3. Dia bilang walau udah 19 tahun masih tetap belajar tentang istrinya begitu juga istrinya karena kami dua orang yang dengan latar belakang yang berbeda yang menjadi satu.
4. Saling mencintai karena Allah
5. Katanya dia jatuh cinta sangat dengan istrinya, semakin semakin (langsung sumringah)
6. Saling support kebaikan dan keluarga besar, karena hidup ga hanya mikirin keluarga inti aja tapi ada keluarga besar juga di belakang kita, ada dakwah juga yang harus di tunaikan. 
7. Untuk kebaikan harus bergerak dengan segera, segera dan segera

Semoga Allah ridho dan beri keberkahan dengan semua yang kami rencanakan dan laksanakan. 
 
Hidup kami yang rencanakan, Hasil Allah yang tentukan, ikhtiar kami usahakan, biidznillah. 






Selasa, 02 Agustus 2022

KONTEMPLASI

Ada yang protes klo aku sekarang berubah, suka marah-marah, level bicara naik berapa oktaf dan emosian.

Yang bikin sedih protes ini datang dari lingkaran pertamaku, orang orang terdekatku, yang mana mereka lah yang seharusnya dapat perlakuan terbaik dariku. 

Ya Rabb sedihnya...

Berhari hari aku coba merenung apa yang salah dari diri ini, kenapa bisa seperti ini? 
Apakah karena kelelahan? Tertekan? Kecapean? atau kurang tidur? 

Sejujurnya sedih, kok bisa gini? Kucoba berdialog dengan diri sendiri dan meminta pertolongan dari Allah. 

Dalam doa, aku menyerah, benar benar mengakui sebagai hamba yang lemah.
 Aku ga sanggup mengelola hati, ga sanggup mengontrol lisan.  

Memohon Allah perbaiki akhlak dan lisanku dengan sebaik sebaiknya perkataan dan adab. 

Jika didepan orang-orang tercinta yang aku harus berbakti dan beradab dengan baik tidak terlaksana bagaimana dihadapan orang lain? 

Biidznillah, semoga diri ini berubah dengan rahmat dan pertolongan Allah.