Minggu, 08 Januari 2023

Berapa Biaya Untuk Pengobatan Coiling Aneurisma?


Kita lanjut dari postingan sebelumnya ya, Aneurisma, Jangan Sampai Pecah.

Sewaktu Adilla istri Bekti posting buka donasi untuk suaminya dihari ke 4 di rawat di RS, banyak komentar netizen, ada komentar positif ada juga yang mempertanyakan. Bisa dimaklumi karena klo cuman koment khan gratis coba klo bayar, lain ceritanya 😄

Lagi2 cerita ini berdasarkan pengalamanku sebagai pendamping dan yang merawat mama dalam menjalani sakit aneurisma, apabila ada yang salah istilah medis nya boleh dikoreksi 🙏

Sewaktu operasi selesai dan mbak dari alat kesehatan mengatakan kepadaku untuk nanti tidak kaget atas kenaikan biaya yang berkali lipat, aku sempat koment, mbak please jangan banyak2 donk naiknya. Di jawab mbaknya saya ga punya kebijakan untuk menentukan ini semua wewenang RS. 
Sebelumnya kita sempat ngobrol tentang alat2 kesehatan, dan ternyata sekarang tekhnologi itu sudah sangat wow, canggih dalam bidang kesehatan. Seperti coiling ini merupakan intervensi dsa yang memakai alat, lalu aku dilihatkan sama mbaknya ada lagi alat, apabila ada orang terkena stroke kemudian ke RS sebelum satu jam dan diintervensi memakai alat dsa dengan memasukan alat yang berbentuk jaring2 untuk memperbaiki saraf yang rusak. Jadi waktu itu aku diliatin gambar syaraf orang yang terkena stroke, lalu alat itu dimasukan ke dalam kepala sifatnya seperti spons untuk menyerap sumbatan2 yang ada di kepala, sayang namanya aku lupa sangat canggih dan itu dilakukan hanya berapa menit dan keliatan hasil scan syaraf sebelum dan sesudah diintervensi dengan alat itu. Recovery pun cepat bahkan dari catatan mereka ada yang bisa langsung pulang esoknya tanpa efek dari stroke nya.

Pertanyaan pertama setelah mbaknya cerita tentu saja biaya nya berapa tuh, disebutlah angka ratusan juta. Langsung kaget, kebayang jika ada kejadian masuk RS mendadak karena serangan stroke kemudian mau langsung tindakan seperti itu dalam hitungan berapa menit menyediakan uang cash ratusan juta tentu berat bagi rakyat jelata yang bukan termasuk golongan sultan. 

Jadi aku sangat mengerti ke kalutan istri Bekti dalam menghadapi tagihan perawatan suaminya. Apalagi RS tempat di rawatnya terkenal dengan biaya tinggi.

Bagaimana dengan BPJS. 
Sorry to say, BPJS tidak bisa mencover tindakan intervensi dsa ini. 

Waktu memutuskan untuk operasi coiling aku udah mencari info ke BPJS dan beberapa RS apakah bisa menggunakan BPJS. Ternyata yang dicover hanya operasi besar pembedahan dalam keadaan darurat misalkan datang ke RS sudah dalam keadaan pecah pembuluh darah.

Mama mempunyai BPJS dan aktif dalam membayar tagihan setiap bulan. Selama ini mama sakit untuk kontrol dll semua memakai dana pribadi. Kenapa?
Mama fisiknya udah lemah sedangkan untuk memakai BPJS harus melewati prosedur antrian yang cukup lama, ini yang tidak bisa dilakukan mama. Jadi selama ini kami mengeluarkan dana pribadi karena kondisi mama yang tidak memungkinkan.

Kira2 habis berapa untuk coiling ini? Tergantung dari kondisi pasien, semakin besar ukuran Aneurisma semakin besar juga biaya karena alat yang di gunakan semakin banyak. Mungkin hitungan kasarnya seharga satu mobil.

Terbukti ya klo mencegah itu lebih murah daripada mengobati. Tapi apabila sudah menjaga dengan pola hidup sehat tetap kena juga itu ya namanya qadarullah. 

