Senin, 10 Maret 2014

Berburu Buku dan Menuai Ilmu di Islamic Book Fair (IBF) 2014

Perhelatan IBF datang lagi, seneng rasanya liat buku baru dan ketemu penulis :). Dua kali saya menyempatkan diri untuk berkunjung ke IBF, bagi saya ini tidak hanya sekedar melihat tapi juga me time  sebagai seorang penyuka buku apalagi ada discount hehehe.
Minggu pertama saya datang sudah niat untuk mengikuti kajian soft launching buku Salim A Fillah yang berjudul Lapis-lapis keberkahan. Selalu ada rasa haru dan tersentak setiap mendengar tausiah ustad Salim. Merasa diingatkan kembali dan harus belajar lebih dalam lagi tentang Islam.
Ketika berbicara dunia kadang kita lupa tujuan keberkahan. Halal pasti kita cari tapi keberkahan? apakah kita sudah perhatian terhadap hal ini ? 
Apalagi yang kita cari dalam hidup ini kalau bukan lapis-lapis keberkahan. Mari penuhi hati hanya dengan kebaikan, kebaikan dan kebaikan.
Kadangkala keberkahan pada hal-hal kecil mengalahkan sesuatu hal yang besar dan jangan pernah lupakan nikmat-nikmat kecil yang Allah berikan.
Rasanya ga sabar buat baca buku ini semoga dimudahkan penyelesaiannya dan segera terbit agar lapis-lapis keberkahan juga tumpah kepada pembaca :)

Minggu ke dua ada diskusi dengan A Fuadi penulis trilogi 5 menara. Tema diskusinya menarik "Mengenalkan Islam Indonesia Ke Barat Melalui Novel Trilogi 5 Menara". Novel Fuadi ini sudah diterbitkan dalam bahasa Inggris dan sudah tersebar ke luar negri. Buku yang bercerita tentang Islam dan pesantren ini diminati oleh non muslim, mereka jadi tau apa itu pesantren dan Islam. Buku serius yang berbicara tentang Islam pasti sudah banyak dan belum tentu bagi non muslim mau membacanya. Disini keunggulan novel, walaupun bercerita fiksi tetapi latar belakang dan nilai yang ada dalam cerita tersebut menjadi nilai lebih dan menjadi sarana dakwah yang tepat.

"Menulis adalah cara "berdakwah" melintas zaman, negara, geografi dan bahasa" 


"Kata bisa lebih hebat dari peluru, yaitu menginformasikan, menginspirasi dan menggerakkan"

Nah buat yang suka nulis, ternyata banyak media untuk melakukan kebaikan termasuk nulis walaupun novel fiksi sekalipun. Asal niatnya karena Allah, yang ditulis membawa manfaat dan kebaikan, dan ditulis dari hati maka bisa menjadi inspirasi dan menggerakkan orang lain ke arah kebaikan.

Satu lagi acara yang di tunggu, bagi penggemar karya Tere Liye (TL), ada meet and greet bersama TL. Bagi saya TL ini unik publikasi tentang dia pribadi ga ada di media manapun termasuk bukunya, padahal zaman narsis dan selfie gini hal tersebut sesuatu yang langka :)). Tapi disinilah letak konsisten TL walaupun sudah puluhan karya best seller yang telah di terbitkan, dan sudah di filmkan juga, tetap ia hanya mau dikenal karyanya bukan orangnya. 
Tl mengatakan "saya dalam menulis hanya simple saja dan saya tidak melabeli diri saya penulis religi, saya hanya menulis kisah fiksi dengan memberi suasana dan cerita indah disertai pemahaman yang baik. Semua karya fiksi hanyalah rekaan semata, seribu kebaikan yang dalam buku fiksi itu semua hanyalah rekaan tapi kebaikan yang melekat di hati itu adalah kongkrit dan kebaikan yang dilakukan karena insprirasi dari cerita itu adalah sesuatu yang nyata. Kadangkala penulis itu dekat dengan kesia-siaan. adakalanya inspirasi yang ia tulis tidak membawa insprisasi bagi dirinya hanya kepada pembacanya. Maka jadilah pembaca yang melakukan kebaikan nyata dari sebuah inspirasi yang ada"


Selasa, 04 Februari 2014

Hanya Pada-Mu

Tertawan Cinta

Ya Tuhan
Jika cinta adalah ketertawanan
tawanlah aku dengan cinta kepada-Mu
agar tak ada lagi yang dapat menawanku

Ya Tuhan
Jika rindu adalah rasa sakit
Yang tak menemukan muaranya
Penuhilah rasa sakitku
Dengan rindu kepada-Mu
dan jadikanlah kematianku sebagai muara
pertemuan dengan-Mu

Ya Tuhan,
hatiku hanya cukup untuk satu cinta
jika aku tak dapat mengisinya dengan cinta kepada-Mu
Kemanakah wajahku hendak kusembunyikan dari-Mu?

(Mohammad Fauzil Adhim)





Ketika hati jauh dari Allah karena kekecewaan dan kesedihan. Hati semakin gersang dan hampa.
Ketika kemalasan hati dan badan menjalankan sholat malam dan puasa sunah. Jiwa semakin gelisah.

