Selasa, 26 September 2023

Tadabbur Surat Al Fatihah اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ



اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ
Iyyaka Na’budu Wa Iyyaka Nasta’in

Hanya kepada Engkau kami beribadah dan hanya kepada Engkau kami meminta pertolongan

Imam Abu qatadah pernah mengatakan kepada para tabiin “kalian harus banyak belajar kepada imam Hasan Al Basri, “Demi Allah aku tidak pernah melihat seorangpun yang cara pandang, cara berpikir, paradigma, wawasannya yang lebih mirip dengan Ummar Bin Khatab selain Hasan Al Basri”.

Emang seperti apa pandangan Imam Al Basri?

Imam Al Basri pernah mengatakan اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُۗ siapa yang pernah membaca dua penggalan ayat ini dan ia berhasil menguasai dua ilmu dari ayat ini, mengerti dan mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari maka sesungguhnya ia telah berhasil mengamalkan seluruh kitab-kitab suci Allah SWT. Masya Allah.

Para ulama menjelaskan, Iyyaka na’budu secara tidak langsung menjelaskan prinsip kita untuk berlepas diri dari segala kesyirikan. Karena kita hanya beribadah kepada Allah dan tidak ada sekutu kepada makhluk.

Makanya ketika kita melakukan segala bentuk kesyirikan maka gugurlah Iyyaka na’budu, yang maknanya hanya kepada Engkau kami beribadah.

Adapun penggalan wa iyyaka nasta’in adalah prinsip berlepas diri dari daya kekuatan makhluk dan menyerahkan semuanya kepada Allah.

Jadi tidak ada daya dan upaya selain Allah termasuk diri kita oleh karena itu mintalah segala sesuatu kepada Allah. Syiar yang cocok dengan ayat ini adalah laa hawla wa laa quwwata Illa billah, tiada daya dan kekuatan selain Allah.

Para ulama mengatakan ibadah itu mengandung dua hal, pertama; puncaknya cinta dan yang kedua ; puncaknya kerendahan dan ketundukan.

Jadi ibadah itu bersatunya ketundukan dan kerendahan dengan rasa cinta.

Pada saat seorang hamba merendahkan diri serendah rendahnya dan tunduk kepada Rabb Nya itu bukan karena keterpaksaan tapi dengan cinta.

Ulama mengatakan ibadah itu melakukan segala apa yang Allah cintai dan meninggalkan apa yang Allah benci dan inilah konsep ketundukan yang sebenarnya.
Dari konsep inilah maka kita mengerti inti atau ibadah yang paling bagus adalah Doa.

Kenapa?
Karena doa adalah simbol kerendahan kepada Allah, kita meminta dan meminta itu merendahkan diri.

Jika kita perhatikan adab-adab berdoa maka akan terlihat seorang hamba begitu rendah, namanya juga meminta, apalagi disunnahkan ketika berdoa mengangkat tangan dan itu semakin memperlihatkan seorang hamba terlihat semakin merendah.

Itulah sebabnya mengapa salah satu ibadah yang luar biasa adalah sujud ketika sholat.

Rasulullah Saw mengatakan posisi terdekat seorang hamba kepada RabbNya pada saat ia sujud maka pada saat itu perbanyaklah doa.

Pada saat sujud kita membaca Subhana rabbiyal a’la, Maha suci Rabbi yang Maha tinggi. Inilah simbol kerendahan yang sesungguhnya karena pada saat sujud kita meletakkan bagian tubuh yang paling kita hormati, yang paling kita jaga kemudian kita letakkan menyentuh tanah.

Kepala, wajah adalah simbol kemuliaan dalam diri kita yang paling sensitif dan benar-benar kita jaga tetapi ketika sujud kita rendahkan posisinya dan kemudian kita katakan Rabb ku yang maha tinggi dan nabi menyuruh berdoalah, minta, minta dan minta.