Menurut keterangan dokter penyebab aneurisma ini bisa bermacam2, pada umumnya karena hipertensi tapi bisa juga karena foktor bawaan, sejak lahir pembuluh darah lemah dan membengkak. Ada kasus di RS ini ada anak kecil belum sekolah terkena aneurisma. 

Sekarang banyak di kampanyekan untuk orang usia 40 tahun ke atas atau orang yang beresiko walau belum umur 40 untuk skrining otak. Tapi dengan adanya kasus Bekti ini umur 40 tidak lagi menjadi patokan boleh2 saja umur 30 untuk skrining otak. Untuk skring awal bisa mri dan mra brain.

Setelah mengetahui kecanggihan alat2 kesehatan masa kini, saya merasa untuk masa depan dokter itu seperti pekerja seni, seni memadukan perkembangan tekhnologi dengan ilmu teoritis kesehatan. 
Tapi tentu saja karena yang di hadapi manusia banyak kemungkinan2 yang terjadi dan tetap mengenai hasil hanya tawakal kepada Allah. 

Semoga cerita aneurisma ini bermanfaat, tadinya hanya untuk berbagi kisah dan rasa karena melihat berita yang lagi heboh, semoga ada hikmah dan keterangan yang bisa diambil manfaatnya. Biidznillah.

Kamis, 05 Januari 2023

Aneurisma, Jangan Sampai Pecah

Sekarang lagi ramai berita mengenai artis Indra Bekti yang di temukan tidak sadar diri di toilet karena pecah pembuluh darah.
Setelah itu banyak tulisan2 ahli kesehatan untuk waspada terhadap  pecahnya pembuluh darah. 

Aku juga mau sharing tentang aneurisma, qadarullah yang sakit mama, jadi aku sebagai pendamping yang mengurus mama.

Sakit kepala itu penyakit yang umum dan bisa disebabkan oleh banyak hal. Awalnya mama sering sakit kepala yang sakitnya itu benar2 sakit sampai kliatan mama menahan sakitnya segitu rupa. Tidak mudah waktu itu untuk menemukan penyebabnya. Awalnya kita ke dr syaraf kemudian di kasih pengantar ct scan, hasil ct scan terlihat ada benjolan di kepala, kata dokter ini mungkin tumor kemudian di rujuk ke dr ahli bedah syaraf. Ketemu dr bedah syaraf setelah melihat hasil CT scan dia membenarkan ada benjolan tapi jika itu tumor untuk orang lanjut usia, mama berumur 80 tahun sangat riskan diambil tindakan  pembedahan. 

Sambil cari info yang lain mama periksa gigi, mata dan akupuntur tetap belum ada perbaikan tetap sakit kepala.

Karena udah bingung cari info gimana lagi aku searching di google dokter bedah terbaik di Jakarta, muncul nama prof E di Karawaci. 
Waktu itu masa pandemi untuk ketemu dokternya ga mudah karena dia hanya melayani yang darurat. Aku wa an sama asisten dokter kirim ct scan minta opinion prof E. Akhirnya di bikin jadwal dan ketemulah dengan prof E. Begitu melihat ct scan yang aku bawa dan aku cerita dokter sebelumnya diagnosa tumor, prof E cuman bilang tidak semua yang benjol itu tumor atau kanker bisa jadi ini kelainan pembuluh darah berupa pembengkakan pembuluh darah. 
Mari kita buktikan dengan pemeriksaan radiologi lebih lanjut, mama periksa mri, mra dan cta. Setelah melihat hasilnya fix ini bukan tumor tapi aneurisma.

Pembuluh darah yang bengkak itu namanya aneurisma, sakitnya luar biasa, mama sering teriak klo lagi sakit. Klo menurut dokter A yang menangani operasi aneurisma mama, Jika dibuat skala satu sampai sepuluh,  sakit disebabkan aneurisma skala sembilan. Pantesan mama klo lagi kumat teriak2 kesakitan yang aku sendiri ngelihatnya ga tega, didepan mama menguatkan tapi dibelakang menangis sendiri.

