Jumat, 24 Oktober 2014

Ada Pertanyaan Dalam Setiap Perjalanan Kehidupan ( RINDU by Tere Liye)

Apalah arti memiliki
Ketika diri kami sendiri bukanlah milik kami?

Apalah arti kehilangan,
Ketika kami sebenarnya menemukan banyak saat kehilangan,
dan sebaliknya, kehilangan banyak pula saat menemukan?

Apalah arti cinta,
Ketika kami menangis terluka atas perasaan yang seharusnya indah? 
Bagaimana mungkin, kami terduduk patah hati 
atas sesuatu yang seharusnya suci dan tidak menuntut apa pun?

Wahai, bukankah banyak kerinduan saat kami hendak melupakan?
Dan tidak terbilang keinginan melupakan saat kami dalam rindu?
Hingga rindu dan melupakan jaraknya setipis benang saja


Novel yang indah karena setiap cerita dibingkai dengan kalimat hikmah yang berisi pemahaman baik. Soal cerita mungkin banyak kesamaan dengan sebuah cerita yang pernah kita baca, yang membedakan maksud dan pesan yang ingin disampaikan dalam buku tersebut. Saya seperti belajar suatu ilmu kehidupan yang sangat berharga tapi disampaikan melalui sebuah cerita yang sangat menarik dan mengesankan,   love it :).

Sepertinya novel Rindu ini merupakan novel yang paling tebal yang pernah di buat penulis. Setelah saya selesai membacanya saya pun maklum karena banyak sekali pesan yang ingin disampaikan. Biasanya dalam satu cerita ada satu dua pesan, dalam novel Rindu ini ada lima pesan inti dengan bentuk dialog sebuah pertanyaan dari para tokoh. Karena saya jatuh cinta dengan cara Tere Liye membungkus pesan itu menjadi sebuah cerita yang menarik, maka izinkan saya menulis dialog tersebut dengan lengkap, dan ini juga menjadi pengingat buat diri saya sendiri ketika saya mengalami permasalahan yang sama saya tau kemana hati dan jiwa ini melangkah :)

Mari kita mulai......


"Setiap perjalanan selalu disertai oleh pertanyaan-pertanyaan"

"Di tahun 1938, zaman Belanda naik haji adalah perjalanan berbulan-bulan. Penuh perjuangan, penuh air mata keharuan, pun air mata keinsyafan. Mengorbankan waktu, harta bahkan dalam beberapa kasus, juga nyawa. Jamaah yang berangkat membawa pertanyaan masing-masing. Baik yang menyadari benar apa pertanyaanya, atau hanya tersirat dalam doa-doa. Kisah ini tentang pertanyaan-pertanyaan tersebut."


# Masa lalu yang nista sebagai seorang cabo (pelacur) membuat Bonda Upe menjadi tertutup dan ketakutan, padahal ia sekarang seorang muslimah sejati dan dikapal ia mengajar anak-anak mengaji. Bonda Upe takut masa lalunya akan terungkap dan ia juga khawatir apakah Allah akan menerimanya di tanah suci?

Penjelasan yang sangat arif dari seorang Gurutta :

1. "Kita keliru sekali jika lari dari sebuah kenyataan hidup, hanya menyulitkan diri sendiri. Semakin keras kita berusaha lari, maka semakin kuat cengkramannya. Cara terbaik menghadapi masa lalu adalah dengan dihadapi. Berdiri gagah. Mulailah dengan damai menerima masa lalumu. Buat apa dilawan? Dilupakan? itu sudah menjadi bagian hidup. Dengan menerimanya perlahan-lahan dia akan memudar sendiri. Disiram oleh waktu, dipoles oleh kenangan baru yang lebih bahagia. Melakukan hal tersebut tidak mudah. Itu sulit. Tapi bukan berarti mustahil."