Beda jika kita lakukan kerendahan ini kepada makhluk tentu saja tidak boleh melakukan sujud kepada makhluk dengan alasan tidak boleh menghinakan diri kepada makhluk beda ketika kita sujud kepada Allah justru membuat seorang hamba itu elegan dan anggun dan tidak ada sisi hina sama sekali.

Pertanyaannya; bagaimana jika kita ibadah karena terpaksa? Itu bukan ibadah karena ibadah itu cinta.

Ibnu Qayyim mengatakan bahwa kerendahan, ketundukan yang dibalut oleh rasa cinta itu hanya boleh diberikan kepada Allah
• “Hanya kepada Engkau kami meminta pertolongan atau istianah”
Meminta pertolongan menurut Ibnu Qayyim ada dua unsur, pertama percaya kepada Allah, yang kedua bertumpunya hati hanya kepada Allah.

Secara logika saja kita tidak akan meminta pertolongan kepada orang yang tidak kita percaya oleh karena meminta pertolongan kepada Allah hanya bisa ketika kita percaya dan hati hanya bergantung kepada Allah.

 Surat An naml ayat 62 ;... dan siapa yang mengijabah orang yang sedang berdoa dalam keadaan kesulitan selain Allah.

Surat Albaqorah 214; ...pada saat nabi dimasa itu menyatakan, bilakah pertolongan Allah itu datang?

 Ingatlah sesungguhnya pertolongan Allah itu sangat dekat.
Jika kita meminta pertolongan kepada Allah itu menunjukan kita percaya kepada Allah dan hati hanya bergantung kepada Allah.

Makanya semakin dalam iman seorang hamba ia akan semakin sering meminta tolong kepada Allah. Sampai2 di hal yang dianggap orang-orang itu receh.

Ingat pada penjelasan tadabur bismillahirrahmanirrahim, nabi mengatakan setiap perkara kebaikan yang tidak dimulai dengan ucapan bismillahirrahmanirrahim maka terputus dari keberkahan.

Bismillah itu artinya meminta keberkahan dan meminta pertolongan kepada Allah.
Makanya orang-orang beriman apabila melakukan segala kegiatan positif sesederhana apapun akan ia mulai dengan ucapan bismillah karena percaya kepada Allah, minta keberkahan dan pertolongan kepada Allah.

Pertanyaan; emang ga boleh jika kita meminta tolong kepada makhluk dan manusia karena di ayat Iyyaka nasta’in dikatakan hanya kepada Engkau kami meminta pertolongan ?
Boleh...
meminta pertolongan itu terbagi dua, pertama meminta pertolongan dengan menyerahkan kepada Allah swt ini maksudnya hati kita bergantung kepada Allah dan kita berlepas diri dari segala daya dan kekuatan yang kita miliki segala sesuatu karena Allah ini yang tidak boleh ditujukan kepada selain Allah.
Yang kedua adalah meminta pertolongan dalam berpartisipasi (musyarakah) secara teknis atau secara fisik terhadap apa yang ingin kita kerjakan.
Maksudnya kita meminta tolong untuk berpartisipasi secara teknis tapi tidak ada jaminan juga urusan itu akan berhasil karena kita menyerahkan semuanya kepada Allah dan jika berhasilpun itu semua karena Allah.

Kadang kita suka berpikir kerjaan kita akan mulus jika kita meminta partisipasi orang yang punya power besar tetapi jika Allah tidak izinkan maka tidak terlaksana juga walaupun secara teknis yang membantu sudah yang paling top.
Misal contoh kejadian nyata ada seorang politikus di suatu negara mengatakan jika saya mendapat dukungan puluhan ribu suara maka saya akan pasti menjadi presiden tidak ada yang bisa menghalangi termasuk Tuhan dan terbukti dia mendapat suara yang dia inginkan untuk menjadi presiden tapi tragisnya pada saat mau pelantikan dia meninggal yang terjadi dia gagal menjadi presiden.

Untuk meminta pertolongan musyarakah/partisipasi ini juga mempunyai dua syarat, pertama yang kita minta pertolongan orang yang masih hidup yang kedua mampu secara tekhnis contoh meminta kesembuhan dari dokter, dokter hanya bisa mengobati tidak bisa menyembuhkan.

