Selasa, 31 Desember 2013

Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck by Buya Hamka

"Di belakang kita berdiri satu tugu yang bernama nasib, disana telah tertulis rol yang akan kita jalani. Meskipun bagaimana kita mengelak dari ketentuan yang tersebut dalam nasib itu, tiadalah dapat, tetapi harus patuh kepada perintahNya"

"Cinta adalah iradat Tuhan, dikirimnya ke dunia supaya tumbuh. Kalau dia terletak diatas tanah yang lekang dan tandus, tumbuhnya akan menyiksa orang lain. Kalau dia datang kepada hati yang keruh dan pembaca budi yang rendah, dia akan membawa kerusakan. Tetapi jika dia hinggap kepada hati yang suci, dia akan mewariskan kemuliaan, keikhlasan dan taat kepada ilahi"

Setelah membaca novelnya sekian tahun yang lalu, tentu saya sangat ingin melihat bagaimana bahasa tulisan roman yang indah ini dibuat secara visual. Walaupun sebagai seorang pembaca saat kita membaca sebuah tulisan secara langsung pikiran kita seperti sebuah film yang sedang di putar membayangkan apa yang sedang kita baca. 

Film ini bercerita mengenai mengenai kisah kasih tak sampai. Zainudin seorang pemuda berdarah campuran Makasar dan Minang jatuh hati dengan Hayati kembang desa asli Batipuh. Sudah menjadi adat di Minang keputusan diambil oleh ninik mamak pemangku adat. Dengan alasan suku yang berbeda dan miskin akhirnya Hayati dinikahkan dengan Aziz yang lebih kaya secara harta tapi miskin secara kepribadiaan.

Singkat cerita Zainudin yang terusir dan terhina ini akhirnya bangkit menjadi seorang penulis yang terkenal dan takdir mempertemukan kembali dengan pasangan Aziz dan Hayati. Namun keadaan telah terbalik mereka yang kini memohon pertolongan dan dalam keadaan terhina. Aziz yang hobi berjudi dan main perempuan akhirnya tidak tahan dalam keadaan susah hingga bunuh diri, meninggalkan Hayati di rumah Zainudin, sebelumnya sempat mengirim surat kepada Zainudin untuk mengembalikan Hayati kepada orang yang di cintainya. Saat kesempatan sudah didepan mata Zainudin menolak kembali bersama Hayati mengingat kekecewaan yang telah diperbuat Hayati. Dengan hati yang sedih dan pilu Hayati pulang dengan kapal Van Der Wijck. Namun malang tak dapat di tolak kapal tersebut karam hingga Hayati berpulang pada saat Zainudin menyesal dengan keputusannya dan berharap mereka dapat hidup bersama.

Pesan yang ingin disampaikan dalam roman ini tentang adat dan takdir. Buya Hamka menggugat adat Minang dan mengajarkan tentang ketetapan takdir manusia :

"Tak usah engkau berbicara, rupanya engkau tidak mengerti kedudukan adat istiadat yang diperturun penaik sejak dari ninik yang berdua. Datuk Perpatih Perpatih Nan Sebatang dan Datuk Ketemangungan yang dibubutkan layu, yang dikisarkan mati. Meskipun ayahnya orang Batiputih, ibunya bukan orang Minangkabau, mamaknya tidak tentu entah dimana, sukunya tidak ada. Tidak ada perpatihnya, tidak ada ketemanggungannya. Kalau dia kita terima menjadi suami anak kemenakan kita, ke mana kemenakan kita hendak menjelang iparnya, kemana cucu kita berbako, rumit sekali soal ini".

"Tak baik kita mencela orang lain, karena tiap-tiap negeri berdiri dengan adatnya, walaupun apa bangsanya dan di mana negrinya, " jawab yang muda itu.

"Itu betul, tetapi tidak ada yang melebihi Minangkabau. Tatkala masa dahulunya, sampai ke Aceh tiga segi, sampai Teratak Air Hitam, sampai ke Bugis Mengkasar, di bawah perintah Minangkabau semuanya. Membayar hak dacing pengeluaran, ubur-ubur gantung kemudi, ke dalam alam Minangkabau."

"Itu betul, tetapi tiap-tiap bangsa itu mengakui mereka pula yang lebih asal, yang lebih dahulu mencacak perumahan Pulau Perca ini."

"Datuk Garang yang kurang biasa disanggah oleh yang lebih muda telah agak meradang, terus berkata..."Wa'den labiah tahu dari kalian (Saya lebih tahu dari kamu semua).

