Selasa, 16 Juli 2013

Buku Yang Memperkaya Jiwa, Tajul 'Arus karya Ibnu 'Athaillah

"Istirahatkan Dirimu Dari Ikut Mengatur"

Ramadhan kali ini saya membaca karya Ibnu 'Athaillah judulnya Tajul 'Arus. Subhanallah buku ini seperti menyegarkan jiwa. Banyak ilmu yang membuat saya merenung dan menetaskan air mata saat membacanya. 
Buku ini tebalnya 523 halaman dan terdiri dari banyak bab, tapi kali ini saya ingin sharing penjelasan dari satu sub judul saja, untuk judul yang lain menyusul :)

Beberapa waktu lalu Santi teman saya menulis status di akun bbm nya "Arih nafsaka ilal tadbiri. Istirahatkan dirimu dari usaha mengatur takdir. Semua sudah diaturNya, tinggal kita menjalani dengan sukarela atau dengan terpaksa". Kalimat ini sempat menjadi diskusi di DW group, karena ada yang bertanya apa ya maksud dari mengistirahatkan diri itu? waktu awal saya membaca kalimat ini yang saya tangkap maksudnya yaitu, konsep ikhlas. Ketika kita sudah berusaha berbuat yang terbaik, soal hasil serahkan kepada Allah. Salah satu teman saya mengatakan ayat tersebut jika ditinjau dari artinya berkaitan dengan doa.

Beberapa hari kemudian ketika saya sedang membaca buku Tajul 'Arus ini saya menemukan kalimat yang sama dengan yang ditulis teman tersebut. Subhanallah ketika saya masih belum mengerti Allah membuka petunjuk dengan menemukan penjelasan tersebut di buku yang sedang saya baca. 
Dalam bab berjudul Hakikat Mengatur, Ibnu 'Athaillah mengatakan "pengaturan hanya milik Allah sebagaimana ditegaskan dalam firmanNya "Siapa yang mengatur urusan? Mereka akan menjawab, Allah. dan "Kemudian dia bersemayam di atas Arasy mengatur semua urusan"

Kenapa Ibnu Athaillah mengatakan "Istirahatkan dirimu!" ia tidak berkata, "Istirahatkan fisikmu!" sebabnya aktivitas lahiriah merupakan upaya lahiriah untuk meraih hasil dan tujuan. Konsep Islam setiap orang harus menetapi sebab, tetapi ia tidak boleh memastikan hasil atau akibat dari sebab tersebut. Inilah yang disebut oleh Ibnu Athaillah dengan "istirahatkan dirimu dari ikut mengatur". Sebab apa yang telah di kerjakan oleh selainmu tak perlu lagi kaulakukan.

"Mengapa kau terus-terusan diliputi rasa takut dan gelisah menghadapi berbagai dinamika dan kondisi kehidupan jika kau telah menyakini kebenaran firman Allah :
- Allah pelindung orang beriman. Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju cahaya (Q.S. al-Baqarah   2:257)
- Siapa yang bertawakal kepada Allah, Dia akan mencukupinya (Q.S. al-Thalaq 65:3)

Ibnu Athaillah berkata, "Sebagai penjelasan bagi mereka yang mau mengambil pelajaran dan mau melihat, ketahuilah bahwa siapa yang berhenti mengatur kebutuhan dunianya, Allah yang akan mengaturkan untuknya. Mengatur dunia terbagi 2, terpuji dan tercela.
Tercela jika mengatur sesuatu sesuai dengan selera dan keinginan sendiri. Pengaturan yang tercela adalah yang membuatmu lalai dari Allah, membuatmu tidak mengerjakan kewajiban kepada-Nya, serta menghalangimu dari berinteraksi dengan-Nya. Sementara pengaturan yang terpuji adalah yang mengantarmu untuk dekat kepada Allah dan kepada ridha-Nya.

Tidak semua pencari dunia tercela, Pencari dunia yang tercela adalah yang mencari dunia untuk dirinya, bukan untuk Tuhannya, untuk dunianya, bukan untuk akhiratnya. Jadi manusia terbagi dua : ada yang mencari dunia untuk dunia dan ada yang mencari dunia untuk akhirat.

Manusia dituntut untuk berusaha, sementara hasil akhirnya di serahkan kepada pengaturan Allah. Karena itu, laksanakan ketaatan kepada-Nya seperti yang Dia perintahkan dan berusahalah seperti yang Dia suruh. Adapun hasilnya, serahkan kepada pengaturan-Nya. Mintalah agar Allah memperbaiki dirimu sehingga engkau dapat bersikap rida terhadap pengaturan-Nya.

Setelah membaca penjelasan ini semua, saya mendapat tambahan ilmu dan diingatkan untuk selalu bertawaqal kepada Allah. Semoga Allah memperbaiki diri saya untuk rida atas segala ketetapan yang telah di tentukan-Nya. Aamiin.
Oh iya dalam penjelasan dan catatan kaki dari buku ini Ibnu Atthailah khusus membuat sebuah buku al-Tanwir fi Isqath al-Tadbir yang edisi Indonesianya dengan judul Misteri Berserah Kepada Allah. Subhannallah betapa dalam dan luas ilmu Ibnu Athailah untuk satu persoalan saja dia mebahas dalam dua buku. Barakallah.... semoga menjadi amal yang tiada terputus baginya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar