Selasa, 26 September 2023

Tadabbur ta’awudz

 Tadabbur ta’awudz

أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

Membaca taawudz didalam sholat sebelum membaca Alfatiha dibaca dengan sirr atau pelan. Diluar sholat kita baca dengan mengeraskan maka membacanya juga dengan suara yang keras.

Memohon perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk agar ia tidak membahayakan diriku dalam urusan agama dan duniaku.
Atau menghalangiku untuk mengerjakan apa yang telah Dia perintahkan dan menyuruhku mengerjakan apa yang Dia larang, karena tidak ada yang mampu mencegah godaan syaitan itu kecuali Allah. 

Arti kata syaitan dalam bahasa arab berasal dari kata shatan yang artinya jauh, sifatnya jauh dari kebaikan.Jika berhadapan dengan manusia Allah selalu mengatakan balaslah perbuatan buruk dengan kebaikan, berilah maaf, tetapi jika berhadapan dengan setan Allah tidak menyuruh kita untuk menghadapinya sendiri tapi mintalah pertolongan kepada Allah.
Makna yang kedua artinya selalu bersama yang kita mintai pertolongan dan tidak mau pisah atau menjauh.

Analogi imam Ibnu Qayyim, seorang anak yang mau di ganggu orang lain tentu ia akan berlari kencang menuju ayahnya. Begitu melihat ayahnya larinya semakin kencang, begitu sampai dekat ayahnya ia akan memeluk dengan erat dan ia akan berada di belakangnya. 
Begitulah seharusnya keadaan seorang hamba dengan RabbNya, jika mau di jaga Allah, lari mendekat kepada Allah, jika jauh lari lagi mendekat, dan itulah syarat di tolong oleh Allah. 

 Mengapa kita sebelum membaca Alquran atau ketika sholat membaca ta’awudz padahal kita hendak beribadah. Karena setan sangat tidak suka melihat manusia berbuat baik beda dengan jika kita melakukan maksiat effort nya setan biasa saja.Tapi kenapa ketika kita sudah membaca ta’awudz kita masih tidak khusuk ketika membaca Alquran? Yang salah bukan ta’awudznya tapi diri kita yang salah karena Allah mengabulkan doa orang yang yakin akan dikabulkan doanya dan orang yang tidak lalai.

Muhasabah diri kita, apakah hati kita sudah dekat dengan Allah atau masih lalai.Jika mau di jaga oleh Allah maka mendekat, mendekat dan mendekat kepada Allah.

Membaca ta’awudz bukan tentang meminta perlindungan secara lisan saja tapi juga dengan hati dan pembuktian.      

Sumber : Kajian ustad Nuzul Zikri

Tadabbur Al-Quran Bersama RSC Rahmah Study Club

Berawal dari melihat postingan mbak DK Wardhani yang bercerita mengikuti kelas tadabbur dan membagikan catatan hasil belajar nya. Waktu itu tema nya surat Alfatiha dan dibahas per satu ayat dan kemudian di tadaburi dengan membaca berbagai referensi. 

Yang ada dalam pikiran saya, Ya Allah satu ayat saja banyak makna yang bisa dijelaskan dan di tadaburi dengan hati. Selama ini Alfatiha hanya terlafaz dengan mudah di lisan tidak sampai di hati walau di kelas tahsin juga sudah pernah di bahas tapi hanya lewat begitu saja. 

Dari sini saya memasang niat, pengen ikut kelas ini jika dibuka lagi. Alhamdulillah pas pengumuman di ig tentang pembukaan kelas pas juga saya lagi baca, langsung deh daftar. 

Di awal pembukaan saat kelas orientasi, ada pertanyaan yang sangat membekas di hati saya. Pemateri menceritakan seringkali orang bertanya bagaimana cara agar Istiqomah dengan Alquran, ustadz ini bercerita, terus terang saya bingung menjawabnya fenomena apa atau memang seperti ini zaman sekarang, kenapa pertanyaan ini sering muncul di setiap kelas tadabbur, emang jika tidak Istiqomah dengan Alquran mau Istiqomah dengan apa? Dunia? Sudah jelas yang satu menenangkan dan satu bikin ga habis untuk dikejar. 

Jujur saya merupakan bagian dari salah seorang penanya itu, karena pengalaman menginisiasi belajar tahsin di komplek sekitar 10 tahun lalu, kondisi belajar up and down, bermula dari 20 peserta berakhir dengan 5 peserta sampai saat ini. Apakah 5 peserta ini merupakan bibit unggul? Ga juga karena saya termasuk salah satunya dan beberapa teman juga kondisinya sering up and down walau ada dua orang yang stamina istiqomahnya luar biasa. 

Dari sini saja tau banget kelemahan saya, saya sangat perlu pertolongan Allah dan saya butuh berdoa agar Allah menolong saya untuk mencintai belajar dan mengamalkan Al-Qur'an. 

Saya sangat cinta ketika sedang belajar Alquran saya semangat dan merasa sangat haus akan ilmu, tapi seperti biasa setan selalu punya banyak cara untuk menggoda agar lalai dan pas ketemu ketika iman saya sedang lemah.

Berharap dengan ikut kelas tadabbur ini, saya lebih memaknai setiap ayat yang keluar dari lisan saya agar lebih paham apa yang saya baca, apa yang saya minta kepada Allah dan apa makna dari doa yang saya minta. 