Surat Almaidah ayat 2 sesuai dengan prinsip partisipasi ini
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah sangat berat siksaan-Nya.”

Para ulama mengatakan, minta tolonglah ketika kita butuh atau jika kita tau orang yang kita minta tolong itu senang ketika kita minta tolong sama dia maka silahkan minta tolong kepada dia untuk membuat dia senang atau bahagia karena memasukkan perasaan senang atau bahagia dihati seseorang itu pahala.

Penutup, kenapa dua konsep اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُۗ dijadikan dalam satu kalimat, para ulama menjelaskan karena Allah ingin menggabungkan tujuan dan sarana dalam satu kalimat simple karena ayat ini adalah tujuan hidup.

Seperti yang dimaksud dalam surat Adzariat ayat 56 “...dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepadaKu.”

Kesimpulannya, tujuan hidup manusia untuk beribadah, dan kita tidak akan mampu beribadah kecuali di tolong oleh Allah karena ibadah itu bukan tentang kekuatan, kecerdasan dan pengalaman tapi tentang pertolongan Allah, Taufiq dan hidayah.

Jangan lupa membaca doa ini di penghujung sholat :
“Allahumma a’inni ‘ala dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibadatika”
Artinya; “Ya Allah, bantulah aku untuk mengingat-Mu dan bersyukur kepada-Mu, serta agar bisa beribadah dengan baik kepada-Mu”


Sumber, Tafsir Ibnu Katsir, Mutiara di Samudera Al Fatihah, Ibnu Qayyim,
kajian ustad Nuzul Dzikri.

Tadabbur Surat Alfatihah, Malikii Yaumiddin


Malikii Yaumiddin
 (Pemilik dan Raja Hari Pembalasan)

Ayat ini menjadi pelengkap ayat sebelumnya yang menjelaskan Rahmat Allah kemudian menjelaskan pemilik dan raja hari pembalasan tujuannya agar kita tidak over harapan yang menimbulkan sifat menggampangkan karena Allah Arrahman Arrahim. 

Selain itu ayat ini juga menjadi penyemangat kita untuk beribadah karena semua mendapat balasan dari Allah.

Setiap manusia akan mendapat balasan apapun yg dikerjakannya baik kebaikan itu sebesar zarah ataupun kejahatan yang paling terkecil (Alzalzalah ayat 7&8).

Makna Add-in, hari pembalasan
Jika kita tau semua yang kita lakukan akan dibalas pada hari akhir maka ini akan menjadi semangat bagi kita untuk beramal dan mengatakan tidak untuk maksiat.

Jika tidak ada hari pembalasan mungkin kita tidak mau melakukan ibadah.

Mengapa ayat ini hanya mengatakan Allah pemilik hari pembalasan, bukan seluruh alam ini adalah milik Allah, kenapa dunia tidak disebutkan?

Dijelaskan oleh para ulama karena pada saat hari pembalasan tersebut kepemilikan dan kerajaan Allah terlihat sangat jelas tanpa ada yang berani menguggat.
Adapun di dunia banyak raja2 dunia yang mengklaim bahwa mereka memiliki kekuasaan mutlak dan Allah sengaja membiarkan itu terjadi karena belum waktunya hari pembalasan walaupun tentu saja banyak juga diantara mereka yang di dunia Allah balas secara terang-terangan tapi Allah tidak menampakan diriNya. Beda dengan di akhirat Allah akan terang-terangan menampakan kekuasaan dan kerajaaNya.

Karena itulah ketika Allah ghaib khan diriNya di dunia begitu banyak yang mengklaim bahwa mereka raja yang berkuasa atau tidak  mengklaim tapi secara terang-terangan menantang Allah.

