Rabu, 16 Agustus 2017

Sedekah Yang Tak Terpikirkan


Sering kali dalam pikiran kita sedekah itu wujudnya berupa uang, ternyata menanam pohon-pohan keperluan dapur sehari hari juga bisa jadi sarana kita bersedekah. Saya menyukai tanaman bunga, buah maupun herbal.

Saya terbiasa masak di sore hari untuk suami dan seringkali pada saat memasak ada aja bahan yang kurang. Sedangkan untuk ke warung sudah malas apalagi warung juga sudah banyak yang tutup. Jadinya untuk mengatasi stuck dalam memasak saya menanam sendiri daun jeruk, salam, kunyit, jahe, cabe, pandan, mint, rosemery, daun bawang, seledri  dll. Intinya bahan yang biasa saya pakai untuk masak didapur.

Halaman rumah saya kecil sesuai tipe rumah cluster yang juga tidak terlalu besar. Jadinya halaman yang kecil itu penuh dengan macam-macam tanaman. Tanaman tersebut tumbuh subur karena memang saya rawat dengan menyiram, memupuk dan merapikan. Tapi saya menduga ada hal lain yang membuat tanaman tersebut tumbuh subur seperti tidak habis-habisnya yaitu berkah karena sering diambil tetangga satu komplek. Model komplek rumah saya cluster yang tidak ada pagar nya jadi apapun yang di tanam di halaman depan akan terlihat dan mudah diakses oleh orang lain. Hampir tiap hari ada saja yang lapor kepada saya kalau pas ketemu di luar bahwa mereka tadi mengambil tanaman keperluan dapur. Bukannya mereka lancang mengambil tanpa izin tapi saya sudah membolehkan dan mengumumkan kepada tetangga jika mereka perlu suatu tanaman untuk kebutuhan masak atau yang lain silahkan ambil sesuai kebutuhan tidak perlu memanggil saya dulu karena rumah juga kosong saat siang karena saya bekerja tapi kadang saya juga ada di rumah sayangnya saya malas jika keluar untuk mengiyakan panggilan karena harus pakai jilbab dulu, ganti pakaian dulu pokoknya ribetlah.

Sebelumnya saya tidak terpikir jika ini jadi bagian sedekah. Ketika mama saya tinggal di rumah selama beberapa bulan, dia mengatakan hampir tiap hari dia mendengar orang memanggil “ Assalamualaikum, bu saya ambil daun jeruk atau... ya, makasih”. Saya langsung ketawa mendengar nya jadi begitu rupanya cara mereka mengambil walaupun tau saya ga ada di rumah tapi mereka tetap salam dan izin. Saya katakan kepada mama, selama ini saya mengizinkan para tetangga mengambil keperluan tanaman tanpa harus ketemu saya dulu. Kata mama baguslah bisa jadi sedekah selain itu juga tiap pagi banyak burung-burung yang bertengger dipohon mungkin mereka lagi makan.

Alhamdulillah jika hal kecil tersebut bisa jadi sedekah karena niat awalnya hanya untuk memudahkan kebutuhan sendiri. Ternyata berbagi kebaikan itu gampang. Jadi siapa bilang sedekah itu harus punya uang dulu dari dulu kita juga tau senyum aja sedekah, iya khan ? Semoga dengan terus melakukan kebaikan-kebaikan tidak hanya kepada diri sendiri tetapi juga kepada alam dengan menanam kita juga berbagi kebaikan dan menjaga alam yang telah Allah anugrahkan kepada kita  sebagai bentuk rasa syukur kita. 







