Rabu, 11 November 2015

#MenolakRiba

Pernah ga baca buku yang setelah kita baca isinya sangat jleb (istilah anak muda sekarang :) ) Jleb maksudnya isi buku tersebut mengena sekali pada kita seperti mencubit kita dengan keras, karena yang dituliskan buku tersebut isinya guee banget  :). Saya mau cerita sedikit yaaa, bismillah bukan niat sombong atau pamer hanya ingin berbagi rasa, kisah dan air mata :)

Saya beberapa kali dengar dari teman-teman pengajian kalau ada ustad yang namanya Ustad Erwandi bahasan pengajiannya tentang Riba dalam bermualah yang banyak membuat orang tersentil hingga banyak yang keluar dari pekerjaan mereka di bank konvensional, memutuskan perjanjian kredit mereka di bank konvensional dan masih banyak cerita lagi yang membuat saya terhenyak.

Dalam hati saya udah takut duluan, wah gawat nih kalau saya dengar kajian ustad ini, kita masih punya kredit di bank konvensional dan beberapa transaksi riba. Astagfirullah belum apa-apa nafsu dan setan udah mulai bermain di hati dan kepala saya :(, tetapi saya tetap penasaran dengan isi kajian ustad Erwandi. Mulai deh saya search di you tube ceramahnya, saya dengar, walaupun awal-awalnya rasanya pilu tapi tetap saya dengarkan dan hati saya berkata ini benar apa yang disampaikan.

Akhirnya rasa penasaran saya tidak terbendung lagi, Alhamdulillah ada kajian langsung dari Ustad Erwandi yang tidak begitu jauh dari rumah dan saya datang, qadarullah acara kajian hanya berlangsung sebentar karena ustad sakit, saat itu saya sudah membaca buku beliau yang saya pinjam dari teman yang judulnya "Harta Haram Muamalat Kontemporer" yang bikin saya ga sanggup baca buku tersebut berlama-lama, satu halaman saja saya sudah banyak beristigfar dan banjir air mata karena banyak hal yang di larang secara syariat dalam buku tersebut saya melakukannya, dan penjelasanya sangat gamblang aturan tersebut ada di Al-Quran dan Hadist, Ya Allah ampuni hamba.

Setelah saya pulang kajian saya beli buku HHMK (Harta Haram Muamalat Kontemporer) tersebut, saya baca lagi perlahan-lahan tiap halaman, saya resapi, saya pelajari dengan seksama. Setelah saya renungkan saya ingin melakukan apa yang saya baca tersebut "saya dengar saya taat".
Bismillah walaupun masih banyak nafsu saya di hati berkata apa bisa saya melakukan ini semua tapi bismillah saya lakukan saja apa yang bisa lakukan biar Allah saja yang menyempurnakannya.

Hal yang paling dekat dengan kehidupan saya yang saya bisa lakukan adalah menghentikan pekerjaan dalam membuat akad-akad kredit dari bank Konvensional dan akad-akad yang mengandung Riba. Saat saya mengatakan kepada asisten saya di kantor bahwa saya tidak lagi menerima akad kredit konvensional sedangkan pada saat itu sedang ada banyak tawaran pekerjaan, saya tutup mata, bismillah mantapkan hati ini adalah jihad saya untuk menyempurnakan amal ibadah saya. Soal rezeki sudah ada ketetapan dari Allah. Saya selesaikan pekerjaan yang sudah saya terima sebelum saya niat hijrah dengan niat ini yang terakhir karena saya tidak ingin ingkar janji dan menyusahkan klien saya.

Alhamdulillah ada ketenangan setelah melakukan hal tersebut, dan masih menjadi pe er saya harus terus banyak belajar bagaimana muamalat yang sesuai syariah tersebut, karena yang saya tau baru hanya secuil saya berharap jika saya sudah banyak tau ilmunya hal tersebut bisa saya sharing dengan teman-teman seprofesi niatnya hanya berbagi bukan menyuruh mereka juga harus stop baagaimanapun hidayah datangnya dari Allah.