2. "Tentang penilaian orang lain, tentang cemas diketahui orang lain siapa kau sebenarnya. Maka ketahuilah, saat kita tertawa, hanya kitalah yang tahu persis apakah tawa kita itu bahagia atau tidak. Boleh jadi, kita sedang tertawa dalam seluruh kesedihan. Orang lain hanya melihat wajah. Saat kita menangis pun sama, hanya kita yang tahu persis apakah tangisan itu sedih atau tidak. Boleh jadi kita sedang menangis dalam seluruh kebahagiaan. Orang lain hanya melihat luar. Maka tidak relevan penilaian orang lain. Kita tidak perlu menjelaskan panjang lebar. Itu kehidupan kita. Tidak perlu siapa pun mengakuinya untuk di bilang hebat. Kitalah yang tau persis setiap perjalanan hidup yang kita lakukan. Karena sebenarnya yang tahu persis apakah kita bahagia atau tidak, tulus atau tidak, hanya diri kita sendiri. Kita tidak perlu menggapai seluruh catatan hebat menurut versi manusia sedunia. Kita hanya perlu merengkuh rasa damai dalam hati kita sendiri.
Kita tidak perlu membuktikan apapun kepada siapapun bahwa kita itu baik? Buat apa? Sama sekali tidak perlu. Jangan merepotkan diri sendiri dengan penilaian orang lain. Karena toh, kalaupun orang lain menganggap demikian, pada akhirnya tetap kita sendiri yang tahu persis apakah kita memang sebaik itu.
Besok lusa, mungkin ada saja penumpang kapal yang tahu kau bekas seorang cabo. Tapi buat apa di cemaskan? Saudaramu sesama muslim, jika dia tahu, maka dia akan menutup aibmu. Karena Allah menjanjikan barang siapa yang menutup aib saudaranya, maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat. Itu janji yang hebat sekali. Kalaupun ada saudara kita yang tetap membahasnya, mengungkitnya, kita tidak perlu berkecil hati. Abaikan saja. Dia melakukan itu karena ilmunya dangkal. Doakan saja semoga besok lusa dia paham."


3. "Apakah Allah akan menerima seorang pelacur di Tanah Suci? Jawabannya, hanya Allah yang tahu. Kita tidak bisa menebak, menduga, memaksa, merajuk dan sebagainya. Itu hak penuh Allah. Tapi ketahuilah, ada sebuah kisah sahih dari Nabi kita. Mungkin itu membuatmu menjadi lebih mantap.
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, "Suatu saat ada seekor anjing yang berputar-putar di sekitar sumur. Anjing itu hampir mati karena kehausan, dan dia tidak bisa mengambil air di dalam sumur. Kemudian, datanglah seorang pelacur dari Bani Israil yang melihat anjing itu. pelacur itu melepas sepatunya dan mengambilkan air untuk anjing itu, dan iapun meminumkanya kepada anjing itu. Maka, diampunilah dosa pelacur itu lantaran perbuatannya itu."
"Apakah Allah akan menerima haji seorang pelacur? Hanya Allah yang tahu. Kita hanya bisa berharap dan takut. Senantiasa berharap atas ampunannya. Selalu takut atas azabnya. Belajarlah dari riwayat itu. Selalulah berbuat baik, selalu. Maka semoga besok lusa, ada satu perbuatan baikmu yang menjadi sebab kau diampuni."

# Yang kedua pertanyaan dari seorang Daeng Adipati, seorang anak muda, kaya, punya keluarga yang membahagiakan tapi dia menyimpan kebencian yang sangat dalam terhadap ayahnya yang sangat kejam tidak hanya terhadap keluarga tapi juga kepada orang lain. Apakah tanah suci akan terbuka bagi seorang anak yang membenci ayahnya sendiri? Bagaimana caranya agar aku bisa memaafkan, melupakan semua? Bagaimana caranya agar semua ingatan itu enyah pergi?

Penjelasan ini sungguh nyata dan benar :

1. "Kita sebenarnya sedang membenci diri kita sendiri saat membenci orang lain. Ketika ada orang jahat, membuat kerusakan di muka bumi, misalnya, apakah Allah langsung mengirimkan petir untuk menyambar orang itu? Nyatanya tidak. Bahkan dalam beberapa kasus, orang-orang itu diberikan begitu banyak kemudahan, jalan hidupnya terbuka lebar. kenapa Allah tidak langsung menghukumnya? Kenapa Allah menangguhkannya? Itu hak mutlak Allah. Karena keadilan Allah selalu mengambil terbaiknya, yang kita tidak selalu paham."