Aneurisma ini sifatnya seperti bom waktu, bisa sewaktu-waktu pecah tanpa bisa diprediksi kapan waktunya. 
Itulah sebabnya ketika diagnosa aneurisma tidak ada jalan lain harus dioperasi agar jangan sampai pecah. 

Apa efek pecah? Tanyaku ke Prof E, dengan lugas ia menjawab, masih mending klo pecah langsung mati, enak ga masalah, yang ada malah banyak kejadian, pasien yang sudah pecah pembuluh darah hidupnya lebih banyak di ICU tidak sadarkan diri berbulan bulan bahkan tahunan. recovery saraf ini lama bertahun tahun.
Coba kita hitung2 dari segi biaya, tau sendiri khan berapa biaya di ICU apalagi ICU di RS swasta. Kita berhitung saja untuk operasi aneurisma kira2 habis berapa ratus juta, kemudian di ICU berapa hari untuk memulihkan kondisinya. Beda jika sudah pecah di ICU waktunya tidak bisa di prediksi, recovery yang lama menghabiskan biaya berkali lipat dari biaya operasi aneurisma. 

Penjelasan Prof E yang to the point sukses membuat kepalaku nyut2 ngilu membayangkannya.

Akhirnya setelah rembukan keluarga kita putuskan mama untuk operasi. 
Yang jadi pikiran umur mama yang sudah mendekati 80 risiko nya juga tinggi, sedangkan prof E menyarankan operasinya berbentuk klip yaitu membuka sayatan di kepala kemudian pembuluh darah yang bengkak itu di klip atau di tutup dengan alat agar tidak pecah. Disarankan metode ini karena hampir 90 persen metode ini berhasil karena langsung memotong atau memasang alat di batang aneurisma supaya tidak pecah. 

Terus terang kami sekeluarga ga berani, mengingat usia mama yang lanjut usia dan kami sudah melihat bagaimana mama pernah menjalani operasi besar tulang dua kali, berat memutuskan untuk operasi besar konvensional.

Second opinion kucari lagi, Aku menemui dr bedah syaraf yang dulu pernah kutemui, aku cerita klo hasil diagnosa aneurisma dan ketemu langsung dengan prof E. Dia menjelaskan Prof E ini memang sudah super pengalaman dalam hal bedah membedah syaraf. 
Jadi dia udah tau dengan segala risiko. 
Akhirnya aku disarankan ke RS pon RS khusus otak disana ada dr ahli aneurisma dan aku di kasih satu nama dr A, yang langsung ia telp.

Setelah ketemu dr A, aku cerita semuanya, dia juga paham dengan kekhawatiran ku, dan dia juga ga berani untuk operasi bedah kepala orang lanjut usia. Umur 80 itu badan udah seperti kaca yang gampang retak dan harus ekstra di jaga itu alasannya.

Akhirnya dr A menyarankan coiling.
Metode ini dikategorikan dengan metode DSA. Metode ini bukan seperti operasi bedah konvensional. Coiling dilakukan dengan cara membuat sayatan kecil di paha untuk memasukan kateter, dan kateter ini di gerakkan dengan mesin yang di dalamnya berisi coil atau kawat halus yang di gunakan untuk menambal pembuluh darah yang bengkak tersebut. Diharapkan tambalan ini akan menahan pembuluh darah agar tidak pecah. 

Masing masing metode mempunyai nilai plus dan minus, metode cooling ini risiko minim efek bedah tapi hasilnya tidak secepat dan setahan bedah konvensional. Coiling ini karena namanya tambalan tentu tidak sebagus yang ditutup paten prosesnya berlangsung lama, dan tidak bisa untuk jangka waktu lama. Kawat halus ini ketika dimasukan ke pembuluh darah untuk menyumbat tentu masih ada celah2 halus yang membuat darah tetap masuk ke daerah aneurisma, dengan waktu darah yang masih masuk ini akan mengeras bersama coil dan akan memadat hingga bisa menyumbat pembuluh darah. 

