Sesungguhnya kenangan jauh lebih mahal dari lukisan.
Dan kesenangan jauh lebih banyak dari uang
(FiraBasuki)
Tapi apa yang menimpa Fira rasanya sangat luar biasa yang belum tentu saya bisa sekuat dan setegar itu. Dari kisah buku ini saya banyak belajar tentang sabar dan ikhlas menerima takdir. Insya Allah ada banyak kebaikan dalam setiap ketetapaNYA.
Fira Basuki saya kenal pertama kali saat membaca karyanyanya mengenai biografi Wimar Witoelar "hell yeah!". Setelah itu saya follow twitter @FiraBasuki. Dari kicauannya saya baca tentang menulis dan kesehariaannya. Saat Fira kehilangan suaminya Hafez Agung Baskoro, masih dalam suasana penganten baru yang masih hitungan beberapa bulan dan sedang hamil muda. Ketika Fira menulis di twitter tentang kehilangan dan kesedihannya, saya ikut banjir airmata. Saya merasakan kesedihannya. Baru saja menikmati kebahagiaan setelah lama menjadi single parent kemudian menikah lagi dan langsung diberi hadiah kehamilan rasanya hidup sudah sempurna. Takdir Allah berkata lain, suami tersayang dipanggil oleh Sang Maha Pencipta, mendadak tanpa firasat apaun setelah beberapa jam mengobrol lewat telpon. Itulah takdir Illahi. Manusia berencana Allah yang jadi sutradaranya.
Sekarang Fira masih tetap dengan pekerjaanya sebagai pemred suatu majalah, masih tetap menulis dan si cantik Kiad Sastra Baskoro bertambah besar dan lucu. Waktu mengobati kesedihan.
Saya kutip salah satu bagian dari tulisan Fira
"Saat mengetik ini pukul 19.49 WIB, di kantor, sendirian di ruang redaksi. Saya mengingat Allah Yang Mahabaik. Rasanya hidup saya ini ajaib sekali. Ketika saya memulai hidup sebagai single parent. Saya hanya pulang membawa dua koper dari Singapura. Allah Mahabaik, memberi saya keluarga yang mendukung lahir-batin. Saya juga tidak lantas terlantar, bahkan dengan mudah mendapat pekerjaan. Selain bekerja dengan karir yang terus meningkat, saya juga di beri ide yang terus mengalir dan bergulir menjadi buku-buku yang terbit satu demi satu. Memoar yang saya ketik ini adalah karya ke-28, sejak jendela-jendela terbit Juli 2001. Saya juga dianugerahi kesehatan lahir dan batin. Raga dan jiwa. Sungguh tak terbayangkan bagaimana seandainya jiwa saya terguncang karena hafez meninggal, saya pikir saya bisa jadi gila. Tapi Allah menjaga saya. Allah juga yang menjaga kandungan saya, hingga saya bisa melahirkan Kiad dengan normal dan selamat. Kiad juga keajaiban tersendiri, bukan cuma beda 13 tahun dengan kakak-nya dan lahir dari rahim saya saat saya berumur 40 tahun. Tapi, Kiad adalah rezeki untuk saya dan keluarga serta bagian dari rencana masa depan Allah. Sungguh Tuhan Mahabaik."
Terbukti sudah tanpa keraguan lagi. Sesuai dengan janji Allah di dalam Al-Qur'an, Allah hanya memberi cobaan kepada orang yang kuat dengan cobaan tersebut dan disetiap kesulitan ada dua kemudahan. Allah Maha Besar.... nikmat yang mana lagi yang kita dustakan? Rencana Allah baik dan pasti.
Air mata saya menetes dan saya berdo'a semoga Allah terus menjaga keluarga Fira dalam lindunganNya, Aamiin.