Selasa, 15 Agustus 2017

Hidup Sederhana? Siapa Takut

Berita yang paling tragis dan bikin sedih saat ini adanya kasus travel First Travel (FT) dengan di jebloskanya sang pemilik ke penjara.  Terasa betapa menjaga amanah itu sangat berat, apalagi ini uang banyak orang yang nilainya sungguh besar. Saya tidak ingin menulis tentang bagaimana tinjauan dari aspek bisnis karena semua itu butuh informasi yang berimbang dan dipercaya dari kedua belah pihak, serta menunggu hasil penyelidikan dari polisi juga. Hanya ingin melihat dari sudut pandang gaya hidup serta jujur dalam menjaga amanah.
Ketika berita penahanan itu muncul di banyak media, kalimat langsung yang keluar dari mulut saya “Ya Allah kasian istrinya baru melahirkan tiga minggu, bagaimana nasib bayinya yang butuh asi apalagi ini anak yang telah di tunggu 11 tahun” . Yap saya follower sang desainer jadi tau info ini dari posting ig . Kalimat saya tersebut langsung di bantah teman saya yang berada disebelah saya “enak aja kasian berapa ratus miliar uang yang udah diambil” maklum teman saya ini salah satu korban umroh yang gagal berangkat . Betapa efek sebuah kejahatan tersebut tidak hanya merugikan diri sendiri tapi yang lebih menyakitkan orang yang di cintai ikut menjadi korban.
Bisnis umroh murah ini memang sedang heits beberapa tahun terakhir, banyak cerita dari yang telah berangkat bagaimana mereka bisa umroh dengan budget yang sangat minimalis walaupun harus menunggu sekitar 6 bulan atau satu tahun. Diluar uang yang salah kelola, saya yakin ada keuntungan dari bisnis ini. Di luar hitungan besar atau kecilnya. Ternyata postingan-postingan sang pemilik dari instagram menjadi viral ketika kasus ini mencuat dan yang menjadi sorotan adalah gaya hidup sang pemilik terutama postingan liburan mewahnya, tidak berapa lama muncul perbedaan foto ketika masih hidup susah dengan foto saat mereka telah berlimpah materi.
Saya akui dan alami sendiri ketika pendapatan kita bertambah tentu keinginan juga bertambah, yang dahulu ga kesampaian beli sesuatu eh sekarang begitu punya uang lebih jadi pengen beli padahal belum tentu itu suatu kebutuhan. Apalagi godaan belanja online sangat mengoda karena rasanya begitu gampang untuk bisa belanja, harus banyak-banyak berdoa sebelum buka lapak online . Tanpa sadar sosial media ini begitu mempengaruhi gaya hidup kita, liat gamis lucu jadi pengen padahal belum lama beli gamis baru, liat orang posting tempat libur yang indah eh jadi pengen juga padahal rencana liburan yang telah dibikin untuk tahun depan.
Gaya hidup sederhana bagi saya bisa menjadi solusi terhadap godaan ini. Gaya hidup sederhana yang bagaimana ? yang kelihatan susah dan tidak keren? Bukan, bagi saya sederhana ketika kita punya uang banyak tapi kita bisa hidup dengan gaya hidup yang biasa saja. Bisa beli baju 10 macam tapi hanya beli 2 saja yang diperlukan. Bisa selalu liburan di luar negri tapi sekali sekali juga berlibur lokal yang murah meriah. Bisa selalu naik mobil mewah yang nyaman tapi ga masalah juga naik angkot yang panas dan ramai. Karena hidup tidak selalu berada di atas adakalanya suatu saat kita berada di bawah dan tidak juga karena dulu kita hidup susah saat materi tidak menjadi masalah kita jadi lupa ada uang yang bukan menjadi hak kita. Biarlah bahagia yang kita milliki kita nikmati sendiri bukan untuk menjadi konsumsi di sosial media. Hingga suatu saat ketika kita ingin mengenang kebahagian itu kita bisa mengenangnya dalam diam dan kita simpan di lubuk hati yang paling dalam.





















Kamis, 03 Agustus 2017

Ketika Hijrah Balik Arah

Jarang saya baper akan suatu berita atau kejadian seseorang yang saya ga kenal secara pribadi, tau hanya karena dia seorang yang terkenal dan mengikuti akun sosial medianya. Karena tidak tau secara "isi" orang tersebut maka saya tidak akan berani menjudge atau mengambil kesimpulan atas tindakannya. Saya hanya berusaha mengambil hikmah dari kejadian tersebut yang kemudian saya balikin ke diri saya sendiri, jika saya berada pada posisi dia, apakah saya juga akan melakukan hal yang sama, atau lebih buruk lagi? Jadi tulisan ini saya buat karena saya juga mengkhawatirkan diri saya sendiri atau seperti hashtag ustad Salim dkk yang lagi viral itu #mncrgskl  (mencurigakan sekali ) yang maksudnya kita kadang harus curiga atas kebaikan dan amal-amal kita jangan-jangan disana tersembunyi sifat ria dan sombong.

Hidayah itu benar datangnya hanya dari Allah. Manusia hanya bisa mendakwahkan dan berdoa. Karena hanya Allah yang punya kewenangan maka manusia pun dianjurkan berdoa sepanjang hidupnya agar selalu di berikan hidayah iman dan Islam, serta minta ketetapan hati dalam kebaikan, iman dan Islam.

Seseorang yang telah mendapat hidayah dan kemudian dia hijrah, adalah satu kebahagiaan yang perlu disyukuri tapi disatu sisi hal yang berat adalah  menjaga agar Istiqomah.

Cerita kehidupan tidak selalu manis, berdasarkan pengalaman dan cerita yang sudah-sudah ternyata setelah hijrah cobaan menjadi semakin banyak dan sulit. Ada yang Alhamdulillah tetap bertahan dan ternyata qadarullah ada juga yang kembali ke masa lalunya.
Saya yakin setiap orang punya alasan tersendiri, dan yang pasti alasan itu adalah satu hal yang terberat yang pernah diambil dan diputuskan.

Saya jadi khawatir jika Ikhwan yang diberitakan itu saja rajin ikut taklim, daurah dan berkumpulnya dengan orang-orang yang shaleh, punya istri yang Masya Allah shaleha, bisa khilaf gimana orang yang tidak terjaga ya, misalnya kayak saya gini masih banyak mainnya, jadwal setoran hafalan sungguh ngenes karena mundur mulu, belum lagi hasil-hasil kajian yang diamalkan baru setitik :(

Belajar dari cerita ini saya harus rajin-rajin berdoa untuk minta hidayah dan Istiqomah serta jangan terlena akan sebuah hijrah. Bisa jadi dijalan depan yang kliatan lurus ada lobang besar yang bisa menjatuhkan.