Selasa, 04 Februari 2014

Hanya Pada-Mu

Tertawan Cinta

Ya Tuhan
Jika cinta adalah ketertawanan
tawanlah aku dengan cinta kepada-Mu
agar tak ada lagi yang dapat menawanku

Ya Tuhan
Jika rindu adalah rasa sakit
Yang tak menemukan muaranya
Penuhilah rasa sakitku
Dengan rindu kepada-Mu
dan jadikanlah kematianku sebagai muara
pertemuan dengan-Mu

Ya Tuhan,
hatiku hanya cukup untuk satu cinta
jika aku tak dapat mengisinya dengan cinta kepada-Mu
Kemanakah wajahku hendak kusembunyikan dari-Mu?

(Mohammad Fauzil Adhim)





Ketika hati jauh dari Allah karena kekecewaan dan kesedihan. Hati semakin gersang dan hampa.
Ketika kemalasan hati dan badan menjalankan sholat malam dan puasa sunah. Jiwa semakin gelisah.

Saatnya mengakhiri semua ini dengan kembali kepada Allah
Apalagi yang hendak dicari, jika Allah yang berkuasa atas diri yang lemah ini



Sesuatu yang keliatan tidak penting
Ternyata menjadi sarana renungan dan teguran
Atas dosa dan khilaf selama ini

Rabb... hamba datang pada-Mu
dengan sepenuh hati dan cinta
Beri hamba ampunan dan cinta-Mu                                                    
yang tak terhingga


* karena letaknya di ruangan rumah yang sering saya lihat, poster reminder dari @oright_label ini  
   mengingatkan saya setiap waktu. Alhamdulillah saya tersadarkan dan move on :) *






Jumat, 24 Januari 2014

Athirah (Novel Yang Terinspirasi Kisah Jusuf Kalla dan Ibunda) by Alberthiene Endah

"Kau tak akan pernah kehilangan ibumu. Energinya akan ada besertamu sepanjang hidup"


Di dunia ada satu kata jika diucapkan akan membuat senang, haru dan cinta. Ya, ibu. Sosok perempuan yang mulia. Buku ini bercerita tentang kisah Jusuf Kalla (seorang pengusaha dan mantan Wakil Presiden ) Indonesia tentang ibunya yang biasa di panggil Emma. 

Jusuf Kalla sebagai seorang anak sulung berbagi perasaan bagaimana menghadapi keadaan yang orang tuanya berpoligami. Ada perasaan sedih, kehilangan dan airmata tapi semua menjadi energi ketika orang yang mengalaminya sang Emma bisa bangkit dan menjadi energi bagi anak-anak, keluarga termasuk suaminya.

Biasanya saya membaca kisah poligami yang diceritakan oleh seorang istri. Saya cukup suprise seorang Jusuf Kalla mau berbagi cerita mengenai masa kecil dan keluarganya khususnya tentang perasaannya sebagai anak yang bapaknya menikah lagi. Tidak ada kata hujatan, benci dan marah dalam buku ini. Walaupun secara manusiawi tetap ada rasa kecewa dan sedih. Menerima, sabar dan ikhlas menjadi nafas dalam perjalanan panjang bagaimana mengelola perasaan dengan keadaan yang ada.

Sosok Emma membentuk kepribadian Jusuf Kalla dan adik-adiknya. Emma yang kuat, baik hati dan pemurah akhirnya menjadi dorongan positif untuk selalu berbuat baik dan menyenangkan hati sang ibu.Bisa dikatakan di balik kesuksesan seorang anak ada ibu yang hebat dan kuat di belakangnya. 

Buku ini membuat saya terharu, walaupun penulisnya mengemas dengan bentuk novel yang mungkin ada penambahan fiksi di dalamnya tapi tema kisah yang disampaikan benar-benar realita yang ada di masyarakat.

"Emma membentuk kami menjadi manusia utuh walau wajah hidup kami sempat tak utuh sebagai sebuah keluarga. Ia mengajarkan untuk selalu melihat kesempurnaan di tengah kondisi tak sempurna. Itulah keindahan ajaran Emma. Kondisi sulit tak perlu mengorbankan siapa pun, tidak perlu merusak segalanya" (halaman 368)

"Tiba-tiba aku ingin menangis. Satu pelajaran berharga mengalir lagi kepadaku. Yang paling perih dalam poligami adalah bila perasaan terdampingi terampas oleh orang lain. Kugenggam tangan Emma, lembut. Aku membuang muka ke sisi. Takut mataku basah. Dan, takut pula kudapati mata Emma basah. Kurasa kami sama-sama menangis di dalam hati" (halaman 215)

Disaat pemakaman Bapak, Jusuf Kalla sebagai seorang anak mengambil keputusan dengan hati yang lurus, saat dimana hendak disemayamkan Bapak karena satu sisi sebagai anak dari  istri pertama mereka berhak tetapi istri kedua Bapak juga meminta disemayamkan di rumahnya.