Kami memutuskan mama untuk coiling, sebelumnya nanya dulu ke mama dan aku pertemukan dengan dr A karena selama ini yang bolak balik konsul ke dr aku sendiri tanpa mama dengan pertimbangan lagi pandemi risiko bawa mama ke RS.

Melihat kondisi fisik mama secara langsung dan dr menguji mengenai ingatan mama, dr optimis mama bisa menjalani coiling. 
 
Bagaimana hasil yang didapat mama setelah coiling? Dari rata2 pasien yang telah melakukannya hasil yang didapat bagus.
Tapi karena mama lansia, yang kondisi badannya tidak seperti orang yang usia muda hasilnya tidak sama .  

Operasi mama berlangsung 5 jam, sedangkan rata2 pasien lain hanya berlangsung 30 menit. 

Saat gelisah dan hati ga tenang menunggu mama di ruangan tunggu operasi, yang duduk di sebelahku menanyakan, ibuk nunggu siapa? Aku cerita lagi nunggu mama yang operasi aneurisma. Wajahnya kaget dan langsung bilang ohh ini keluarga pasiennya. Saya dari alat kesehatan yang membawa cooling pesanan dr A katanya memperkenalkan diri. 
Langsung lah terjadi banyak percakapan dan aku bisa tau apa yang terjadi di dalam ruangan operasi karena dia online dengan orang yang berada di ruang operasi. Biasanya sebelum pandemi dia masuk ke ruangan operasi untuk menyiapkan alat yang diperlukan, karena pandemi di batasi orang di ruangan operasi.
Ternyata alat yang di bawa banyak satu koper. Karena pesanan sering berubah ketika operasi kadang butuh lebih banyak, butuh ukuran yang lebih besar dll. 

Operasi berjalan lama karena alat tidak bisa naik ke pembuluh darah atas, pembuluh darah mama sudah tidak elastis lagi dan mnempunyai banyak cabang yang berbelok2, jadi kateter susah untuk mencapai lokasi aneurisma. Disaat dokter sudah kepayahan dan mengatakan ini upaya terakhir karena pasien sudah lama dibius dan efeknya tidak baik, Alhamdulillah kateter bisa naik ke pembuluh darah yang di targetkan.

Setelah tau operasi telah berhasil, petugas alkes itu menatapku sambil mengelus punggungku dia mengatakan, Alhamdulillah operasi sudah selesai tapi nanti ibuk jangan kaget ya ada perubahan biaya yang sangat besar nanti dr akan menjelaskan. Aneurisma yang ukuran di cta bulan lalu hanya berapa mm sekarang telah mencapai cm jadi alat yang diperlukan lebih banyak, dan ukuran alat yang di pakai lebih besar tidak sesuai dengan yang di pesan. 
Aku hanya diam dan mengiyakan sambil berhitung berapa lagi tambahan yang dikenakan, tapi sudahlah itu nanti bisa dipikirkan yang penting sekarang mama bisa cepat siuman dan recovery lancar. 

Bersambung di postingan selanjutnya ya 😊

#30haribercerita

Selasa, 03 Januari 2023

Ketika Kita Melepaskan Hak Kita Bisa Jadi Suatu Saat Orang Lain Akan Melepaskan Haknya Untuk Kita

Beberapa minggu lalu sewaktu mendengar kajian Riyadus shallihin ustad Nuzul Dzikri, pada saat sesi tanya jawab saya terpukau dengan tata bahasa ustad dan sistematis nya ustad menjawab persoalan. 

Seorang akhwat bertanya ia tinggal bersama mertua yang sudah sepuh dan harus dilayani sepenuhnya karena sudah tidak bisa apa-apa lagi. Sedangkan ia ingin sekali tinggal di rumah sendiri sedangkan suaminya tidak mau dengan alasan tidak bisa meninggalkan orang tua, bagaimana saya harus menyikapi ini ustad, sedangkan saudara lain sepertinya cuek saja. 

