Selasa, 09 Mei 2017

Kehilangan merupakan waktu yang tepat untuk memaknai kehadiran

Sakit jadi saat yang baik untuk mensyukuri kesehatan

Kebersamaan hal yang paling membahagiakan

Mengingat kematian menjadi nasehat yang paling ampuh untuk fastabiqul khairat

Innalillahi wainnailaihi Raji'un Kak Ati, semoga Allah terima segala amal kebaikan dan ampuni setiap dosa, semoga husnul khatimah. Aamiin

11 Mei 2017

Selasa, 02 Mei 2017

Berbeda Pemahaman Bukan Alasan Untuk Membubarkan

Baru beberapa hari lalu nulis tentang "Ketika Pemahaman Kita Berbeda" ehh kemaren baca berita kalau kajian ustad Felix Siauw di bubarkan oleh kepolisian atas permintaan salah satu ormas Islam.

Antara sedih dan heran, sejak kapan aturan di negara ini kalau kita berbeda pemahaman, orang tersebut tidak boleh hadir mengisi ceramah atau kajian. Yang mengherankan lagi yang meminta bubar sesama umat Islam.

Saya sendiri berbeda paham dengan HTI yang sedang diperjuangkan oleh ustad Felix, sedangkan untuk hal lain dalam pembahasan agama saya banyak setuju, apalagi ustad Felix konsen terhadap pergaulan anak muda dengan bukunya "udah, putusin saja". Lalu hanya dengan secuil perbedaan itu apakah saya berhak memusuhi atau mengusir orang yang berbeda pemahaman. Kalau ga suka ga usah didengarkan atau tinggalkan, biarkan aja orang yang sepaham yang mendengar atau kalau mau lebih cerdas lagi, konsep di balas konsep atau tulisan di balas tulisan, bukannya konsep di balas dengan kekerasan atau paksaan.

Saya merasa yang kurang dari umat itu ilmu dan keluasaan berpikir. Mungkin mereka sudah terbiasa hanya menyakini satu prinsip, tidak mau tahu dengan yang lain, setidaknya dengan mendengar, menghargai dan belajar lebih banyak lagi.

Setiap ulama, ustad, kyai tentu mempunyai pengikut sendiri dan jalan dakwah yang berbeda. Walaupun jalannya berbeda tapi saya yakin ada tujuan yang sama, menjadi hamba Allah yang lebih baik. Jika dakwah dihalangi lalu siapa lagi yang akan menyebar luaskan agama Allah ini. Saya sendiri merasa belum banyak kontribusi untuk agama ini, makanya saya sangat hormat untuk para juru dakwah. Saya sendiri baru tahap sebagai pembelajar yang menyerap ilmu dari para guru dan mencoba istiqomah mengamalkannya.

Semoga setelah kasus ini, kita semua belajar untuk lebih banyak mendengar, memahami dan membuka hati terhadap perbedaan, yang penting kita semua satu tujuan, mencari Ridha Allah dan menjadi hamba-nya yang bertaqwa, agar kelak Allah kumpulkan kita semua di surgaNya. Aamiin.

Jumat, 28 April 2017

Sekolah Kehidupan

Selama 7 bulan ini saya belajar banyak dari merawat mama, seperti sekolah kehidupan rasanya. Bagaimana harus sabar menghadapi mama yang kadang  suka melanggar aturan kesehatan dan ngeyel kalau dikasih tau, harus telaten, detail untuk urusan obat dan informasi kesehatan serta harus siapin segala kebutuhan mama. Mungkin rasanya seperti ngurus anak kecil tapi Alhamdulillah mama ga rewel :).

Waktu berlalu terasa lebih lambat selama saya di rumah mengurus mama, mungkin karena saya di rumah seharian ga kemana mana. Urusan kantor saya tinggalin dulu, keluar rumah hanya ke pasar dan pergi ngaji. Kadang ada perasaan sedih juga mikirin kantor saya yang jadi terbengkalai apalagi kalau ada kegiatan kegiatan profesi. Klo udah gitu saya cepat cepat ingat tujuan saya, kantor saya jalankan dengan niat untuk mengamalkan ilmu dan ibadah bukan untuk mengejar rezeki sebanyak banyaknya dan punya karir yang lebih hebat toh selama ini hampir 10 tahun saya bekerja kantor mendapat prioritas yang paling akhir diantara urusan suami dan rumah tangga. Makanya ada yang komentar kantor saya seperti jalan di tempat :).

