Selasa, 15 Juni 2010

ketika kita berpegang teguh kepada agama Allah maka kita akan mendapat petunjuk jalan yang lurus

Kembali saya sangat terkesan (selalu) dan merenung ketika membaca Alqur'an dan artinya.
Saya menemukan suatu kata kunci kehidupan dalam surat Ali Imron 191 yang artinya mengatakan: "Dan bagaimana kamu (sampai) menjadi kafir, padahal ayat-ayat Allah dibacakan kepada kamu, dan Rasul-Nya (Muhammad) pun berada di tengah-tengah kamu? Siapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah, maka sungguh, dia diberi petunjuk kepada jalan yang lurus.

Selama ini saya selalu ingin berada di jalan yang lurus, jalan yang mendapat berkah dari Allah, tapi kadang kala perjalanan tidak semulus apa di rencanakan, dalam pertengahan jalan sering kali khilaf dan dosa menyertai, setelah sadar akan kesalahan, biasanya saya akan berdo'a "Ya Allah maafkan hambamu yang telah berbuat salah dan dosa, jangan hukum saya atas kesalahan saya dan berilah saya petunjuk dan jalan yang lurus". Setelah merenungi ayat ini saya berpikir, saya akan selalu di beri petunjuk jalan yang lurus selama saya berpegang kepada agama Allah, dalam tafsiran sederhana saya, kerjakan yang baik dan tinggalkan yang buruk.
Kadang segala sesuatu di dunia ini sederhana hanya manusia yang membuatnya menjadi tidak sederhana. Walahualam bishawab. Ya Rabb semoga saya bisa mengamalkan ini semua, Aminnn

Minggu, 13 Juni 2010

Marmut Merah Jambu by Raditya Dika

cowok:  Hai cewek lagi sendirian?
cewek:  iya....
cowok: Papa kamu dokter mata ya?
cewek:  Enggak, kenapa?
cowok:  Abis mata kamu mengobati hatiku..............

He he he segeerrrr, novel MMJ memang tentang ha ha hi hi, komedi ngepop untuk anak remaja. Membaca novel ini bikin saya senyum senyum sendiri di angkot, lho kok? ya iya lah masak di kamar mandi wong bacanya juga diangkot he he. Saya belum pernah baca buku Raditya Dika sebelumnya cuma saya nonton filemnya kambing jantan yang diadaptasi dari blog. Humor yang di tampilkan di MMJ ini orisinil bahasanya mudah dan gaul, walaupun juga ada humor saru nya juga.
Saya suka dengan humor seperti ini karena ga mudah membuat novel komedi yang gak murahan. Tapi Dika panggilan akrab penulis tau bener segmen pembacanya yang masih remaja, dengan adanya cerita tentang romantisme. Berbicara tentang perasaan dika tidak menulisnya dalam bentuk humor tapi serius walaupun tidak terlalu kaku, sepertinya dia ingin mengatakan bahwa sebagai seorang penulis komedi yang di kenal orang dia juga punya sisi romantisme seperti remaja lainnya. Bagaimana cara dia berkenalan, jatuh hati, ditolak dan sekaligus jadi patah hati.
Saya suka buku ini, karya anak muda yang patut diperhitungkan, great....

Kehidupanku.............

"Hey gimana kabarnya, udah punya anak berapa, kantornya gimana udah ramai belum?" itulah biasanya pertanyaan apabila ketemu temen atau keluarga, pertanyaan yang biasa dan lazim di berikan yang bagiku ga masalah untuk menjawabnya tetap dengan senyuman maniss he he.
Aku jadi ingat sebuah coretan kata yang kubuat sebelum nikah dan lagi dalam keadaan bingung memilih tempat untuk penempatan notaris, aku ingin tulis lagi untuk sekedar mengingat.

Ketika Harus Memilih

Ada dua pilihan
Pilihan Pertama kuiikut dengannya
Pilihan Kedua tempat pekerjaan yang kuinginkan
Kedua-duanya penting bagiku
Seperti hati dan jiwa
Tapi sekarang aku harus memilih

Sejujurnya kuinginkan "ia"
Karena impian, semangat, dan cintaku ada padanya
Tapi aku juga punya keinginan dan harapan bagi eksistensiku sendiri
Yang ingin kuwujudkan

Tapi aku tetap harus memilih
Ku ingin keputusan yang kuambil merupakan putusan sadar dari hati nuraniku
Sedangkan akal pikiranku sering dimasuki kepentingan yaitu nafsu dan ego

Besok ketika aku sudah membuat keputusan
Apapun akibatnya
Bismillahhirohmanirrohim aku siap

Dan kuingin iapun tau
Aku tetap manusia biasa
Yang mempunyai banyak kekurangan
Bahkan ketika harus memutuskan masa depan bersama
Aku masih tetap bimbang


Ahaa tulisan yang kubuat 9 tahun yang lalu (klo di baca sekarang kok bikin senyum-senyum yah :)), aku bukan ingin bernostalgia atau mengenang masa lalu tapi hanya ingin merenung, apa yang telah kulakukan setelah 9 tahun itu.
Aku akhirnya memilih "dia" yang kini tentu telah menjadi suamiku, aku sadar tentu ada konsekwensinya, aku tidak ingin bicara soal rezeki atau materi, karena itu sudah menjadi hak Allah, dan kewajibanku sebagai manusia adalah  berusaha. Setelah keluarga yang menjadi prioritasku, apakah aku telah memberikan yang terbaik??.  Aku juga tidak tahu ukuran terbaik itu, apabila ditanya dengan si uda dia menjawab " terima kasih telah memberikan dan akan diberikan cinta kasih yang tulus" (mudah-mudahan dia jujur yah he he), padahal aku tuh masih suka ngambek, marah apalagi kalau sering dinas keluar kota yang berhari-hari uuuhhhhh emosi jadi ga terkontrol.
Mudah-mudahan Allah masih memberiku kesempatan untuk terus belajar dan belajar memperbaiki segala kekuranganku, hingga tujuan kami dalam berumah tangga dapat tercapai ("Saling mencintai karena Allah dan semoga amal dan kebaikan dapat mempersatukan tidak hanya di dunia tapi juga di akhirat dengan Ridha Allah"). Aminnnnn