"Hayati seorang gadis yang bercita-cita tinggi, tetapi jiwanya pun tak betah akan mengecewakan hati ninik mamaknya dan kaum kerabatnya. Dia hanya akan menerima apa tulisan takdir."

Adat yang tidak menjunjung keadilan bukanlah adat yang baik dan benar. Seharusnya setiap adat yang berlaku itu membawa kebaikan bagi masyarakatnya. Bagaimana dengan sikap Hayati, tidak seharusnya kah dia berjuang terhadap cita-citanya? Hayati ikhlas terhadap ketentuan yang berlaku walaupun harus berperang dengan hatinya.

Dua karya sastra Buya Hamka yang telah saya baca, Di Bawah Lindungan Ka'bah dan Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk penuh air mata sama-sama tentang kasih tak sampai. Dulu saya sempat bertanya-tanya kenapa seperti ini bukankah sebagai seorang ulama dan ahli agama bisa saja Buya membuat kisah tentang semangat dan motivasi.  Tetapi setelah membaca buku-buku agama Buya Hamka yang lain seperti Tasawuf Modern, Pandangan Hidup Seorang Muslim, mungkin ini berhubungan dengan ajaran Tasawuf yang didalami oleh Buya Hamka yang banyak mengajarkan tentang hati, ikhlas dan takdir.

Saya jadi teringat dengan pengarang yang terkenal saat ini Tere Liye, dalam beberapa bukunya juga bercerita mengenai kasih tak sampai dan cinta yang tak terkatakan. Ada beberapa buku yang membuat saya gemas yang berjudul "Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, Senja Bersama Rosie", saya membuat resensi di blog ini dan saya mengatakan, saya ga suka dengan tokohnya yang menyimpan perasaan bertahun tahun, saya inginnya cinta itu diusahakan dan dinyatakan. Tetapi perjalanan waktu dengan membaca tulisan-tulisan lain Tere Liye dan mengikuti note nya di FB akhirnya saya paham dan setuju, sikap tersebut dalam konteks perasaan saat belum menikah karena Tere Liye banyak menulis untuk anak-anak dan remaja dan saya lupa bahwa saya ini udah golongan emak-emak :)). Cinta sebelum saat yang halal lebih baik disimpan dan hanya di sampaikan kepada Allah. Selama proses menunggu pantaskan diri dan banyak berbuat yang bermanfaat dan kebaikan. Jikalau memang itu jodoh yang diberikan Allah kepada kita maka perasaan kita tetap terhormat dan kita bisa menjaga diri kita terhadap sesuatu yang dilarang Allah. Apalagi terhadap cinta kepada orang yang sudah berkeluarga lebih baik diabaikan saja.

Banyak manfaat dan hikmat dari buku ini. Dan bagi saya sendiri membaca buku demi buku bersama waktu juga mendewasakan diri saya dan memberi pemahaman yang lebih baik. Barakallah buat para penulis yang niatnya menulis untuk membawa manfaat dan kebaikan.


Kamis, 05 Desember 2013

10 th Istana Cinta

Dulu di awal perkawinan, setiap saya mengingat momen tanggal pernikahan, saya dengan mudah mengucapkan dan menulis ucapan selamat dan puisi. Semakin kesini dengan bertambahnya usia perkawinan, begitu mengingat perjalanan rumah tangga ini, hati saya diliputi penuh haru dan rasa syukur sehingga kata-kata dan puisi yang biasa yang buat romantis dan mellow kini rasanya seperti tak kuasa untuk saya tulis.

Mengingat kebahagiaan dan apa yang telah dia lakukan terhadap saya, keluarga dan rumah tangga, membuat saya menetaskan air mata kebahagiaan.Saya telah terjatuh dalam perasaan yang dalam dan susah saya ungkapkan dengan kata-kata. Dengan menatapnya, mengurus segala keperluaannya, ada disaat dia memerlukan saya, menjadi penawar kesedihannya. Itu saja sudah bagaikan surga bagi saya. 
Tidak terpikirkan bagi saya untuk melukai dan membuatnya sedih, rasanya kebersamaan ini sudah menjadi pelengkap kebahagiaan.

Mungkin saya terlalu lebay, tapi benar inilah yang saya rasakan. Saya jatuh cinta setiap hari pada orang yang sama. Orang yang mendidik saya dengan baik, menegur saya jika salah dan memberi kebahagian yang saya rindukan.