"Ada orang-orang yang kita benci. Ada pula orang-orang yang kita sukai. Hilir mudik datang dalam kehidupan kita. Tapi apakah kita berhak membenci orang lain? Sedangkan Allah sendiri tidak mengirimkan petir segera? Aku tidak tahu jawabannya. Tapi coba pikirkan hal ini. Pikirkan dalam-dalam, kenapa kita harus benci? Kenapa? padahal kita bisa saja mengatur hati kita, bilang saya tidak akan membencinya. Toh itu hati kita sendiri? Kita berkuasa penuh mengatur-ngaturnya. Kenapa kita tetap memutuskan membenci? Karena boleh jadi, saat kita membenci orang lain, kita sebenarnya sedang membenci diri kita sendiri.".

" Kau benci ayahmu, Nak. Karena kau membenci dirimu sendiri yang tidak kuasa mencegahnya berbuat kasar pada ibumu. Kau membenci ayahmu karena kau membenci diri sendiri yang tidak mampu menghentikan bahkan mengubah prilaku jahat ayahmu."

2. "Saat kita memutuskan memaafkan seseorang. Itu bukan persoalan apakah orang itu salah dan kita benar. Apakah orang itu jahat atau aniaya. Bukan! Kita memutuskan memaafkan seseorang karena kita berhak atas kedamaian di dalam hati. Dalam agama kita banyak sekali perintah agar kita senantiasa memaafkan. Ditulis indah dalam kitab suci, diwasiatkan langsung oleh Nabi. Keburukan bisa di balas dengan keburukan, tapi sungguh besar balasan Allah, jika kita memilih memaafkan."

3. "Kesalahan itu ibarat halaman kosong. Tiba-tiba ada yang mencoretnya dengan keliru. Kita bisa memaafkannya dengan menghapus tulisan tersebut, baik dengan penghapus biasa, dengan penghapus canggih, dengan apapun. Tapi tetap tersisa berkasnya. Tidak akan hilang. Agar semuanya benar-benar bersih, hanya satu jalan keluarnya, bukalah lembaran kertas baru yang benar-benar kosong."

" Buka lembaran baru, tutup lembaran yang pernah tercoret. Jangan diungkit-ungkit lagi. Jangan ada tapi, tapi dan tapi. Tutup lembaran tidak menyenangkan itu. Apakah mudah melakukannya? Tidak mudah. Tapi jika kau sungguh-sungguh, kau bisa melakukannya. Mulailah hari ini, detik ini. Berpuluh tahun kau terlambat melakukannya. Berpuluh tahun kau justru berkutat membolak balikan halaman itu, tidak akan pernah maju."


# Pertanyaan ketiga dari Mbah Kakung yang kehilangan Mbah Putri di kapal. Mereka merupakan pasangan paling romantis, karena selalu mesra walau di usia senja. Mereka sudah menabung puluhan tahun untuk bisa berangkat haji bersama. Tapi takdir memanggil Mbah Putri pada saat perjalanan menuju Tanah Suci. Tidak terbendung lagi kesedihan Mbah Kakung hilang sinar dalam kehidupannya. Mbah kakung bertanya-tanya "Kenapa harus ketika kami sudah sedikit lagi dari Tanah Suci. Kenapa harus ada di atas lautan ini. Tidak bisakah ditunda barang satu dua bulan? Atau, jika tidak bisa selama itu, bisakah ditunda hingga kami tiba di Tanah Suci, sempat bergandengan tangan melihat Masjidil Haram. Kenapa harus sekarang?."

Jawaban yang sudah pasti tentang takdir :

1. " Lahir dan mati adalah takdir Allah. Kita tidak mampu mengetahuinya. Pun tiada kekuatan bisa menebaknya. Kita tidak bisa memilih orang tua, tanggal, tempat..tidak bisa. Itu hak mutlak Allah. Kita tidak bisa menunda, maupun memajukannya walau sedetik. Kenapa Mbah Putri harus meninggal di atas kapal ini?Allah yang tahu alasannya. Dan ketika kita tidak tahu, tidak mengerti alasannya, bukan berarti kita jadi membenci, tidak menyukai takdir tersebut. Amat terlarang bagi seorang muslim mendustakan takdir Allah."