Saya senantiasa meminta pertolongan Allah agar dikuatkan dan istiqomah dalam melakukan hal ini karena tidak semua bisa langsung saya lakukan, kredit yang telah saya ambil dan yang lainnya yang saya belum sanggup melunasinya saat ini, benar-benar saya meminta pertolongan Allah untuk menyelesaikannya, siapalah saya kalau bukan karena Allah mana sanggup saya melakukan hal tersebut, ilmu tersebut juga dari Allah, saya pasrahkan sambil berdoa dan ikhtiar hanya kepada Allah.

"Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melaikan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karena gila. Yang demikian itu karena meraka berkata bahwa jual beli sama dengan riba. Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Barangsiapa mendapat peringatan dari Tuhannya, lalu dia berhenti, maka apa yang telah dia peroleh dahulu menjadi miliknya dan urusannya (terserah) kepada Allah. Barang siapa mengulangi, maka mereka itu penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya." (Al-Baqarah : 275)

"Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar harta manusia bertambah, maka tidak bertambah dalam pandangan Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk memperoleh wajah Allah, maka itulah orang-orang yang melipatkandakan (pahalanya)." (Ar-Rum : 39)


"Karena kezaliman orang-orang Yahudi, kami haramkan bagi mereka makanan yang baik-baik yang (dahulu) pernah di halalkan, dan karena mereka sering menghalangi orang lain dari jalan Allah, dan karena mereka mereka menjalankan riba, padahal sungguh mereka telah dilarang darinya dan karena mereka memakan harta orang dengan cara tidak sah (batil). Dan kami sediakan untuk orang-orang kafir diantara mereka azab yang pedih."
(An-Nisa : 160-161)

"Wahai orang-orang yang beriman! janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung. Dan peliharalah dirimu dari api neraka, yang disediakan bagi orang-orang kafir".
(Ali-Imran : 130-131)

"Riba itu mempunyai 73 macam, sementara dosa Riba yang paling ringan seperti menzinahi ibu kandungnya sendiri" 
(HR Ibnu Majah)

Dari Jabir ra bahwa Rasulullah SAW melaknat pemakan riba, yang memberikannya, pencatatnya dan saksi-saksinya" Kemudian beliau berkata, "mereka semua sama" 
(HR Muslim)

Jumat, 30 Oktober 2015

Berkata Yang Baik Atau Diam

Ternyata ada yang lebih penting setelah hijrah yaitu proses transasi. Hijrah itu tidak seperti membalikan telapak tangan yang bisa membuat kita langsung berubah. Pada masa transisi inilah di butuhkan niat yang teguh, berdoa kepada Allah yang kuasa membolak balikan hati, serta keluarga dan teman yang mendukung.

Seperti saya, semenjak sering meluangkan waktu untuk belajar ilmu agama, saya tentu menemukan hal yang baru atau hal yang salah yang selama ini saya lakukan. Saya menerima ilmu tersebut apalagi hal tersebut sesuai dengan Al-Quran dan Sunnah, tapi untuk melakukannya saya tidak bisa langsung, ada proses yang berjalan. Disini di butuhkan proses dan istiqomah. Misalkan dalam busana syari'i saya pelan-pelan meninggalkan memakai celana panjang kemudian memakai kaos kaki ketika keluar rumah, begitu juga dalam hal ibadah dan muamalah saya perbaiki sesuai Al-Quran dan sunah. Dalam masa proses tersebut, seringkali saya dilanda malas, buru-buru atau pengen praktisnya saja, terlalu banyak alasan sebenarnya Satu dua bulan seperti itu tapi ada juga yang butuh waktu berbulan-bulan sampai saat ini

Nah jika dalam proses transisi seperti ini misalkan jika ada yang melihat saya keluar busana saya tidak "rapi" kemudian langsung mengatakan atau menghujat kenapa seperti ini, tentu hati saya langsung sedih atau mungkin saja malah berbalik ke masa dahulu. Maka dari itu buat sesama muslim, mari saling mengingatkan dengan cara yang baik, merangkul bukan menjatuhkan. Iman tiap orang berbeda tidak bisa semua di pukul rata. Rasul saja berdakwah butuh waktu lama dengan cobaan yang sangat berat, apalagi manusia zaman sekarang yang kualitas imannya sangat jauh di bandingkan Rasul dan sahabat-sahabatnya.