Dalam diam dan perenungan saya terucap lebih banyak doa dan istigfar. Ya Allah, hamba mohon berkahMu. Jika ada kesalahan, kelalaian kami dalam berumah tangga tolong tegur kami. Kami takut terlena dalam kesenangan. Karena kami tau begitu banyak pr yang harus kami selesaikan. Jika kami hanya memikirkan kebahagiaan ini untuk berdua saja dan untuk keluarga kami saja. Bagaimana kami bisa menjadi manfaat bagi orang lain. Bukankah sebaik-baik manusia yang bisa memberi manfaat kepada orang lain.

Beberapa bulan lalu saya mengalami kesedihan yang sangat mendalam. Sampai saya kehilangan kecerian dan merasa hati jauh dari Allah. Hati saya rapuh tapi Alhamdulillah suami tanpa putus asa selalu mengingatkan saya waktu demi waktu. Saya yang biasanya terbuka mendengar nasehat waktu itu bagaikan terkunci telinga dan pikiran saya. Alhamdulillah waktu menjadi obat yang ampuh bagi kesedihan. Walaupun tidak seketika tapi proses demi proses.
Dari pengalaman susah dan senangnya kehidupan yang kami jalani bersama membuat kami lebih kuat. Ketika yang satu menangis yang satu menghapus air mata. Ketika yang satu merasa lemah yang satu memberi kekuatan dengan pelukan dan doa. Prinsip kami, saling bersinergi menuju kebaikan dan menegur ketika khilaf.

Semoga keberkahan dan ridho Allah menyertai setiap langkah kami dan kami selalu dikumpulkan dalam kebaikan dunia dan akhirat.

Kamis, 28 November 2013

Sea Walker di Tanjung Benoa Bali

Minggu lalu karena suami ada kerjaan di Bali kesempatan donk buat saya nyusul setelah selesai kerjaannya. Jadi deh kita liburan di Bali hihi seneng nyaaa.

Pas pertama datang saya nginap di daerah kuta selama 2 hari setelah itu pindah ke Nusa Dua. Pengen cari suasana lain dan lebih sepi. Nah dekat hotel ada watersport, maka agenda hari itu bermain air. Awalnya pengen nyobain diving tapi karena belum pernah sama sekali nyobain hati ini kok rada ciut ya haha takut udah nyemplung susah keluar. 

Si pemandu wisatanya pinter nih tau kita ga punya pengalaman, jadilah di tawarin sea walker. Katanya kalau ini aman, anak kecil 10 tahun aja bisa, dan ga harus bisa renang (sambil si mas bli itu liatin foto dan filmya). ihh rasanya kok cemen banget ya, kita khan bisa berenang hanya kurang nyali dan belum pengalaman buat diving hahaha. Tapi yo wes lah demi kemaslahatan bersama akhirnya kita putuskan untuk nyobain sea walker, yeahhh :) 

Ikannya bule makannya roti bukan pelet :)


Cantik-cantik penghuni laut ini

Prosesi untuk ikut sea walker ini biasa aja. awalnya kita ganti baju dengan baju yang udah disediakan setelah itu dengan perahu ditemani pemandu kita di bawa ke tengah laut tempat untuk sea walker. Sea walker ini fasilitas di dalam lautnya telah dipersiapkan dan mereka juga rawat sebaik mungkin, karena itu mereka bilang aman. Setelah sampai di tempat kita mulai deh turun dari perahu pakai tangga kemudian dipakaikan helm yang berat banget. Helm ini tempat oksigen agar kita bisa bernafas. Yang enaknya kita ga perlu pegang oksigen mereka yang pegang dari atas dan disalurkan melalui topi tersebut. Jadinya kita di dalam laut nafas seperti biasa.

Di dalam lautnya sih sekitar 30 sampai 45 menit. Rasa mual atau telinga ga enak sempat terasa, yah seperti layaknya naik pesawat karena adanya tekanan udara. tapi bisa diatasi dengan mudah cukup menelan ludah atau membuka mulut seperti menguap.

Perjalanan menuju tempat sea walker



Pengen bawa pulang ikannya


Walaupun kesannya gampang tapi kita menikmati pengalaman pertama bagaimana rasanya menyelam di dasar laut dan melihat ikan-ikan cantik. Setelah itu kita berjanji ga cemen lagi untuk cobain diving :)) Insya Allah.