Sabtu, 07 November 2020

Cerita Tentang Mamak (2)


Setelah menikah lebih kurang 1 bulan saya ke Bandung sekalian ada acara. Saat itu ada pengajian di rumah mamak. Saya nyampai Bandung udah sore ketika itu acara pengajian sudah dimulai. 

Sewaktu saya duduk bersama tamu2 lain saya duduk disamping mamak, dan mamak mengenalkan saya sebagai mantu barunya. 

Ga berapa lama mamak berbisik, pakai lipstik donk. Saya spontan tersenyum sambil melangkah ke kamar. Saya tersenyum karena tau kebiasaan saya yang ga suka pakai bedak dan lipstik walaupun keluar rumah dan ada acara. 

Bukan karena alasan apa2 emang ga suka aja. Kadang saya pikir buat apa bibir pakai diwarnai segala kayak tembok aja dicat.

Setelah di luar mamak langsung tersenyum melihat saya udah pakai lipstik sambil berbisik nah gitu donk hahahaha

Setelah itu saya masih sering juga lupa pakai lipstik saat bersama mamak tapi mamak udah ga pernah ingatin saya untuk pakai lipstik lagi mungkin udah lebih mengenal kebiasaan mantunya.

Mamak pernah beliin saya mantel hujan saat lagi musim hujan katanya biar ga kehujanan klo pulang kantor. 

Perhatian yang seperti itu sangat membekas di hati. Betapa baik dan perhatianya seorang mertua, padahal saya sendiri merasa masih kurang perhatian sama mamak. 

Satu yang saya sering istigfar dari sifat saya, saking terlalu berhati hati dalam berkata dan berbuat terkesan saya menjaga jarak dan kurang komunikasi. Padahal dalam hati saya ingin ngobrol lebih banyak dan pergi bersama lebih sering. 

Rasanya seperti menjaga gelas kaca yang tipis dan mudah retak. 
Saya takut mamak terluka. 

Dalam hal apapun, saya berusaha tidak menjadi satu titik penyebab kesedihan orang tua, saya hanya ingin orang tua bahagia dan berharap ada saya yang menjadi alasan mereka bahagia. 

Memang kalau bicara tentang kebersamaan dunia memang tidak akan cukup. Hanya sebentar. Hanya sementara.
Berharap bersama lagi di surga. 
Aamiin...


Kamis, 05 November 2020

Cerita Tentang Mamak

Dari kemaren saya nulis cerita tentang bapak tadi pagi saya baru ngeh klo saya belum pernah menulis cerita tentang mamak.

Kebersamaan saya bersama mamak sebagai menantu lebih kurang 13 tahun lamanya. Dalam kurun waktu tersebut hubungan saya bisa dikategorikan biasa, tidak terlalu dekat tapi juga bukan tak bersahabat.

Mamak tipe perempuan yang sensitif dan Pendiam. Hobinya memasak, memasak dan memasak.

Dari sebelum nikah saya tau mamak suka pingsan tiba tiba. Katanya pengaruh dari mag atau apabila ada pikiran.

Dari sinilah saya sangat berhati hati menjaga perasaan mamak, takut apabila salah sikap dan ngomong yang bisa membuat mamak sedih dan kepikiran. 

Sewaktu mamak meninggal sampai sekarang, banyak orang memberi kesaksian, mamak orang yang sangat baik, setiap tamu yang datang pasti disuguhi makanan yang enak, tidak melihat siapapun tamu tersebut.

Mamak bukan orang yang banyak uang karena bapak sendiri pns tentara. Tapi mamak selalu menjamu setiap orang yang datang dengan makanan yang enak dan berbagai macam. 

Mungkin secara matematika manusia bagaimana cara mamak memenuhi segala macam kebutuhan dapur tersebut. Menurut saya mungkin itu berkah sedekah dan matematika langit yang membuatnya cukup dan ada.

Sebagai seorang istri mamak termasuk istri yang taat, patuh dan melayani semua keperluan bapak. 

Kadang saya melihat mamak itu seperti seorang bidadari. Cantik, ga banyak bicara, taat sama suami, baik dengan semua keluarga besar dan pintar masak.

Rasanya memang baru sebentar bersama mamak sehingga saya belum banyak belajar dan ngobrol tentang segala hal. Sekarang  yang tertinggal hanya kebaikan. Berharap itu menjadi amal jariah bagi mamak dan teladan yang patut kami contoh.

Mak makasih ya, anak lelaki pertamanya sangat baik dan perhatian. Ga perlu di tanya lagi darimana dia belajar sikap seperti itu. Dengan melihat mamak aja lia udah tau siapa yang dia contoh.

Love you cause Allah mak, lia berdoa semoga Allah kumpulkan lagi kita di surgaNya.








Selasa, 03 November 2020

Cerita Tentang Bapak (3)


4 tahun yang lalu sewaktu mamak pergi bapak seperti seorang yang kehilangan ruh dalam jiwanya

Hidup tapi seperti tak bernyawa
Energinya habis dimakan kesedihan

Walau kita semua juga merasa kehilangan tapi hanya bapak yang tau apa yang dia rasa dan yang dipikirkannya

Pada akhirnya perasaan sedih berlarut larut menjadi gerbang penyakit dimensia datang menghampiri bapak

Dan kami menghadapi babak baru merawat bapak dengan dimensianya

Walau kehidupan tak lagi sama
Cinta dan kasih sayang tak akan berubah