Senin, 29 Juli 2019

Tamu Itu Bernama Dimensia


Tenang ya Pak

Tenang ya pak, walaupun bapak sudah banyak lupa kami tetap ingat dengan kasih sayang dan cinta bapak.

Tenang ya pak, walaupun kami belum bisa melakukan banyak tapi kami tetap berusaha melakukan dan memberi yang terbaik.

Tenang ya pak, segala halusinasi tentang orang jahat dll hanya dalam ilusi.

Tenang ya pak, sakit ini tidak akan merubah perasaan kami terhadap bapak.

Tenang ya pak, seperti janji Allah dibalik kesusahan ada dua kemudahan yang menyertai.

Tenang ya pak, serumit apapun penyakit ini, insyaa Allah kami akan tetap birulwalidaian

Tenang ya pak, cobaan ini hanya sebentar, hanya di dunia. Biidznillah nanti kita sekeluarga berkumpul di surga dalam keadaan sehat.

Tenang ya pak, semua akan baik baik aja, ada Allah tempat kita mengadu, dan ada kami cintanya bapak dan kami mencintai bapak karena Allah.

Bismillahirrahmanirrahim

Saya belum pernah mendengar penyakit dimensia sebelumnya hanya familiar dengan kata pikun, dan seringkali menjadi candaan saat sering terlupa sesuatu dikatakan "udah pikun ya?".

Saya ingat dulu pernah ada saudara yang pikun dan kelihatannya biasa saja hanya ketika di tanya saat ketemu, "ingat ga ini siapa, hanya di jawab dengan tatapan seperti baru kenal".

Alhamdulillah alla kulli hall, saat ini bapak terkena penyakit dimensia, gejalanya sudah tampak beberapa tahun yang lalu tapi ga ngeh klo itu tanda dimensia dan dengan depresi karena berpulangnya mamak penyakit itu semakin menjadi.

Apa yang membuat berat bagi keluarga ketika orang tercinta terkena penyakit dimensia? Bagi saya pribadi, macetnya komunikasi.
Dulu ketika bapak sehat dan bugar, mengobrol menjadi hal yang menyenangkan, bepergian selalu semangat. Sekarang ingatan bapak banyak berkurang terutama hal-hal yang baru terjadi, dan selalu menanyakan berulang ulang lagi dimana, ada acara apa, udah makan dll? Tapi saya sangat bersyukur bapak masih ingat semua anak, mantu dan cucunya.

Setelah tau bapak kena penyakit dimensia saya banyak goggling tentang penyakit ini, kemudian saya cari buku-buku yang membahas tentang dimensia. Sungguh saya penasaran apa itu dimensia, bagaimana cara menghadapi orang yang kena dimensia, apa penyebabnya dan bagaimana pengobatannya. Sungguh banyak sekali yang saya ingin tau karena bingung bagaimana cara yang tepat menghadapi bapak.

Banyak bicara bapak yang ngawur dan kadang bersifat negatif. Selama ini ketika bapak ngoceh sesuatu yang negatif seperti selalu curiga, waswas dan merasa sedang dalam keadaan bahaya selalu di luruskan oleh anak-anaknya tapi yang bikin heran kok ini sering terjadi dan diluar kebiasaan bapak, ternyata disini letak salah penanganannya.
Orang yang sarafnya sudah rusak tentu tidak lagi bisa mengontrol pembicaraan dan pemikirannya, sama seperti anak kecil yang tidak punya akal, jadi percuma saja diluruskan ucapannya jika untuk berpikir saja sudah ada gangguan. Lebih baik di iyakan saja agar bapak tenang. Orang yang terkena dimensia sangat moody, jika dia happy maka kehidupan menjadi aman dan tentram, tapi ketika dia gelisah dan ada pikiran, omongannya menjadi halusinasi .

Semua memang butuh ilmu agar tidak salah jalan. Jangan sampai niatnya baik ternyata salah dalam cara penanganannya. Dari buku yang saya baca (Aku Bersyukur ibuku Pikun, Kisah Nyata yang Menyentuh dan Inspiratig Tentang Merawat Penderita Dimensia by Irna Permanasari), sebagai salah satu cara merawat otak dengan mensuplai.makanan bergizi dan hidup sehat. Selain itu untuk mencegah pikun dianjurkan melakukan berbagai jenis kegiatan yang berhubungan dengan otak seperti mengisi teka teki, menulis, bersosialisasi, tidak dianjurkan banyak menonton tv karena menonton sifatnya pasif tidak banyak merangsang otak bekerja.

Dimensia bagi saya bukan sesuatu yang mengerikan, yang diambil hanya berapa persen fungsi otak sedangkan bagian lain masih tetap berfungsi. Tetap bersukur dan bersabar kunci bagi keluarga yang merawat. Merawat orang dimensia sama seperti merawat bayi seringkali mereka sudah tak bisa mengontrol bak dan bab jadi semua perlu bantuan.
Jika sekarang kita mengurus orang tua kita seperti bayi seperti itulah dulu mereka merawat anak-anaknya. Apakah mereka marah anaknya pipis dan pup di celana? Yang ada mereka malah tersenyum, mengajak bermain sambil membersihkan.
Dari segi penderita, sakitnya insyaa Allah menjadi pengugur dosa.

Hidup ini adalah perjalanan, jika di tengah jalan ada batu yang membuat kaki luka dan tersandung, kita tidak akan bisa memberhentikan waktu. Waktu akan tetap berjalan dengan segala rasa yang ada,  yang di perlukan hanya membersihkan luka, berhati hati saat berjalan dan menyiapkan bekal sampai akhirnya nanti berhenti di ujung jalan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar