Dulu mau belajar macam-macam kita harus pergi ke suatu tempat dengan biaya yang lumayan dan saya cuman bisa ngiler jika ada kelas bagus yang saya minati tapi diadakan yang tempatnya jauh, saat weekend plus harga yang lumayan. Hanya bisa tarik nafas dan berdoa suatu saat ada waktu saya untuk belajar apa yang saya inginkan.
Ketika awal covid dua tahun lalu, saya panik dan khawatir mengenai berita tentang virus, apalagi banyak beritanya yang bikin deg2an. Saat itulah saya memulai mengambil kelas foto sebagai refreshing. Saya ikut kelas foto teh Ina, mulai dari foto dasar, intermediet sampai advance, kemudian lanjut ambil kelas makro.
Senang dan bikin sibuk ikut kelas foto ini karena tiap hari harus setor tugas sesuai materi. Tugas bisa saya lakukan, cuman hasilnya biasa-biasa aja. Saya Lebih suka kelas foto makro, memotret sesuatu yang kecil tapi setelah di foto bisa terlihat detail, rasanya amazing.
Ternyata foto bagus itu tidak gampang prosesnya, banyak sekali tekhnik dan editnya. Mencoba sesuatu yang baru selain bikin kita tau, kita juga bisa menghargai nilai sebuah foto.
Selama covid juga terlintas untuk mencoba menanam sayur karena pemerintah melarang masyarakat untuk keluar rumah. Pergi kepasar bagi saya adalah aktivitas keseharian, jika tidak kepasar, bagaimana persediaan makanan? Belanja online yang sering saya lakukan hanya untuk membeli stok lauk, untuk sayur saya lebih suka beli langsung pada hari itu juga. Kemudian kepikiranlah untuk menanam sayur. Akhirnya saya ikut kelas kak Britania Sari tentang menanam sayur. Belajar dari dasar tentang tanaman, media tanam, cara mencampur media dan menanam bibit sayur.
Sekarang setelah 2 tahun saya merasa punya karya dalam menanam, kebutuhan sayur saya sehari-hari diperoleh dari kebun halaman saya yang imut. Ga terbayang bisa menjadi bagian urban farming dengan tagarnya #darihalamankemejamakan 😀
Belajar menanam sayur, juga mengasah kesabaran dan tawakal saya. Bagaimana sabar menikmati proses dari menyemai benih yang ukurannya sangat kecil kemudian tumbuh dan akhirnya bisa di konsumsi. Tentu tidak semua semulus rencana, kadangkala hasil semai ga tumbuh atau sayur yang sudah di rawat, tumbuh dengan bagus dan siap di panen kemudian dimakan ulat, tikus atau di berantakin kucing, awal-awal saya sedih dan kesal, lama-lama muncul kesadaran ini risiko menanam, jika dimakan hama anggap aja sedekah memberi mereka makanan, bisa sewoles itu rasanya pencapaian yang luar biasa bagi saya yang kadang suka emosi.
Kelas muslimah sehat kepunyaan dr Herlin adalah kelas berjenjang yang paling lama saya ikuti hampir dua tahun dan ada 4 level.
Dikelas ini sangat banyak ilmu kesehatan yang baru saya tau. Mengaplikasikan hidup sehat ini bagaikan sebuah perjalanan yang butuh proses, namanya hidup sehat pasti banyak tantangannya karena harus keluar dari kebiasaan selama ini. Tapi saya suka banget dengan kelas ini sehat yang di bahas tidak hanya fisik tapi juga jiwa, materi kajian agama bersinergi dengan sehat fisik. Jadi yang diajarkan sehat dari hulu ke hilir.
Banyak pengetahuan hidup sehat yang akhirnya merubah mindset saya serta mengaplikasikan ilmu sehat sehari hari. Layaknya seperti sebuah perjalanan, belum semua materi bisa saya terapkan. Sedikit demi sedikit yang penting konsisten. Menu makanan real food harus yang menjadi utama di banding kemasan dan fast food.
Semoga bisa mencoba semua resep yg di berikan mulai dari membuat produk personal care sampai makanan sehari hari.
Bagi saya pengetahuan tentang kesehatan itu terus berkembang dan berubah, mungkin dulu yang kita anggap benar dan baik ternyata sekarang berubah menjadi tidak baik berdasarkan penelitian atau ilmu yang baru ditemukan. Makanya penting menanamkan di hati dan pikiran, makan sehat bukan satu-satu nya jalan untuk menjadi sehat dan apa yang kita lakukan bukanlah satu-satu nya yang benar dan orang lain salah. Menghargai apa yang orang lakukan bagi saya itu penting, lakukan saja apa yang menurut kita benar dan biarkan orang melihat sendiri hasilnya tanpa perlu kita yang bicara.
Kelas penulisan tetap menjadi juara di hati saya, selalu aja pengen ikut apabila ada kelas menulis.
Kelas pertama menulis pada masa covid yaitu kelas Dewi Lestari alias Dee. Kemampuan Dee dalam menulis sudah diakui paripurna. Ternyata dalam mengajar secara langsung Dee tetap keren. Ketika kelas berlangsung, mata saya hampir ga berkedip, Dee menyampaikan materi dengan komunikatif dan lucu
Menurut saya kelas Dee ini sangat cocok bagi orang yang sudah terbiasa menulis dan membuat buku karena materinya advance. Buat pemula seperti saya agak gagap dengan istilah kepenulisan novel, tapi kelebihannya saya jadi tau betapa panjang proses membuat novel Dee selama ini, mulai dari perencanaan, pengaturan waktu, serta ketatnya jadwal penulisan yang tidak bisa di ganggu.
Pantesan hasilnya bagus, riset dan upaya nya juga ga main main.
Kelas penulisan lain yang saya ikuti yaitu kelas penulisan Uda A Fuadi, yang mengambil tema, menulis dari hati. Saya suka pointnya dan itu benar no debat, apapun yang dikerjakan dari hati akan sampai ke hati. Maksudnya menulis dari hati itu libatkan emosi kita, untuk apa kita menulis, jika kita sudah dapat jiwanya kemudian diikuti dengan tekhnik yang bagus, maka hasilnya hati yang akan bicara.
Gong dari kelas penulisan yang saya ikuti, saking sukanya sampai ikut dua kali dan materinya hampir tiap hari saya dengar kemudian saya borong buku referensi yang dianjurkan. Pokoknya kelas terniat dan gairah saya meletup. Kelas penulisan puisi bersama Helvy Tiana Rosa (HTR).
HTR memang idola saya dari zaman kuliah, saya baca semua novelnya, hingga saya hijrah di awal kuliah banyak terpengaruh oleh novel islami yang ia buat. Makanya begitu HTR buka kelas puisi dan saya mendengar langsung suara merdunya dalam mengajar, sukses membuat saya termehek mehek.
Saya memang menyukai puisi dan produktif menulis puisi ketika zaman kuliah yang di mana saat itu hidup saya baru keluar dari zona nyaman.
Ketika perasaan saya sedang emosional puisi adalah tempat pelarian saya dalam memgeluarkan keresahan.
Sayangnya setelah kuliah, terutama setelah menikah ketika hidup saya lebih tenang, saya seperti berjarak dengan puisi.
Setelah mengikuti kelas saya menyadari ternyata saya begitu mencintai puisi, seperti bertemu kembali teman lama yang telah lama pergi.
Kemudian saya berjanji pada diri sendiri, akan sering bercengkrama lagi dengan puisi. Saya yang sempat mengabaikan bermain kata dengan puisi ternyata saya sadar bahwa puisi itu jiwa dan rumah saya.
Kelas penulisan lain yang saya ikuti adalah kelas copywriting bersama om Bud alias Budiman Hakim. Ini kelas penulisan tergokil yang saya ikuti dan saya mengakui saya lemah dalam hal kreativitas. Om Bud itu lucunya pol dan rada saru tapi kreativtasnya selangit.
Kelas copywriting ini berbeda dengan kelas penulisan lainnya. Disini fokusnya menulis untuk iklan. Iklan yang bagus tentu iklan yang berhasil mencuri perhatian kita dengan keunikannya makanya materi pertama dalam copy writing adalah creative attitude, kreativitas adalah sikap hidup bukan hanya sekedar job description. Cerita yang bagus adalah cerita yang menggugah emosi, misalkan ketika kita membuat cerita humor dan pembaca sampai ketawa berarti cerita kita sukses.
Dikelas ini belajar menulis kata tidak hanya asal harus unik bisa dengan makna ganda atau yang menggugah emosi. Contoh, ada pic seorang nenek sedang berjemur di beri caption, menikmati pagi di saat senja, hhhmm gimana, sesuatu yang berbeda khan?
Masih banyak kelas online yang saya ikuti, karena disini sudah panjang tulisannya, bersambung ke tulisan ke 2 aja ya. See you 😊