Selasa, 21 Maret 2023

Antalogi Ramadhan

Moment ramadhan tahun ini bikin lebih spesial dengan ikutan menulis antalogi tema ramadhan. 
Aku mengambil judul "Jadikan Ramadhan Sebagai Momentum Memprioritaskan Akhirat"
Tema ini kuambil karena ingat peristiwa tiga tahun terakhir adanya pandemi covid yang merubah segala kehidupan manusia hampir  di seluruh dunia.
Hampir tiga tahun kebelakang Ramadhan yang kita lalui tidak sebebas seperti biasa, sholat eid di rumah hanya dengan keluarga inti, tarawih juga di rumah, hampir setiap hari mendengar korban yang berpulang, dan itu juga menimpa orang terdekat kita, keluarga, saudara, teman, tetangga dan kerabat. Saat itu rasanya benar-benar kelabu. 
Rasa yang ingin dihadirkan bukan rasa ketakutan tapi rasa bagaimana jika ini adalah ramadhan terakhir kita, karena tiga tahun terakhir kita merasa maut itu sangat dekat, tiba-tiba, mudah dan berjamaah. Suatu hal yang bikin ngeri. Efeknya hari yang kita lalui terutama pada saat Ramadhan sangat bermakna. Rasa bahwa ini adalah ramadhan terakhir kita, efeknya membuat kita lebih khusuk dan mindful istilah gen z.  
Memprioritaskan akhirat yang seperti apa? Prioritas yang membuat dunia menjadi kebutuhan no 2 setelah akhirat. Seharusnya prioritas ini merupakan prioritas seumur hidup kita dan kita lakukan setiap hari. Tapi jika kita belum melakukannya maka inilah saatnya ketika ramadhan kita menomor duakan dunia dan menomorsatukan akhirat . Mumpung masih ada waktu dan umur. 
Yang perlu kita ingat juga semua ini akan berhasil jika kita meminta pertolongan Allah dan membersihkan hati kita. Tanpa pertolongan Allah sekuat apapun usaha kita belum tentu berhasil. 
Bagaimana dengan hati yang bersih? Ini juga sangat penting, dengan hati yang baik maka baik juga lah seluruh anggota badan kita dan baik juga segala rencana kita. Biidznillah. 

Menomor Duakan Dunia

Seorang ulama salaf berkata,"Wahai anak cucu adam! Engkau butuh kepada bagianmu dari dunia, dan kebutuhanmu terhadap akhirat itu lebih penting. Apabila engkau memulai mengambil bagianmu dari dunia, niscaya engkau akan menghilangkan bagianmu dari akhirat dan dahulu bagian dari duniamu berada dalam bahaya. Apabila engkau memulai mengambil bagianmu dari akhirat niscaya engkau akan menang dari bagianmu itu dari dunia secara terorganisir" 

