Rabu, 14 Maret 2018

Selagi Masih Sehat Lakukan Kebaikan Sekarang Juga

Sudah hampir dua bulan ini saya dan keluarga memantau seorang kerabat yang sedang sakit dan sekarang di rawat di ICU.

Ada moment percakapan sebelum beliau masuk rumah sakit yang tidak bisa saya lupakan, terkenang kenang terus apalagi saat membezuk.

Pada tanggal satu Januari kami mengunjungi beliau saat itu kondisi memang sudah sakit tapi belum di rawat di rumah sakit dan aktivitas masih seperti biasa.
Beliau bercerita tentang kegiatannya saat ini setelah pensiun. Beliau seorang dr spesialis, dari ceritanya setelah pensiun dia tidak lagi bekerja untuk ikatan dinas tapi tetap berpraktek di RS swasta.

"Sekarang rasanya enak fokus pada ibadah biasanya kalau dengar adzan cuek aja tapi sekarang kalau dengar adzan langsung sholat. Kepingin umroh dan haji lagi, Alhamdulillah udah daftar, tahun ini berangkat. Sekarang juga lagi semangat penggalangan dana untuk pembangunan mesjid dan sudah di mulai pembangunannya"

Percakapan itu rasanya biasa saja saat itu, tapi sekarang bikin saya merenung. Setelah percakapan tersebut beberapa hari kemudian beliau pingsan, masuk rumah sakit, operasi kepala, sehat beberapa hari setelah operasi, kemudian koma dan masuk icu berminggu-minggu sampai sekarang.

Apa yang membuat saya kepikiran?
Waktu, ya waktu sehat yang sangat berharga dan arti sebuah hidayah.

Disaat sedang bersemangat memulai dekat dengan Allah, qadarallah sakit datang. Dan Alhamdulillah hidayah itu datang sebelum sakit menyerang. Bagaimana jika masih asyik dengan dunia, betapa menyesal nya tidak sempat memperbaiki ibadah.

Itu yang menjadi pikiran dan pengingat diri ini, bahwa selagi sehat lakukan banyak kebaikan. Dekati Allah dengan cara apapun sesuai kesanggupan . Banyak banyak berdoa agar Allah mudahkan beribadah dan di beri hidayah sebelum detak jantung ini berhenti.

Biidznillah Ya Rabb...
Hamba memohon padamu.

Minggu, 11 Maret 2018

K E C E W A


10 Maret 2018

Hanya ada air mata dan

lara di hati

Mendengar kabar buruk tersebut

Astagfirullah
Astagfirullah
Astagfirullah...


*Sengaja nulis ini sebagai pengingat bahwa kita (saya dan keluarga) pernah kecewa yang sangat mendalam tapi di balik itu semua banyak hikmah yang bisa diambil*


Rabu, 07 Maret 2018

Menginsafi Kefanaan Dunia

Beberapa hari ini perasaan saya tidak menentu, bolak balik chat dalam keadaan emosi yang berbeda membuat saya menyadari betapa fananya dunia.

Saya bukan tipe orang yang bisa multitasking, saya paling ga bisa chat yang lama dengan beberapa orang sekaligus, yang ada sering salah kirim, bikin malu khan, begitu juga mengerjakan  pekerjaan rumah tangga seringnya salah satunya ada aja yang salah atau saya lupa.

Berapa hari yang lalu perasaan saya sedih dan senang, sedih karena teman saya suaminya meninggal dan satu sisi senang karena ada teman yang lain baru menikah. Satu hari dengan dua kabar yang berbeda membuat saya banyak merenung, saya ngebayangin teman saya yang kehilangan suaminya , baru beberapa hari yang lalu datang reuni, berbincang akrab, penuh gelak tawa sekarang harus mengalami kehilangan orang yang tercinta. Sedangkan teman yang satu beberapa bulan lalu ketemu saat di tanya sudah ada calon atau belum hanya bisa terdiam yang menyiratkan belum ada, dan hari itu ia berbahagia telah menemukan imamnya.

Sedih dan gembira adalah hal yang biasa kita rasakan hidup di dunia. Kadang kita sedih kadang kita juga gembira. Karena sebab itu pandai pandai lah kita mengatur perasaan kita jika saat gembira jangan lupa banyak bersyukur dan jangan terlalu gembira begitu juga saat sedih banyak sabar dan istighfar, dan jangan terlalu larut dalam kesedihan. Dari sini saya makin menyadari inilah dunia cuman tempat mampir sebentar untuk merasakan kesedihan dan kegembiraan.

Ya Allah klo sudah begini hilang segala pengen macam macam saya terhadap dunia. Pengennya hidup hanya mengejar akhirat saja dan biarlah urusan dunia  yang mengikuti. Jalani apa yang telah Allah takdirkan dengan keimanan agar Allah ridho dan saya menjadi orang bertaqwa.

Biidznillah ya Rabb..