"Allah memberikan apa yang kita butuhkan bukan apa yang kita inginkan. Segala sesuatu yang kita anggap buruk, boleh jadi baik untuk kita. Sebaliknya segala sesuatu yang kita anggap baik, boleh jadi amat buruk bagi kita. Semua ini mudah diucapkan, tapi susah dalam kenyataanya. Tapi bukan berarti kita mengabaikan begitu saja nasihat-nasihat dalam agama kita.Terimalah dengan lapang hati. Karena kita mau menerima atau menolaknya dia tetap terjadi. Takdir tidak pernah bertanya apa perasaan kita, apakah kita bahagia, apakah kita tidak suka. Tidak peduli. Nah, kabar baiknya karena kita tidak bisa mengendalikannya, bukan berarti kita jadi makhluk tidak berdaya. Kita tetap bisa mengendalikan diri sendiri bagaimana menyikapinya. Apakah bersedia menerima atau mendustakannya.


2. "Biarlah waktu mengobati seluruh kesedihan. Ketika kita tidak tahu mau melakukan apa lagi, ketika kita merasa semua sudah hilang, musnah, habis sudah, maka itulah saatnya kita membiarkan waktu menjadi obat yang terbaik. Hari demi hari akan menghapus selembar demi lembar kesedihan. Minggu demi minggu akan melepas sepapan demi sepapan kegelisahan. Bulan, tahun, maka rontok sudahlah bangunan kesedihan di dalam hati. Biarkan waktu mengobatinya. Sambil terus mengisi hari-hari dengan baik dan positif. Dalam Al-Quran, ditulis dengan sangat indah, minta tolonglah kepada sabar dan shalat. Bagaimana mungkin sabar bisa menolong kita? Tentu saja bisa. Dalam situasi tertentu, sabar bahkan penolong paling dahsat. Tiada terkira. Dan shalat, itu juga penolong terbaik tiada tara. Sungguh beruntung orang orang yang sabar dan senatiasa menegakkan shalat."

3. "Mulailah memahami kejadian ini dari kacamata yang berbeda, agar lengkap. Jangan memaksakan melihatnya dari kacamata kita. Terus bersikeras, bertanya, tidak terima. Jika itu yang kita lakukan, maka kita akan terus kembali, kembali, dan kembali lagi ke posisi awal. Tidak pernah beranjak jauh."


# Pertanyaan ke empat dari Ambo Uleng. Pemuda yang bersedih karena kehilangan seorang gadis yang ia cintai tapi tidak disetujui orang tua gadis tersebut karena mereka telah berjanji akan menjodohkan gadis tersebut dengan anak sahabatnya. Ambo terpagut harapan, terjerat keinginan memiliki, dan terperangkap kehilangan seseorang yang di sayangi. Ambo bertanya tanya apakah itu cinta sejati? Apakah besok lusa akan berjodoh dengan gadis itu? Apakah ia masih memiliki kesempatan?

Penjelasan tentang cinta selalu menarik hati untuk disimak karena dalam kehidupan penuh dengan cinta


1. "Apakah cinta sejati itu? Dalam kasus ini, cinta sejati adalah melepaskan. Semakin sejati perasaan itu, maka semakin tulus kau melepaskannya. Bagaimana mungkin? Kita bilang itu cinta sejati, tapi kita justru melepaskannya? Tapi inilah rumus terbaik yang tidak pernah dipahami para pecinta. Mereka tidak pernah mau mencoba memahami penjelasannya, tidak bersedia. Lepaskanlah, jika besok lusa, jika dia adalah cinta sejatimu, dia pasti akan kembali dengan cara mengagumkan. Ada saja takdir hebat yang tercipta untuk kita. Jika dia tidak kembali, maka sederhana jadinya, itu bukan cinta sejatimu. Kisah cinta manusia, siapa penulisnya? Allah. penulisnya adalah pemilik cerita paling sempurna di muka bumi. Kisah kita pastilah yang terbaik di tuliskan."

"Dengan menyakini itu, maka tidak mengapa kalau patah hati, kecewa, menangis tergugu karena harapan, keinginan memiliki, tapi jangan berlebihan. Jangan merusak diri sendiri. Selalu pahami, cinta yang baik selalu mengajari agar menjaga diri. Tidak melanggar batas, tidak melewati kaidah agama. Karena esok lusa, ada orang yang mengaku cinta, tapi dia melakukan begitu banyak maksiat, menginjak-nginjak semua peraturan dalam agama, menodai cinta itu sendiri. Cinta itu ibarat bibit tanaman. Jika dia tumbuh di tanah yang subur, disiram dengan pupuk pemahaman baik, dirawat dengan menjaga diri, maka tumbuhlah dia menjadi pohon yang berbuah lebat dan lezat. Tapi jika bibit itu tumbuh di tanah yang kering, disiram dengan racun maksiat, dirawat dengan niat jelek, maka tumbuhlah dia menjadi pohon meranggas, berduri, berbuah pahit."

