Selasa, 23 September 2014

Ranjau Biografi by Pepih Nugraha

" Pendekatan jurnalistik di perlukan untuk penulisan biografi daripada metode ilmiah seperti menyusun sejarah. Gunanya agar sosok atau biografi seseorang itu menjadi "hidup" sebagaimana orang menonton film" 


Jika melihat orang sukses jangan liat kondisinya saat ini, tapi liat perjuangan dan proses perjalanan seseorang itu menjadi sukses. Bisa dipastikan banyak cerita yang mewarnai proses kesuksesan itu semua. Dan kita bisa tau cerita itu biasanya dari buku biografi. Ini menjadi salah satu alasan mengapa saya menyukai membaca buku biografi. Saya termasuk orang yang menyukai dan menikmati proses dalam mewujukan sesuatu. Bagi saya sesuatu yang instant biasanya hasilnya juga instant. Jatuh bangun, senyum dan tangisan menjadi bumbu penyedap dalam suatu proses kehidupan. 

Buku ini tidak membahas biografi yang dibuat untuk buku tetapi biografi yang lebih ringkas untuk konsumsi media massa seperti koran atau majalah. Penulis buku ini wartawan senior Kompas yang sudah terbiasa menulis rubrik tokoh atau sosok. 

"Mengapa biografi menjadi menarik? Karena ia menganalisis dan menerangkan serangkaian kejadian dalam hidup seseorang"

"Menulis biografi seseorang untuk kepentingan penulisan buku ibarat membangun kembali bangunan yang berasal dari kepingan-kepingan tercecer"

" "Ranjau" biografi yang dimaksudkan di dalam buku ini adalah hal-hal yang melemahkan tulisan biografi itu sendiri, baik dalam bentuk tulisan sosok di media massa maupun biografi dalam bentuk buku. Ibarat ranjau dalam peperangan yang dipasang oleh lawan, jika salah satu ranjau ini terinjak atau terlanggar oleh pelaku peperangan, besar kemungkinan ranjau itu akan mencelakakan dirinya sendiri, besar kemungkinan biografi yang dihasilkan pun tidak akan sempurna, bahkan tidak akan pernah selesai."

Apa saja ranjau tersebut ?

1. Berbohong tak hanya dilakukan jurnalis, nara sumber juga

Dalam buku ini kisahkan mengenai tokoh Rama seorang bloger Tuna Netra yang pernah ditulis sebagai sosok yang menginspirasi akan tetapi kemudian membuat pengakuan bahwa karya yang diakuinya tersebut hanya bohong.
Saya termasuk orang yang membeli buku biografi seorang Eko Ramaditya Adikara. Saya kagum ketika bagaimana seorang Rama yang tuna netra bisa tetap hidup mandiri dan tetap bisa berkarya. Saya membeli buku itu untuk memberi semangat dan contoh bagi para keponakan saya agar mereka bisa mencontoh sosok seperti Rama dan saya dengan semangat menceritakan tokoh Rama tersebut. 
Kemudian bagaikan serangan jantung ketika saya membaca berita bahwa Rama melakukan kebohongan, yang saya pikirkan adalah keponakan saya, bagaimana jika mereka tau apakah ini membuat efek yang buruk buat mereka. Tapi sudahlah ini kejadian yang telah berlalu dan sekarang saya bisa menerima dan memaafkan seorang Rama. Yang penting dia jujur dan berani mengakui kesalahannya dan saya baca dari time line nya di twitter sekarang hidupnya juga sudah lebih bahagia :)

2. Tokoh kontroversial baik atau buruk untuk di profilkan?

3. Jangan terlalu dekat dengan politisi

" Sekali si jurnalis terlalu dekat dengan narasumbernya. Niscaya tulisan sosok yang dihasilkannya kurang greget karena hanya berisi puja puji. Akibatnya, tulisan tidak memberi ruang pencerahan kritis yang sangat diperlukan pembaca."

4. Eksploitasi, tetap harus di hindari

"Penulis yang jeli harus yakin terlebih dahulu akan reputasi dari tokoh yang akan di sosokkannya. Jika tidak hati-hati ranjau eksplotasi dalam menulis biografi akan meledakkan dan segera membuat "cacat" penulisnya"

5. Cantik sumber inspirasi, tetapi menyimpan bahaya tersembunyi 

6. Bahaya kultus individu dan pencitraan

"Kultus individu diartikan sebagai penghormatan secara berlebihan kepada seseorang. Media massa memang di gunakan sebagai alat efektif untuk pengultusan individu ini"

7. Tak kenal, tak pernah pula wawancara

"Bisa sangat tidak berjiwa jika menulis sebuah biografi panjang dalam bentuk buku tanpa bertemu langsung dengan objek yang ditulis"

8. Karena masih dianggap bau kencur

9. Fanatisme berlebihan bahkan untuk urusan ngopi

10. Kekaguman yang melenakan

"Sebagai jurnalis profesional, saya harus menjaga kekaguman saya terhadap tokoh yang di profilkan atau di sosokkan agar tulisan tidak hanya berisi puja-puji dan bentuk kekaguman lain yang bisa melumpuhkan kata-kata saya"

11. Sogokan, ranjau sekaligus racun yang mematikan

"Pembaca yang kritis bisa dengan mudah membedakan mana sebuah biografi yang benar-benar di tulis karena nilai-nilai berita (news value) yang terkandung dalam figur seseorang yang di profilkan atau sebatas biografi pesanan"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar