Selasa, 07 September 2021

Aneurisma, Jangan Sampai Pecah

Dari info yang saya baca di ig @rumahsakitotak bulan September di peringati sebagai hari "Brain Aneursym Awareness". 
Berapa hari yang lalu saya juga ikut mendengar seminar edukasi tentang aneurisma #jangansampaipecah yang diselenggarakan oleh RS PON

Sebagai orang yang mendampingi mama yang qadarullah terkena penyakit ini hampir 2 tahun, saya juga pengen berbagi cerita karena menyadari betapa pentingnya kesadaran dan edukasi tentang penyakit ini. 
Pada saat dokter menegakkan diagnosa penyakit ini pada mama istilah aneurisma terdengar asing dan baru pertama kali saya dengar.

Saya mau cerita dulu bagaimana awal mama terkena penyakit ini. 
Waktu itu sekitar pertengahan tahun 2020 mama merasa sakit kepala yang sangat nyeri dan terasa terus menerus, nyerinya sampai ke mata. Sebelumnya mama juga sering sakit kepala tapi ini beda mama sampai menjerit karena kesakitan. 
Akhirnya kita ke RS dekat rumah dan konsul ke dr syaraf, kemudian dianjurkan untuk Ct Scan, hasil Ct Scan menunjukan ada benjolan kecil kemudian disarankan untuk konsul dengan dr bedah syaraf. 
Benjolan ini belum di ketahui apakah tumor atau ca atau yang lain, tapi karena umur mama sudah kategori lanjut yaitu 78 sangat berisiko jika dilakukan tindakan, itu hasil dari konsul dengan dr bedah syaraf. 

Sampai di rumah agak bingung rasanya infonya masih kurang karena ga ada solusi mama tetap kesakitan dan tidak ada obat yang diberikan hanya disuruh minum obat nyeri yang biasa diminum yaitu parasetamol.

Akhirnya berusaha cari info lagi ke dr bedah syaraf di RS daerah Jaksel, jawaban masih sama karena lanjut usia riskan ada tindakan.

Entah kenapa feeling ku mengatakan masih pengen cari info lagi, akhirnya goggling dr bedah syaraf terbaik di Jakarta, keluar satu nama Prof E di Karawaci. 

Sambil cari2 info kita bawa mama periksa ke dr mata, tht, gigi dan terapi akupunktur.

Saat pertama ketemu Prof E beliau langsung mengatakan siapa bilang ini tumor, bisa jadi ini pembuluh darah yang kelainan dan mengalami pembengkakan untuk itu mari kita buktikan dengan Mra dan Cta.
Setelah hasil keluar tegak diagnosa mama terkena aneurisma. Harus segera dilakukan tindakan agar #jangansampaipecah karena fatal akibatnya.
Tindakannya ada 2, yang pertama dengan pembedahan terbuka, aneurisma nya di clip agar darah tidak masuk lagi dan tidak pecah. Cara yang kedua dengan cara coiling, tidak operasi terbuka tetapi dengan alat dsa memakai kateter dari paha kemudian dimasukin coil untuk menyumbat pembuluh darah tersebut agar tidak pecah. Prof menyarankan cara pertama untuk mama dengan segala plus minusnya.

Hampir sebulan memikirkan apa yang harus dilakukan, terus terang untuk operasi terbuka kita khawatir dengan risiko berkaitan dengan usia mama.  Kembali mencari info sana sini, cari info rs yang bisa melakukan tindakan. 
Kondisi mama saat itu sangat kesakitan, akhirnya setelah cari2 info ketemu takdirnya dengan rs pon dan dr A sebagai ahli aneurisma.

Bulan April 2021 mama tindakan coiling, kita mengambil keputusan tindakannya coiling. Atas izin Allah tindakan berhasil walaupun banyak kendala pada saat itu, dr A mengatakan ini tindakan tersulit dan terlama yang pernah dia lakukan, biasanya tindakan ini hanya 30 menit selesai tapi mama hampir 3 jam, karena pembuluh darah yang sudah tidak elastis dan banyak cabang yang bentuknya tidak beraturan. dr A cerita pada saat tindakan ke 3 baru coil berhasil naik dan saat itu dia mengatakan jika tindakan ke 3 tidak berhasil berarti tindakan ini di stop dan Alhamdulillah yang ke 3 berhasil.

Setelah tindakan kondisi mama stabil hanya lemes untuk bergerak karena masih terpengaruh oleh obat bius. Setelah 6 hari di rs mama diperbolehkan pulang, padahal rencama sebelumnya hari ke 3 sudah boleh pulang tapi karena mama masih lemes dan ada keluhan, rawat inap ditambah.

Saat ini mama masih kondisi pemulihan tapi kondisi lebih baik karena menurut dr pemulihannya lama apalagi aneurisma mama tergolong besar dan coiling yang dimasukin juga banyak. 

Penyebab dari penyakit ini kalau dari mama karena ada hipertensi, dan aneurisma ini banyak menyerang wanita usia 40 tahun keatas. Genetik juga menjadi penyebab, maka apabila ada keluarga yang terkena Aneurisma, saudara kandung atau keturunannya harus brain chek up sebagai antisipasi. 

Saya menyarankan jika edukasi tentang aneurisma ini lebih sering dan diperbanyak karena penyakit ini seperti bom waktu, di Indonesia sendiri lebih banyak kasus yang terjadi ketika pecah pembuluh darah maka orang baru datang ke Rs, selain risikonya fatal biaya yang dikeluarkan juga banyak. 
Untuk coiling sendiri tidak bisa memakai asuransi Bpjs karena alatnya masih impor dan biaya nya termasuk mahal apalagi jika alat yang digunakan semakin banyak. 

Jika ingin tau lebih lanjut tentang aneurisma, bisa melihat youtube Rs Pon
https://youtu.be/O3xvXdM0raY

#Aneurisma
#jangansampaipecah


Tidak ada komentar:

Posting Komentar