Rabu, 29 Januari 2025

Menerka Perasaan Mama

Begitu mama keluar dari ruang hcu aku langsung memeluk mama, maaa baik baik aja khan? kangen mama sambil kupeluk dan kucium mama. Padahal berpisah tiga hari dua malam saja tapi rasanya tak tertahankan.

Hari pertama di ruang perawatan setelah keluar dari hcu mama seperti ketakutan jika di tinggal, padahal kita selalu mendampingi. Mama selalu manggil dan ga mau tidur.

"Ma bisa tidur ga di hcu? mama menggeleng, trus mama ngapain pas malam. Manggil Lia Lia Lia. Trus ada suster ga, ga ada"
Langsung peluk dan cium mama, nanti kita di rumah aja ya ma. 

Kusimpan tangis di hadapan mama, ya Allah betapa aku sayang dan ga tega liat mama kemaren sendiri di ruang hcu, hanya bisa melihat di luar kaca dan kami hanya bisa saling menatap, sepertinya mama bingung, kenapa ini, kenapa ga bisa bertemu?

Bicara tentang mama, bicara tentang kehidupan. Kehidupan yang penuh warna ada tawa, senyum dan airmata. 

Jumat, 24 Januari 2025

Cerita Kehidupan di Ruang Tunggu ICU dan HCU


Sepertinya nama lain dari ruang tunggu ICU ialah ruang air mata dan kesabaran. 

Baru satu malam menghuni ruang tunggu sudah 4 orang keluarga pasien di panggil ke ruang ICU dan kemudian mereka keluar dengan tangisan pertanda keluarga yang berpulang. 
Belum lagi cerita tentang pasien yang sakit, ada yang udah sebulan menunggu anaknya, ada kakek yang sudah dua minggu menunggu istrinya. Kalau aku bisa bilang level kesedihan dari satu sampai sepuluh semuanya ada di cerita para penunggu ICU.

Rasanya mental benar diuji di ruang ini, mau cuek fokus ngaji, berdoa dan tenang ga bisa karena ruangan ini diisi orang banyak campur laki-laki dan perempuan.

Tiga hari dua malam menjadi penghuni ruang tunggu ICU membuat hatiku bertambah perasa, bawaannya pengen nangis. Keindahan dan gemerlapnya dunia menjadi hampa ketika di ruangan yang ada bersyukur dan menghadirkan Allah dalam setiap tarikan nafas. 

Jika hidupmu galau, merasa kurang dan merasa ga berarti di bandingkan pencapaian orang lain, hadirlah di ruang tunggu ICU maka sisi lain kehidupan dunia yang kamu anggap tidak berpihak akan mengubah rasa tersebut. 



Jumat, 10 Januari 2025

Berawal Dari UGD


Tanggal 3 Januari 2025 hari Jumat.

Jam 10 pagi mama masuk ruang UGD, disambut dengan banyaknya pasien. Dokter UGD perempuan dengan perawakan putih, kecil, memegang gelas kopi teriak sana sini memberi instruksi kepada suster didampingi dokter cowok yang kalem. 

Dokter menghampiri mama dengan menekan dada mama dengan jari tengah dan telunjuk dengan kencang ke dada sambil teriak bukkk, namanya siapa???

Aku terkaget dan melotot, masih bisa dengar ga sih kata dr nya. Masih dok kujawab dengan muka menahan marah, kurang ajar banget, ini pasien sadar, sudah tua kok perlakuan kayak gitu. Mama memang untuk komunikasi ga bisa banyak kalimat. Tapi masih bisa bicara dan ingatan masih bagus. Terbiasa di RS lain dengan sapaan lembut nenek namanya siapa, apa yang di rasa?

Ini kenapa bengkak? Udah berapa lama? Ini juga sesak? Kenapa baru di bawa ke RS sekarang?
Setelah kujawab dr kembali duduk  di meja ugd. Aku ga mendengar ketika dr bilang ke suster ini buruk masuk hcu, yang mengatakan kakak yang posisinya lebih dekat di kamar pemeriksaan.

Aku protes "dok ga usah masuk hcu, sesak karena baru datang jd terengah engah". Ga bisa ini harus dilihat intensif. Ketika aku keluar ruangan untuk berpikir bagaimana cara keluar paksa dari ugd ehh begitu masuk ruangan mama sudah dipasang kateter, yahh udah ga bisa kabur lagi. 

Mama sehari hari hanya berbaring karena ga bisa bergerak sendiri lagi semenjak jatuh berkali kali. Mama di rumah selalu minta ditemani olehku, aku ke dapur 10 menit saja sudah di panggil, kata mama ga usah masak, beli aja, aku disuruh hanya berada disamping mama. Kita biasanya ngobrol dan pelukan aja sambil baring.

Jam 9 30 malam baru masuk ruangan hcu dengan berbagai drama.

Aku menangis sewaktu mama sudah di hcu, kebayang betapa mama panik sendirian di ruang perawatan walau ada suster yang menemani.

Kakak sempat bilang sama suster kondisi mama, suster bilang tenang saja. 

Melewati malam itu dengan ga bisa tidur, walaupun tertidur dengan muka basah karena menangis.
Kebayang mama memanggil manggil aku sebagaimana kebiasaan di rumah.

#30haribercerita