Jawaban Ustad; 

Mendapatkan tempat tinggal merupakan hak istri dan suami berkewajiban memberikannya ini termasuk dalam penjelasan bab nafkah. Jadi istri berhak meminta disediakan rumah dan suami berkewajiban memenuhinya. 
Jika alasannya karena orang tua yang sudah sepuh dan harus dilayani sepenuhnya mungkin bisa di cari solusinya dengan tinggal dekat dengan rumah orang tua. Tidak harus membeli, menyewa juga bisa. 
Mengurus orang tua itu pahala yang utama, birulwalidaian merupakan jalan tengah menuju surga apalagi sebagai anak laki-laki berkewajiban mengurus orang tua, dan istri yang membantu juga mendapat pahala karena membantu suaminya untuk berbakti kepada orang tua. 
Dalam kehidupan sehari hari kita berhadapan dengan hak dan kewajiban. Banyak masalah dalam hidup ini karena kita terlalu banyak menuntut hak daripada melakukan kewajiban. 
Memperoleh rumah merupakan hak istri dan kewajiban suami memberikannya, sebagaimana kewajiban jika tidak dipenuhi tentu suami yang menanggung akibatnya. Tapi jika istri melepaskan hak nya maka Allah yang akan menggantinya. Jika saat ini kita melepaskan hak kita buat orang lain, bisa jadi suatu saat orang lain akan melepaskan haknya buat kita.
Jadi jangan bersedih dan berkecil hati. 
Untuk saudara yang tidak perduli harusnya kita kasihan kepada mereka karena mereka menyiakan2 pahala yang utama. Lebih baik doakan agar Allah berikan taufik kepada saudara2 kita. 

Masya Allah sewaktu mendengarnya saya terpaku, Islam itu indah, Islam itu keren.
Jawaban pertama ustad tetap mengatakan istri berhak mendapatkan rumah karena itu bagian dari kewajiban suami menyediakan tempat tinggal, kemudian ustad menjelaskan lagi jika kondisi tertentu tidak memungkinkan istri bisa melepaskan haknya dengan keutamaan mendapatkan pahala. 

Jadi tetap yang namanya hak disampaikan terlebih dahulu, dan konsekwensi kewajiban jika tidak dipenuhi, bukan langsung menjawab ga boleh karena suami harus mengurus orang tua. 

Kehalusan tata bahasa dan pikiran yang sistematis ini tentu Allah berikan kepada orang pilihannya yang banyak mengkaji ayat2 Nya dan dekat dengan Rabbnya. 

Saya berdoa semoga Allah berikan juga taufik kepada saya untuk mau terus belajar ayat2  Nya dan bisa berpikir jernih dengan landasan ilmu, iman dan taqwa, biidznillah. 

#30haribercerita


Senin, 02 Januari 2023

Ketika Mama Minta Maaf 😥


Di akhir bulan Desember kesehatan mama lagi drop yang biasanya bisa jalan sendiri untuk ke kamar mandi sekarang jadi ga bisa. Kakinya susah di gerakkan. Badan juga lemes untuk duduk aja mama ga kuat.

Di rumah aku lagi berdua sama mama, mbak yang bantuin buat bantu mama ke kamar mandi belum datang, biasanya sore hari sekalian mandiin mama.
Habis dzuhur mama minta diantar ke kamar mandi katanya mau pup ga nyaman di pampers. Aku bilang sama mama, di rumah cuman ada aku ntar takut klo kenapa2 aku ga kuat angkat mama. Mama tetap ngotot katanya bisa, akhirnya kubawa juga ke kamar mandi. Setelah selesai pada saat mau keluar kamar mandi udah sampai di depan pintu kaki mama mulai kaku di jalankan sudah susah, aku coba untuk mengangkat tapi ga bisa, mama kurus tapi karena di tahan jadinya berat. 
Aku berusaha mengangkat tapi mama tetap berpegangan di rolator sedangkan rolator jadi bergerak karena di pegang sedangkan kaki mama masih tertinggal. 

Tanganku memeluk mama dari belakang untuk memastikan mama aman tapi karena rolator bergerak terus mama jadi keseret aku ga bisa angkat mama, akhirnya aku menjatuhkan diri dengan posisi mama diatas aku, secara posisi aku menganggap kondisi ini aman buat mama, tapi pasti tetap sakit karena menahan dan panik. 