Tadi pagi saya mendengar kajian wanita yang disampaikan oleh ustad Nudzul Zikri, judul kajian tersebut, Kenalilah Kebutuhanmu. 
Ada satu penjelasan ustad yang langsung tersimpan dalam pikiran saya dan kemudian pernyataan tersebut membuat saya menghubungkan dengan peristiwa yang lain. 
"Jika ingin sukses di dunia maka nomor duakanlah dunia dan nomor satukan akhirat, sebaliknya jika kita menomorsatukan dunia maka yang kita dapatkan kehidupan dunia kita berantakan"
Terus terang saya sering mendengar kalimat prioritaskan akhirat , tapi kalimat ustad yang menegaskan jika ingin mendapatkan dunia secara penuh maka nomor duakanlah dunia. Logika pendek manusia saya langsung berkata how come? Kok bisa gitu biasanya kita mendapatkan apa yang kita prioritaskan. 
Ustad menjelaskan dengan dalil Al-Qur'an, secara keimanan saya percaya dan nurut. Kemudian saya ingat siapa ya orang sukses seperti itu. Ketika lagi baca sosmed saya baca profil seorang ustadzah yang sudah lama saya ikuti, dia seorang pengusaha dan  pendakwah. Bisnisnya perawatan wajah dan skin care, bisnisnya ini sangat maju dengan cabang puluhan tempat. Saya juga lihat postingan dakwahnya juga kenceng. Sasaran utamanya para muslimah. Dia banyak membuat fasilitas tempat tinggal gratis untuk para janda, klinik kesehatan gratis, termasuk mengajarkan ilmu agama, bahasa arab dll secara gratis juga
Disini saya paham seketika bahwa bener apa yang dikatakan ustad jika kita prioritaskan akhirat, kita dapatkan dunia bahkan dunia itu yang mengejar kita.
Sering kita mendengar istilah, usaha tidak mengkhianati hasil. Dulu saya sangat percaya akan kalimat ini. Sekarang dengan bertambahnya umur, pengalaman dan ilmu. Saya sudah tidak menyakini lagi sepenuhnya bahwa hasil yang kita peroleh itu karena usaha kita.
Kenapa?
Banyak contoh di kehidupan nyata yang saya lihat, ada orang yang usahanya habis-habisan tapi hasilnya biasa aja tidak sesuai dengan target yang dia harapkan. Tapi ada juga usahanya biasa tapi hasil yang dia dapatkan lebih dari yang dia harapkan. Apa sebabnya? Kita percaya segala sesuatu sesuai rencana Allah. Bukan semata karena usahanya tapi karena pertolongan Allah.
 Lalu yang saya percaya saat ini seperti apa? Usaha yang kita lakukan tujuannya mencari ridho Allah dan hasil yang kita dapatkan sesuai dengan rencana Allah. 
Ya itu khan sama aja dengan yang kita percayai sebelumnya, mungkin ada yang berkomentar seperti itu. Iya tapi itu kita percayai setelah kita mempercayai yang pertama bahwa usaha tidak akan mengkhianati hasil. Hasil didapat dari usaha kita. Siapa kita yang bisa memastikan hasil. Kita hanya seorang hamba yang manut cerita kehidupan kita kepada sang sutradara, yaitu Allah yang maha besar. 
Lalu apa hubungannya dengan tema menomor duakan dunia? Jelas sekali apa yang disampaikan ustad terkoneksi dengan yang disampaikan tadi. Bagaimana mungkin kita menomorkan dunia tapi yang kita dapatkan dunia secara komplet dan sistematis. Jika bukan karena kehendak dan pertolongan Allah. 
Wallahualam bish-shawab (hanya Allah yang mengetahui kebenaran yang sesungguhnya). Semoga Allah berikan kita ilmu yang bermanfaat. 


Minggu, 19 Maret 2023

Perjalanan Rasa





Perjalanan rasa. Sesuai judulnya isinya mengenai perjalanan hidup saya dengan banyak rasa yang di tulis dalam bentuk quote. Berawal dari promo di sosmed Instagram milik Ahmad Rifa'i seorang penulis best seller non fiksi yang terkenal dengan salah satu judul buku profokatifnya, Tuhan, Maaf Kami Sedang Sibuk. Awalnya saya cukup heran seorang AR mengajak untuk membuat buku kumpulan quote karena beliau sendiri penulis non fiksi dengan puluhan judul yang laris di pasaran.  Kenapa quote ? Alasan AR karena inilah yang sekarang di sukai oleh generasi milenial yang malas banyak membaca tulisan panjang mereka menyukai tulisan yang pendek contohnya buku yang hits di pasaran dengan judul Nanti Kita Bercerita Tentang Hari Ini (NKBTHI) buku ini sampai berkali kali cetak dan berseri, hingga dibuat filmnya padahal isiny berupa quote. Bagi penyuka buku yang usianya bukan anak zaman now tentu saja buku ini agak tidak biasa karena biasanya buku itu full dengan isi tulisan bukan hanya beberapa baris kalimat motivasi.  Saat ini kebutuhan membaca juga rendah dan sekarang orang membeli buku untuk hiburan bukan untuk memenuhi kebutuhan intelektual.  
Untuk isi semua memang dari pengalaman pribadi, pengamatan terhadap orang lain. Menyenangkan ternyata menulis quote itu. Semoga tulisan yang sedikit ini bisa jadi perjalanan rasa yang bermanfaat untuk orang lain. Seperti kalimat penutup yang saya tulis, terhadap semua rasa yang ada biasa sajalah, karena hidup di dunia juga sementara.