Biidznillah, semoga Allah beri ridho dan pertolongan untuk saya dalam belajar. Allah fakih kan saya dalam menuntut ilmu, Aamiin. 

Selasa, 15 Agustus 2023

Sandwich Generation VS Birrul Walidaian

Saya bukan pakar keuangan dan juga bukan orang yang bagus memanage keuangan even keuangan rumah tangga jika yang di pakai acuan teori para perencana keuangan. Ini hanya tulisan kegelisahan, curcol atau apalah yang menari nari di kepala saya.

Berapa tahun lalu saya sering mendengar istilah sadwich generation (SG) disalah satu sosmed seleb perencanaan keuangan, karena ga ngerti itu istilah apa berusaha nyari di google. 

Ini hasil pencarian saya di google

"Orang-orang yang ada dalam situasi terjepit karena dituntut untuk memenuhi kebutuhan orang tua dan anaknya di waktu bersamaan. Situasi seperti ini kerap kali menyebabkan seseorang merasa frustasi bahkan mengalami kesulitan ekonomi".

Setelah baca ini saya merasa sedih, berarti saya generasi SG karena membantu ortu dan keluarga dalam hal financial. Cuman saya ga merasa frustasi, klo merasa uang jadi habis dan hidup jadi semakin pas2an sih iya. 

Pemahaman ini menguap begitu aja dan saya menjalani hidup saya seperti biasa. Penghasilan kami  lumayan untuk golongan menengah, habis untuk kebutuhan keluarga dan membantu keluarga yang kesulitan ekonomi baik dari pihak saya dan suami. 

Pernah kepikiran wah gimana nih ga punya tabungan, boro2 dana pensiun, dana darurat aja ga punya, apalagi investasi. Saat saya membicarakan dengan suami, ga usah khawatir uang klo habis itu tandanya akan datang lagi, bagi saya mending uang habis daripada melihat keluarga yang kesulitan ga bisa di bantu terutama orang tua. 
Walau sedikit menyanggah saya akhirnya manut dengan prinsip suami itu. 

Makanya ketika ada yang membahas SG dimanapun, rasanya saya ingin tutup kuping, saya pengen bilang iya saya benar membantu keluarga dan keuangan saya tidak perfect tapi saya tidak ingin di katakan generasi SG yang frustasi.

Empat tahun intens menjaga mama dari yang mulai bisa jalan sampai hanya bisa tiduran saja, dari satu operasi ke operasi lainnya, saya mengambil keputusan full merawat mama dan meninggalkan kerjaan saya atas dasar birrul Walidaian (BW), keuangan kami seperti biasa pas setiap bulan, bahkan pernah bingung ketika operasi memakan biaya ratusan juta dan tidak di cover BPJS. Tapi akhirnya Allah mudahkan.

Beberapa bulan saya intens mendengar kajian Riyadush Shalihin bab Birulwalidain oleh ustad Nudzul Zikri, pemahaman saya bertambah, dalam Islam tidak istilah SG yang ada istilah BW.

Kesimpulan pribadi saya yang belum bisa saya buktikan ketika nanti saya tua bagaimana, karena sekarang kami masih bekerja dan belum pensiun, ini hanya kesimpulan sementara ketika usia kami menjelang 50 an.  Ga usah takut uang habis karena membantu orang tua, jika kita membantunya dengan ikhlas, Allah ridho, insya Allah ada saja rezeki dan jalan dalam memenuhi kehidupan. Bukankah segala yang kita keluarkan termasuk investasi, investasi akhirat yang nanti akan kita panen di yaumul akhir. 

Saya hanya ingin berbagi insight  jika diluar sana ada yang berpikiran sama. Khawatirnya karena istilah SG lebih gencar di gaungkan maka makna BW menjadi hilang. 
Tapi saya setuju dengan merencanakan keuangan yang baik jika kita berpenghasilan, terus masih bisa berbagi dan masih bisa menabung, dengan situasi seperti ini maka ikutilah skema perencana keuangan setidaknya hati menjadi tenang jika ada kebutuhan darurat. 

Saya pernah menemui berapa kali cerita, seorang anak yang lebih mengutamakan menata keuangan dengan sebaiknya dengan mengenyampingkan kewajiban menafkahi orang tua yang tidak mampu dengan alasan tidak mau menjadi generasi SG dan merasa malu karena terlahir sebagai generasi SG dan bercita-cita memangkas generasi SG untuk anak keturunannya dengan melakukan perencana keuangan sebaik mungkin. 

Untuk hal ini saya cuman mau bilang terlalu banyak kejadian di depan mata bahwa kenyataan tidak seperti rencana. Udah merencanakan plan A ternyata ada musibah penyakit atau bencana alam yang menimpa hingga memporak porandakan keuangan yang telah disusun. Bukankah pandemi covid selama 3 tahun mengajarkan kita banyak hal? Baik dari segi tauhid maupun tawakal.

Tetap kejar berkah dan lakukan apa yang Allah syariatkan soal hasil bagaimana perkuat tawakal dengan ikhtiar tetap jalan terus.

Tulisan ini buat saya juga, yang kadang hati lemah jika tergoda pesona dunia apalagi sosmed yang menaburkan kehidupan menyenangkan.