Saatnya mengakhiri semua ini dengan kembali kepada Allah
Apalagi yang hendak dicari, jika Allah yang berkuasa atas diri yang lemah ini



Sesuatu yang keliatan tidak penting
Ternyata menjadi sarana renungan dan teguran
Atas dosa dan khilaf selama ini

Rabb... hamba datang pada-Mu
dengan sepenuh hati dan cinta
Beri hamba ampunan dan cinta-Mu                                                    
yang tak terhingga


* karena letaknya di ruangan rumah yang sering saya lihat, poster reminder dari @oright_label ini  
   mengingatkan saya setiap waktu. Alhamdulillah saya tersadarkan dan move on :) *






Jumat, 24 Januari 2014

Athirah (Novel Yang Terinspirasi Kisah Jusuf Kalla dan Ibunda) by Alberthiene Endah

"Kau tak akan pernah kehilangan ibumu. Energinya akan ada besertamu sepanjang hidup"


Di dunia ada satu kata jika diucapkan akan membuat senang, haru dan cinta. Ya, ibu. Sosok perempuan yang mulia. Buku ini bercerita tentang kisah Jusuf Kalla (seorang pengusaha dan mantan Wakil Presiden ) Indonesia tentang ibunya yang biasa di panggil Emma. 

Jusuf Kalla sebagai seorang anak sulung berbagi perasaan bagaimana menghadapi keadaan yang orang tuanya berpoligami. Ada perasaan sedih, kehilangan dan airmata tapi semua menjadi energi ketika orang yang mengalaminya sang Emma bisa bangkit dan menjadi energi bagi anak-anak, keluarga termasuk suaminya.

Biasanya saya membaca kisah poligami yang diceritakan oleh seorang istri. Saya cukup suprise seorang Jusuf Kalla mau berbagi cerita mengenai masa kecil dan keluarganya khususnya tentang perasaannya sebagai anak yang bapaknya menikah lagi. Tidak ada kata hujatan, benci dan marah dalam buku ini. Walaupun secara manusiawi tetap ada rasa kecewa dan sedih. Menerima, sabar dan ikhlas menjadi nafas dalam perjalanan panjang bagaimana mengelola perasaan dengan keadaan yang ada.

Sosok Emma membentuk kepribadian Jusuf Kalla dan adik-adiknya. Emma yang kuat, baik hati dan pemurah akhirnya menjadi dorongan positif untuk selalu berbuat baik dan menyenangkan hati sang ibu.Bisa dikatakan di balik kesuksesan seorang anak ada ibu yang hebat dan kuat di belakangnya. 

Buku ini membuat saya terharu, walaupun penulisnya mengemas dengan bentuk novel yang mungkin ada penambahan fiksi di dalamnya tapi tema kisah yang disampaikan benar-benar realita yang ada di masyarakat.

"Emma membentuk kami menjadi manusia utuh walau wajah hidup kami sempat tak utuh sebagai sebuah keluarga. Ia mengajarkan untuk selalu melihat kesempurnaan di tengah kondisi tak sempurna. Itulah keindahan ajaran Emma. Kondisi sulit tak perlu mengorbankan siapa pun, tidak perlu merusak segalanya" (halaman 368)

"Tiba-tiba aku ingin menangis. Satu pelajaran berharga mengalir lagi kepadaku. Yang paling perih dalam poligami adalah bila perasaan terdampingi terampas oleh orang lain. Kugenggam tangan Emma, lembut. Aku membuang muka ke sisi. Takut mataku basah. Dan, takut pula kudapati mata Emma basah. Kurasa kami sama-sama menangis di dalam hati" (halaman 215)

Disaat pemakaman Bapak, Jusuf Kalla sebagai seorang anak mengambil keputusan dengan hati yang lurus, saat dimana hendak disemayamkan Bapak karena satu sisi sebagai anak dari  istri pertama mereka berhak tetapi istri kedua Bapak juga meminta disemayamkan di rumahnya.

"Bapak menyusul Emma kurang dari seratus hari setelah napas terakhir Emma terembus. Kesedihan yang luar biasa telah memangkas semangat hidup Bapak. Habis sudah harapannya terhadap hidup. Tubuhnya lemah karena ia jarang menyentuh makanan. Sore menjelang magrib ia sedianya hendak ke Masjid Raya. Ia masuk ke kamar mandi, lalu tak keluar lagi. Bapak meninggal dalam kondisi tertelungkup di sana."
"Lantas dimana ia disemayamkan? adik-adikku berseru dengan keras. "Disini, Jusuf ! Di rumah kita. Ia ayah kita. Kitalah yang paling sah memiliki dia sebagai ayah. Kita anak-anak dari istri pertama. Kita sudah ditinggalkan Bapak begitu lama. Ketika wafat, Bapak harus berada di dekat kita."
"Aku mendengar jeritan adik-adikku. Bisa kupahami keinginan mereka. Tapi di rumah keluarga kedua bapak, juga kudapati perasaan yang sama. Belum pernah sebelumnya aku menginjak rumah bapak dan istri keduanya. Tak sekalipun. Tapi pada hari kematian Bapak, aku harus kesana. Dan kulihat mereka, istri kedua Bapak beserta anak-anak mereka meratap tak habis-habis. "Birkan ayahmu disemayamkan disini. Kami juga mencintainya..."Istri kedua Bapak menatapku dengan tangis berurai, Sebuah permohonan yang juga harus kuhormati."
"Aku terpekur. Berpikir keras, Sebuah problem yang sulit. Ya Allah, beri aku kekuatan untuk bisa bersikap dengan adil. Beri aku kemampuan untuk mengambil keputusan yang paling jernih dan mampu menciptakan perdamaian. Orangtuaku keduanya sudah wafat. Mohon beri kami kekuatan agar setelah ini hanya damai dan cinta kasih yang tersisa. Tak ada lagi jejak sejarah yang terluka."
"Baik, kataku."Bapak dimakamkan di rumah ini. Tapi ia akan di doakan di Masjid Raya, tempat ia mengerahkan segala cinta dan cita-citanya terhadap Islam.." Aku berkata-kata kepada istri kedua Bapak. Ia mengangguk tanpa sorot keberatan" (Halaman 380-381)