Sejarah mencatat bagaimana Firaun mengklaim sebagai Tuhan.
Firman Allah, siapa yang memiliki kerajaan hari ini? Semua milik Allah.
Hadis Ibnu Umar beliau mengatakan, Aku mendengar Rasulullah SAW diatas mimbar mengatakan, pada hari kiamat nanti Allah akan mengambil seluruh langit-langit Nya 7 lapis langit dan mengambil bumi-bumi Nya dengan satu genggam tanganNya dan kemudian Allah akan mengenggam tanganNya kemudian Allah hamparkan.

Coba bayangkan hadis ini betapa kuasaNya Allah, bagaimana ketika kita berbuat maksiat lalu kita ingat hadis ini?

Adakah istighfar dan air mata tobat?
Pada hari pembalasan Allah mengatakan setiap manusia akan melihat apa yang telah dilakukannya. Allah akan menghamparkan apa yang telah kita lakukan di dunia. Setiap orang akan melihat apa yang telah dilakukannya di dunia, kita akan melihat maksiat mata, telinga, kaki dan orang-orang kafir pada saat itu berharap mereka diciptakan sebagai tanah bukan sebagai manusia.

Mari resapi kalimat malikki yaumiddin, apa yang sudah kita persiapkan untuk menghadapi hari tersebut.

Dalam Alqur’an disebutkan, hai orang-orang beriman bertakwalah kepada Allah dan apa yang telah kamu persiapkan untuk hari akhir. Hendaknya setiap kita melihat apa yang telah kita persiapkan, kita akan berhadapan dengan rajaNya hari pembalasan.

Tidak akan beranjak kedua kaki seorang hamba sampai ia akan ditanya 4 perkara, umurnya dihabiskan untuk apa saja,jasadnya digunakan untuk apa saja, ilmunya apa yang telah diamalkan, harta kita dihabiskan untuk apa.


Sumber: Kajian ustad Nuzul Dzikri

Tadabbur Arrahmanirrahim

Tadabbur Arrahmanirrahim

Arrahmanirrahim, Yang Maha Pemurah Lagi Maha Penyayang, yaitu yang mempunyai rahmat.

 Rahmat ialah menghendaki kebaikan bagi orang yang menerimanya.

Arrahman artinya pemilik kasih sayang yang maha luas sedang arrahim yang memberikan sifat kasih sayang itu kepada makhluk-makhluk nya.

Dalam ayat sebelumnya kita memahami bahwa segala ciptaan, pengaturan dan pemilikan Allah itu harus kita patuhi dan puji, kemudian di ayat ini dijelaskan kita lakukan itu semua karena apapun yang Allah lakukan itu semua lahir dari sifat kasih sayang.

Ayat ini memberikan harapan dan optimisme kepada kita. Jika kita berbicara tentang rahmat Allah maka kita akan optimis sesulit apapun keadaan kita saat ini, karena Allah yang memberikan kondisi seperti itu karena kasih sayang Nya. 

Dalam sebuah hadis dinyatakan bahwa Allah mempunyai 100 rahmat dan yang Allah turunkan kedunia ini hanya satu rahmat dan dengan rahmat itu manusia saling menyayangi dan mencintai begitu juga dengan binatang buas dengan satu rahmat itu dia menyayangi anaknya.

Allah tunda 99 rahmat itu di hari kiamat agar umatnya bisa merasakan kasih sayang itu dan mengungkapkannya. Allah berikan 99 rahmat itu kepada hamba2nya yang sabar, sabar ketika menghadapi ujian di dunia.

Pantaskah kita suudzon kepada Allah, malas beribadah kepada Allah jika yang Allah janjikan 99 rahmat di hari akhir.

Resepi dan hadirkan hati jika kita membaca Arrahmanirrahim bayangkan nikmat2 yang telah Allah berikan dan nikmat yang paling besar adalah hidayah. Banyak orang yang lebih hebat dari kita tapi mereka blm mendekat kepada Allah maka bersyukurlah ketika Allah beri hidayah kepada kita untuk mendekat kepada Allah dan itu baru satu Rahmat yang Allah berikan.


Sumber: Kajian ustad Nudzul Zikri