Ketika mama terduduk di lantai aku menangis, aku katakan "Khan ma udah dibilang bahaya, aku ga kuat angkat mama sendiri" aku nangis tersedu-sedu. 
Aku nangis karena merasa gagal menjaga mama, selama ini aku mengurus mama all out berusaha mungkin jangan sampai jatuh karena mama punya masalah dengan tulang, dan sudah dua kali operasi.  

Aku tlp mbak untuk segera datang, karena aku juga ga bisa angkat mama sendiri sambil menunggu mbak, aku bilang sama mama, jangan gini lagi ya. Mama bilang, maafin mama ya nak.

Aku tambah nangis mendengar mama minta maaf, aku jawab aku sayang sama mama aku takut mama kenapa-kenapa. Kata mama kita serahkan aja sama Allah, berdoa minta sama Allah supaya ga kenapa2. 

Setelah mbak datang dan mama diangkat di tidurkan di kasur, di buatkan minum dan mama tertidur karena capek. Aku di kamar menangis lagi terisak-isak. Ini entah kejadian yang udah berapa kali mama ga mau dengar apa yang aku bilang. Padahal aku menyampaikan apa yang disampaikan oleh dokter, tapi mama tetap melakukannya akibatnya efeknya fatal buat mama. 

Kejadian seperti ini membuat aku sedih. Memang mengurus lansia itu susah karena prilakunya seperti anak kecil kembali. Kadang disaat jiwaku kuat aku bisa menerima dan menganggap santai tapi disaat hati rapuh entah karena capek, kesal atau apa, aku jadi ngomel dan berakhir nangis. 

Ya Allah pantesan birulwalidaian itu jalan pintas menuju surga, terutama mengurus orang tua di usia lanjut yang mereka sudah tidak bisa apa2.

Tapi tetap sesusah apapun aku ga mau nyerah, tetap sayang dan mau urus mama dalam keadaan apapun, biidznillah. Anggaplah ini cerita yang akan aku kenang, yang aku kenang mama tetap lembut hatinya, usianya kini 80, badannya sudah tidak berdaya lagi tidak seperti dulu dan ketika meminta maaf dengan suara sendu,  "maafin mama ya nak"
Aku patah hati.

#30haribercerita

Tentang Mama dan Alquran


Sudah beberapa bulan ini mama ingatannya agak berkurang. Orientasi waktunya kacau. Magrib di kira subuh. Dzuhur di kira malam. 
Jangankan soal waktu apa yang baru dikerjakannya aja jika ditanya lagi, mama lupa.

Tapi ada yang istimewa, saat sholat berjamaah bersama suami klo ada yang  kelupaan penggalan surat terutama surat-surat yang ayatnya panjang dan yang selalu mengoreksi mama, bukan aku, karena aku ga hapal (malunyaa).

Masya Allah itulah the power Alquran, mama bisa lupa banyak hal tapi tidak dengan hapalan alqurannya, Allah yang menjaga ayatnya. Biidznillah. 

#30haribercerita

Minggu, 01 Januari 2023

Review 2022

Menjelang pergantian kalender tahunan, mencoba mengingat apa yang telah terjadi selama setahun ini; 

Tentang hari-hariku:

Tentang waktu masih banyak di habiskan untuk mengurus mama, lelah tapi suka.

Tentang ilmu, setiap hari mendengar kajian dengan ustad ND dan mengikuti kelas lainnya. 
Sayang pengamalannya belum optimal ada aja yang terlupa dan luput, harus semakin banyak doa minta pertolongan Allah.

Tentang harta, tahun ini aku di khianati pegawaiku yang menyebabkan aku harus mengganti uang puluhan juta, karena aku tidak punya dana cash terpaksa aku meminjam dulu sampai jaminan nya terjual untuk mengganti uang yang kupinjam.
Hikmah dari kejadian ini, waktu awal tau sedih luar biasa kok bisa hubungan hampir 17 tahun, udah dianggap keluarga dan selama ini selalu aku tunaikan hak bahkan lebih, tapi setelah dipikir bisa jadi ini teguran Allah, ada hak Allah yang aku langgar sehingga Allah melepas penjagaannya, harus banyak  ishtigfar dan tobat.