Dulu sebelum saya hijrah prioritas saya hanya suami dan rumah tangga, setelah saya banyak ikut kajian ilmu, prioritas saya bertambah untuk menambah ilmu agama yang baru seujung kuku. Jadi untuk rezeki dan karier saya yang biasa aja ga masalah karena saya sedang tidak berlomba kehebatan dengan orang lain, saya hanya sedang berlomba lomba untuk menambah amal kebaikan.

Rencana Allah itu begitu sempurna, ada satu kejadian yang hikmahnya baru saya tau saat ini. Dulu saya mencoba memasukan proposal ke beberapa bank untuk bekerjasama. Pernah ada yang sudah oke tapi meminta saya untuk selalu ada dan siap sedia jika diperlukan. Karena saya menetap di luar kota karena mengikuti suami yang jadwal saya bekerja mengikuti suami, akhirnya saya tolak permintaan tersebut. Memang untuk pekerjaan saya bekerjasama dengan bank lebih menguntungkan. Sempat galau dan sedih tapi akhirnya itu terlupakan dengan waktu. Sekarang saat saya banyak ikut taklim dan belajar hukum muamalah, terutama tentang riba. Masya Allah jika saya dulu bekerja sama dengan bank betapa banyak dosa saya karena ikut serta dalam pencatatan transaksi riba. Alhamdulillah Allah menyelamatkan saya dengan caraNya yang tidak pernah terpikirkan sama sekali. Bahkan caraNya itu dulu sempat saya tidak sukai.

Hhhmmm waktu jalan jalan dan liburan juga berhenti karena menyesuaikan dengan keadaan  mama, dan ini juga harus saya jalankan dengan kesabaran. Kadang rasanya greget juga liat tanggal merah berderet deret, rasanya ingin terbang jalan jalan seperti orang orang.
Alhamdulillah ada suami yang selalu mengingatkan kalau sekarang prioritas kita menambah amal dengan mengurus mama, soal jalan jalan nanti akan Allah berikan waktu yang tepat.
Lagian selama ini saya juga banyak jalan jalannya baru dua tahun terakhir ini semenjak mamak (mertua) berpulang dan mama sakit lebih banyak stay at home. Itulah manusia yang diingat pas sedihnya aja padahal masa senang senangnya lebih lama :(

Saya mempunyai satu kisah penyemangat saat lagi down yaitu kisah Uwais Alqarni. Cerita tentang bagaimana seorang pemuda yang di hina, tidak dianggap dan miskin karena tidak mempunyai apa apa di dunia ternyata sangat dikenal oleh penduduk langit, yang Rasul sendiri menyuruh para sahabat untuk mencari Uwais untuk meminta doanya serta Istighfar nya karena Allah kabulkan semua doanya karena satu amalnya yang menembus langit yaitu dia sangat berbakti kepada ibunya, selama hidupnya dia mengurus ibunya yang sudah tua dan memenuhi semua kebutuhan dan keinginannya dengan memendam keinginannya sendiri yang ingin berjihad bersama Rasul.

Yang saya lakukan belum seperti Uwais masih jauhhhh rasanya. Tapi kisahnya menjadi catatan bagi jiwa saya bahwa ada peer yang lebih penting diantara keinginan, kesibukan dan citra cita dunia saya yang sering menyibukkan hati.

Tetap yang harus saya tanamkan dan niatkan di hati, apapun yang saya lakukan semata mata karena melaksanakan perintah Allah birulwalidaian berbakti kepada orang tua, semoga Allah ridho dengan perbuatan saya dan kelak menjadi penambah tabungan amal kebaikan saya. Kenapa ini harus menjadi catatan penting? Karena jika niat saya karena manusia atau hal lain, jika terjadi sesuatu yang tidak sesuai harapan saya maka nanti saya akan kecewa beda jika karena Allah, mau nanti di balas dengan kebaikan juga atau malah saya dibikin sedih atau kecewa hal itu tidak akan mengubah perlakuan saya karena itu hanya efek samping, yang utama tetap penilaian di sisi Allah. Duhhh kalau bicara gini, terasa banget yaa Allah itu maha baik dan pemurah, hanya saya aja makhluk nya yang kurang bersyukur dan taat ke pada Allah.

Hidup ini esensinya memang sebuah perjalanan dan sekolah kehidupan. Perjalanan mempersiapkan bekal menuju ketempat yang abadi. Selayaknya saya sebagai hamba untuk mengambil setiap hikmah dan pelajaran dalam setiap perjalanan ini.

Semoga setiap langkah perjalanan hidup ini semakin membawa saya pada kebaikan dan ketaatan kepada Allah. Biidznillah.