"Bapak menyusul Emma kurang dari seratus hari setelah napas terakhir Emma terembus. Kesedihan yang luar biasa telah memangkas semangat hidup Bapak. Habis sudah harapannya terhadap hidup. Tubuhnya lemah karena ia jarang menyentuh makanan. Sore menjelang magrib ia sedianya hendak ke Masjid Raya. Ia masuk ke kamar mandi, lalu tak keluar lagi. Bapak meninggal dalam kondisi tertelungkup di sana."
"Lantas dimana ia disemayamkan? adik-adikku berseru dengan keras. "Disini, Jusuf ! Di rumah kita. Ia ayah kita. Kitalah yang paling sah memiliki dia sebagai ayah. Kita anak-anak dari istri pertama. Kita sudah ditinggalkan Bapak begitu lama. Ketika wafat, Bapak harus berada di dekat kita."
"Aku mendengar jeritan adik-adikku. Bisa kupahami keinginan mereka. Tapi di rumah keluarga kedua bapak, juga kudapati perasaan yang sama. Belum pernah sebelumnya aku menginjak rumah bapak dan istri keduanya. Tak sekalipun. Tapi pada hari kematian Bapak, aku harus kesana. Dan kulihat mereka, istri kedua Bapak beserta anak-anak mereka meratap tak habis-habis. "Birkan ayahmu disemayamkan disini. Kami juga mencintainya..."Istri kedua Bapak menatapku dengan tangis berurai, Sebuah permohonan yang juga harus kuhormati."
"Aku terpekur. Berpikir keras, Sebuah problem yang sulit. Ya Allah, beri aku kekuatan untuk bisa bersikap dengan adil. Beri aku kemampuan untuk mengambil keputusan yang paling jernih dan mampu menciptakan perdamaian. Orangtuaku keduanya sudah wafat. Mohon beri kami kekuatan agar setelah ini hanya damai dan cinta kasih yang tersisa. Tak ada lagi jejak sejarah yang terluka."
"Baik, kataku."Bapak dimakamkan di rumah ini. Tapi ia akan di doakan di Masjid Raya, tempat ia mengerahkan segala cinta dan cita-citanya terhadap Islam.." Aku berkata-kata kepada istri kedua Bapak. Ia mengangguk tanpa sorot keberatan" (Halaman 380-381)



Rabu, 22 Januari 2014

Catatan Cinta Dari Mekkah by Awy Ameer Qolawun

"Di setiap kejadian pasti ada pelajaran"

Beruntunglah bagi orang-orang yang mau berpikir dan merenung dalam setiap kejadian yang dialaminya. Buku ini bercerita tentang kejadian sehari-hari yang pernah dialami penulis dan dimuat di note fb saat penulis berada di Mekkah. Karena di tulis di kota Mekkah yang penuh rindu dan cinta mungkin menjadi alasan judul buku ini hehe ini sih tebakan sok tau saya aja sih :)).

Dengan latar belakang keluarga santri, buku ini banyak bercerita bagaimana pendidikan dan kehidupan pesantren.  Buku yang terdiri dari 16 judul momen yang bercerita mengenai berbagai macam kisah yang dialami penulis,  ada tawa, sahdu, motivasi dan ilmu dalam setiap moment.

Ada satu kisah di buku ini yang lekat di ingatan saya dan membuat saya berurai air mata yaitu "Kang siang malam". Kisah seorang santri miskin (ayahanda penulis) yang sangking miskinnya pernah di panggil "pencuri" gara-gara tiap malam dia ke dapur mencari sisa sisa kerak nasi untuk dikumpulkan dan dimakan dan mengganjal perutnya yang sejak pagi tak diisi. Di balik kemiskinannya dia mempunyai ketabahan dan semangat mencari ilmu hingga takdir membawanya belajar sampai ke kota Mekkah dan kini menjadi ulama yang menebarkan ilmu kepada santri-santrinya. Cerita ini membuktikan orang yang sabar, baik dan lurus hatinya, Allah akan memberikan kemudahan dan hadiah yang terindah dalam kehidupannya.

Di buku ini saya juga banyak belajar agama karena penulis juga memberi ulasan bagaimana suatu kejadian yang di alaminya  di lihat dari kacamata agama. Dalam tulisan momen "Membenahi sholat kita" saya kembali diingatkan untuk memperbaiki sholat karena sering kali sholat yang dilaksanakan hanya menjadi momentum penguggur kewajiban, kadang suka lupa, ngelamun dan banyak lintasan pikiran yang bersliweran di saat sholat (pengakuan :( )

Pengalaman penulis dalam memulai dunia kepenulisan memberi motivasi bahwa sarana bukan segalanya, buku ini menjadi bukti, dengan menulis di Hp buku yang penuh hikmah ini berhasil di buat. Yang penting kemauan dan pembuktian.

Akhir kata buku ini  membuat saya bermuhasabah, banyak hal-hal yang harus saya perbaiki dalam kehidupan saya baik untuk agama maupun dunia. Semoga tidak hanya berhenti menjadi renungan tetapi juga bergerak ke perubahan. Yang pasti, sungguh berat pertanggung jawaban orang yang telah mengerti ilmu tetapi tidak melaksanakannya di bandingkan dengan orang yang tidak mengetahui.