"Jika harapan dan keinginan memiliki itu belum tergapai, belum terwujud, maka teruslah memperbaiki diri sendiri, sibukkan dengan belajar. Teruslah berbuat baik. Insya Allah, besok lusa, Allah sendiri yang akan mengungkapkan misteri takdirnya. Sekali kita bisa mengendalikan harapan dan keinginan memiliki, maka sebesar apa pun wujud kehilangan kita akan siap menghadapinya. Jikalaupun tidak dapat memiliki, besok lusa akan memperoleh ganti yang lebih baik."


# Pertanyaan terakhir sebagai penutup dari kegelisahan seorang Gurutta yang ia terima dari Ambo Uleng. Dalam keadaan darurat saat kapal diambil alih oleh perompak. Ambo Uleng bertindak untuk menyelamatkan kapal dengan strategi yang telah ia pikirkan dengan meminta bantuan Gurutta untuk membuat pesan berantai kepada seluruh penumpang. Gurutta ragu-ragu karena jika kalah ada risiko saat melakukan hal tersebut yang mana banyak korban yang jatuh baik anak-anak maupun perempuan. Hal tersebut tidak disetujui oleh Gurutta yang tidak mengingankan ada luka dan kehilangan. Ada hal penting dari sekedar kehilangan kata Ambo Uleng.

"Gurutta bergumam, ia yang pandai menjawab begitu banyak pertanyaan, sekarang bahkan tidak berani menjawab pertanyaan diri sendiri. Ia menulis tentang kemerdekaan, tapi ia sendiri tidak pernah berani melakukannya secara konkret. Ia selalu menghindar, lari dari pertempuran dengan alasan ada jalan keluar lebih baik. Ia tidak pernah memimpin perlawanan seperti Syekh Yusuf yang masyhur dan tercatat namanya dalam sejarah. Ia juga tidak seperti Syekh Raniri yang menunaikan perlawananya dengan harga seluruh sekolah dan keluarganya binasa. Ia pengecut. Ia selalu lari. Tidak sedetik pun ia hadir dalam pertempuran melawan penjajah."

"Tapi malam ini, kelasi yang pendiam ini berhasil mencungkil penjelasan tersebut. Ambo Uleng, dengan wajah yakin menggenggam tangan Gurutta, berkata berlahan, "Gurutta, aku masih ingat ceramah Gurutta beberapa hari lalu di mesjid kapal. Lawanlah kemungkaran dengan tiga hal. Dengan tanganmu, tebaskan pedang penuh gagah berani, Dengan lisanmu sampaikan dengan perkasa. Atau dengan benci di dalam hati, tapi itu sungguh selemah-lemahnya iman."

"Gurutta menyeka pipinya yang basah, menatap kelasi yang bahkan baru beberapa hari lalu bisa sholat dengan genap. Ya Rabbi, anak muda ini, telah memberikan jawaban padanya. Urusan ini, pertanyaan ini, ia tidak akan pernah bisa menjawabnya dengan kalimat lisan, dengan tulisan. Ia harus menjawabnya dengan perbuatan. Saatnya ia menunaikan tugasnya sebagai ulama, yang memimpin di garis terdepan melawan kezaliman dan kemungkaran."

"Malam itu pertanyaan terakhir telah genap di jawab."

Dari urutan 5 pertanyaan tersebut Tere Liye membuat sebuah akhir cerita yang sangat luar biasa. Pada akhirnya semua ilmu yang kita dapat tidak akan menjadi berarti apabila kita tidak kita laksanakan dalam kehidupan nyata. Sebaliknya walaupun ilmu kita sedikit tapi yang kita laksanakan itu menjadi pelita dalam kehidupan kita.

Seperti yang dikatakan berulang ulang oleh Tere Liye, peluk dengan kuat pemahaman baik ini, laksanakan dalam perbuatan dan sampaikan juga kepada orang lain.

Yukkk ahhh, mari kita mulai dari diri sendiri, dari sekarang dan niatkan semuanya karena Allah...

Salam Rindu...:))

Tidak ada komentar:

Posting Komentar