Tentang kesehatan fisik, so far so good ga banyak keluhan, kecuali mata yang semakin bengkak karena hampir tiap hari begadang, mama mempunyai kebiasaan bangun di awal malam sebelum jam 12, akhirnya kita bergadang bersama.

Untuk kesehatan jiwa rapornya agak merah, aku belum lulus mengendalikan emosi ketika capek melanda sering mewek sendiri. Ini juga harus banyak berdoa minta pertolongan Allah agar Allah kuatkan jiwa dan fisik.

Mengenai pekerjaan, aku ambil keputusan untuk tutup buku dulu sampai keadaan memungkinkan, semakin susah untuk meninggalkan mama, mencoba untuk tetap berjalan keduanya yang ada malah di curangi karena kurang pengawasan.

Tentang rumah tangga, Alhamdulillah baik dan grafiknya bagus, lebih paham dan bisa memaknai apa arti mencintai karena Allah yang sesungguhnya.


Tahun ini juga banyak teman yang datang dan pergi dan yang tertinggal memang hanya kebaikan dan kenangan.
Sering kali aku memikirkan dunia itu cuman segini gininya, apa yang perlu aku resahkan, apa yang perlu aku ributkan. Fokus aja untuk persiapan yang pasti 
Tapi tetap syetan berusaha aja menggoda manusia, kadang muncul rasa ga bersyukur, merasa insecure, merasa diri stuck di tempat sedangkan orang lain berkembang dengan banyak hal. 
Alhamdulillah ada penjaga iman yang sering mengingatkan aku, ada ustad yang setiap hari kudengar tausiahnya membuat hidup ini on the track, biidznillah.

Awal tahun aku juga kena covid karena variannya lebih moderat tingkat stressnya ga terlalu tinggi tapi tetap aja badan merasa ga enak, sesak, dada terasa sakit, badan lemah. Tapi ada yang bikin haru dan senang, di komplek saling bantu membantu ketika pandemi, saling mengirimkan makanan, iuran untuk beli obat dan test. Semua turun tangan, terasa nikmatnya bertetangga.
Sampai ada jadwal setiap hari pagi dan malam siapa yang mengantar makanan, belum termasuk yang lainnya. Semuanya saling menjaga dan satu rasa, rasa peduli karena bagaimana juga jika ada apa-apa tetap tetangga yang bisa bergerak lebih dulu apalagi saat covid terjadi pembatasan tamu.

Kesimpulannya satu tahun ini klo ditulis lebih terperinci banyak nikmat yang harus di syukuri, toh aku masih sehat, bisa ngurus mama, sedangkan kurang ini dan itu hanyalah persepsi aku dalam ukuran dunia.

Siap mengganti kalender 2023?

Insya Allah siap, kalendernya juga udah ada😊
Yang penting selama Allah jaga dan tolong dalam mengisi hari, ga masalah apapun yang terjadi insya Allah siap dilakoni. 

Oh iya ada satu hal yang dari dulu aku rencanakan baru terwujud tahun ini yaitu belajar bahasa Arab, ternyata belajar bahasa Arab membuatku sering berurai air mata ketika belajar, sedih kenapa ga ngerti-ngerti, sedih karena ustadzah jadi ngomel soalnya aku berulang kali dibilangin ga masuk-masuk ke kepala. Klo nurutin nafsu pengen udahan aja toh ini sifatnya sukarela tapi hatiku ingin tetap bertahan walaupun sulit. Semoga bisa tetap Istiqomah, ga apa apa sekarang menangis besok-besok tersenyum, mana tau Alllah takdirkan aku tinggal di Madinah untuk beberapa bulan, Aamiin ya Allah, its my dream.

Untuk 2023 aku berdoa semoga dalam setiap tarikan nafas Allah tolong dan Allah jaga dalam menjalani hidup ini.