Tadi malam ketika saya membuka ig saya membaca akun ig @diananurliana yang dalam captionnya ia mengatakan terluka atas tuduhan orang-orang di dunia maya setelah fashion show jfw 2016. Saya ikut merasakan kesedihan yang sama walaupun saya tidak membaca hujatan atau kecaman orang-orang tersebut. Saya hanya merasa heran, saya tau desainer tersebut belum lama memakai cadar dan baju yang di desainya juga dari dulu bukan ditujukan buat pemakai niqab, maka wajar saja dalam proses masa transisi dia belum sepenuhnya mendesain busana yang ditujukan kepada pemakai niqab. Sedangkan komentar orang-orang pada saat pertujukan para model memakai niqab itu karena ketidaktahuan masyarakat awam saja. 

Saya sih tidak kenal dengan ambu atau saudari diana tersebut hanya prihatin saja apabila ada berita yang menghujat apalagi dari sesama muslimah. Yang pasti dalam dunia tersebut apalagi fashion show tentu ada pro dan kontra tapi tidak bisakah kita berpegangan tangan dan saling merangkul untuk mengingatkan dalam kebaikan??

Ini hanya sekedar komentar saya yang saat santai maen instagram. Bukan pengamat fashion dan yang mengerti fashion apalagi sudah sangat paham agama, hanya wanita akhir zaman yang berusaha untuk sholeha  :)

Rabu, 28 Oktober 2015

Pulang by Tere Liye


"Ketahuilah Nak, hidup ini tidak pernah tentang mengalahkan siapa pun. Hidup ini hanya tentang kedamaian di hatimu. Saat kau mampu berdamai, maka saat itulah kau telah memenangkan seluruh pertempuran. Kau membenci suara adzan misalnya, benci sekali, mengingatkan pada masa lalu. Itu karena kau tidak pernah mau berdamai dengan kenangan tersebut. Adzan jelas adalah mekanisme Tuhan memanggil siapa pun agar pulang ke pangkuan Tuhan, bersujud. Adzan tidak dirancang untuk menganggu, suara berisik itu bukan untuk menyakiti siapa pun. Itu justru suara panggilan dan harus kencang agar orang mendengarnya."


Novel Pulang ini cerita tentang masa lalu yang berakhir dengan kesadaran untuk pulang dan berlatar shadow economy. Novel ini seru bukan cerita roman cinta-cintaan seperti novel TL biasanya :). Pesan yang disampaikan sederhana tapi pengemasanya bagaikan sebuah cerita detektif yang bisa bikin pembaca susah untuk berhenti membaca.

Si Babi Hutan begitu tokoh utama biasa di panggil, menjalani kehidupannya yang bersangkut paut dengan masa lalu orang tuanya yang menyedihkan. Pekerjaan yang sama di jalaninya seperti orang tuanya dulu tapi hatinya tetap mencari-cari di mana kedamaian diantara segunung kesuksesannya.

"Hidup ini adalah perjalanan panjang dan tidak selalu mulus. Pada hari ke berapa dan pada jam ke berapa, kita tidak pernah tahu, rasa sakit apa yang harus kita lalui. Kita tidak tahu kapan hidup akan membanting kita dalam sekali, membuat terduduk, untuk kemudian memaksa kita mengambil keputusan. Satu-dua keputusan itu membuat kita bangga, sedangkan sisanya lebih banyak menghasilkan penyesalan."


"Mamak, bujang pulang hari ini, tidak hanya pulang bersimpuh di pusaranmu, tapi juga telah pulang kepada panggilan Tuhan. Sungguh sejauh apa puh kehidupan menyesatkan, segelap apapun hitamnya jalan yang kutempuh, Tuhan selalu memanggil kami untuk pulang. Anakmu telah pulang."


Saya suka dengan penutup kalimat novel ini dan memberikan ruang kebebasan untuk menafsirkan pesan yang di sampaikan. Pesan yang saya tangkap, sejelek apapun masa lalu, manusia harus ingat hidup ini ada akhirnya dan akan berpulang kepadaNya, maka selalu ada pintu tobat yang Allah berikan.