Selasa, 26 September 2023

Tadabbur Surat Alfatihahصِرَٰطَ ٱلَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ ٱلْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا ٱلضَّآلِّينَ



صِرَٰطَ ٱلَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ ٱلْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا ٱلضَّآلِّينَ

Artinya: (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.

 

ٱهْدِنَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلْمُسْتَقِيمَ

Artinya: Tunjukilah kami jalan yang lurus.

Merupakan satu-satu nya jalan kebahagiaan, maka ketika membacanya di dalam dan di luar sholat, resapi baik-baik bahwa ini adalah jalan kebahagiaan dunia dan akhirat.

 Lalu, Jalan yang lurus itu apa?

Jalan yang orang-orang yang Allah berikan nikmat kepada mereka dan bukan jalan orang yang Allah murkai dan sesat tapi jalan yang Allah beri nikmat.

Siapa mereka?

Mereka yang Allah sebutkan dalam surat An-nisa ayat 69

وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَٱلرَّسُولَ فَأُو۟لَٰٓئِكَ مَعَ ٱلَّذِينَ أَنْعَمَ ٱللَّهُ عَلَيْهِم مِّنَ ٱلنَّبِيِّۦنَ وَٱلصِّدِّيقِينَ وَٱلشُّهَدَآءِ وَٱلصَّٰلِحِينَ ۚ وَحَسُنَ أُو۟لَٰٓئِكَ رَفِيقًا

Artinya: Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.

Yang dimaksud dengan orang sholeh disini adalah orang yang menjaga kesucian fisik dan hatinya.

4 golongan orang yang disebutkan diatas yaitu para nabi, shiddiiqiin, syahid, Sholeh yaitu orang yang menggabungkan dua hal yang besar yaitu mengetahui kebenaran/ilmu dan mengamalkan kebenaran/ilmu tersebut.

Maka pada saat kita berdoa

ٱهْدِنَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلْمُسْتَقِيمَ

Artinya kita minta ditunjuki ilmu dan amal dan begitu kita mendapatkannya maka istiqomalah di jalan ilmu dan amal.

Seperti apa orang yang mendapatkan kebahagiaan itu? seperti orang yang dimaksudkan dalam surat An-Nahl ayat 97

Surat An-Nahl Ayat 97

مَنْ عَمِلَ صَٰلِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُۥ حَيَوٰةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ

Artinya: Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.

Iman adalah karakter orang yang mempunyai ilmu karena tidak mungkin kita bisa mengimani sesuatu tanpa ilmu .

Ilmu amal, ilmu amal, ilma amal itulah dua kunci kehidupan di dunia dan akhirat.

Setiap orang yang jujur yang berdoa di dalam sholat mereka, yang mengatakan tunjukilah kami jalan yang lurus maka inilah orang-orang yang semangat mencari ilmu dan mengamalkan. Terlepas masih ada kekurangan, kekeliruan, kekhilafan, itu wajar karena كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ setiap anak nabi Adam pasti banyak melakukan kesalahan. Tapi karakter, spirit pola mereka adalah mengejar ilmu kemudian mengamalkan.

Tergelincir, tobat kemudian bangkit lagi. Nuntut ilmu, amalkan, nuntut ilmu, amalkan. Ini yang kita kerjakan di dunia.

Maka sebaliknya barang siapa yang malas menuntut ilmu dan tidak mengamalkan maka ia tidak jujur ketika mengucapkan, tunjukilah kami jalan yang lurus.

‘Dan bukan jalan-jalan orang yang dimurkai? “

Siapakah orang yang dimurkai?

Nabi mengatakan langsung, orang yang dimurkai itu Yahudi, dan setiap orang yang mengetahui ilmunya dan dia tidak mengamalkan.

Beda dengan orang mengamalkan tapi dia tergelincir atau khilaf.

Maka ulama mengatakan bahwa setiap orang yang mempunyai ilmu tapi tidak mengamalkan maka dia termasuk orang yang di murkai

Kemudian, siapa orang yang sesat?

Setiap orang yang semangat beramal tapi tanpa ilmu, beramal dengan ketidaktahuan.

Makanya para ulama mengatakan  ٱلْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ  orang-orang yang dimurkai ini ada pada masalah niat, mereka tidak jujur, tidak ikhlas kepada Allah. Seperti layaknya orang munafik punya ilmu tapi tidak diamalkan.

Adapun orang yang tersesat وَلَا ٱلضَّآلِّينَ masalah mereka ada pada ilmu.

Orang yang tersesat mereka berjalan tapi tidak tau arah. Mereka ada usaha, ada semangat, ada langkah, tapi kenapa tersesat? Karena ga tau ilmunya.

Inilah doa yang kita minta setiap hari kepada Allah yang intinya jangan sampai kita melangkah tapi tidak tau ilmu dan kita salah pada niat, tau ilmu tapi tidak mengamalkan.

Jadi orang yang selamat adalah orang yang menggabungkan dua hal tersebut, ilmu dan amal.

Di surat Alfatiha lah secara jelas dan gamblang Allah menjelaskan kenikmatan itu ada pada saat kita diberikan ilmu dan amal.

Makanya keliru besar jika kita berpikir orang yang diberi nikmat itu sebatas orang yang diberi kekayaan, kesehatan, oleh Allah. Karena sejatinya itu ujian.

Sebagaimana Allah nyatakan dalam surat Al Anbiya ayat 35

كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ ٱلْمَوْتِ ۗ وَنَبْلُوكُم بِٱلشَّرِّ وَٱلْخَيْرِ فِتْنَةً ۖ وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ

Artinya: Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.

Sehat itu ujian, sakit itu juga ujian. Kapan menjadi kenikmatan? Jika sehat dan sakitnya diisi dengan ilmu dan amal.  

Allah melarang kita kagum pada seseorang hanya semata karena kekayaanya. Sebagaimana Allah katakan di surat At Taubah ayat 55

فَلَا تُعْجِبْكَ أَمْوَٰلُهُمْ وَلَآ أَوْلَٰدُهُمْ ۚ إِنَّمَا يُرِيدُ ٱللَّهُ لِيُعَذِّبَهُم بِهَا فِى ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا وَتَزْهَقَ أَنفُسُهُمْ وَهُمْ كَٰفِرُونَ

Artinya: Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki dengan (memberi) harta benda dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan di dunia dan kelak akan melayang nyawa mereka, sedang mereka dalam keadaan kafir.

Dari ayat tersebut dikatakan harta dan anak2 mereka bukan nikmat tapi azab jika mereka tidak beriman kepada Allah.

Seringkali kita menyangkal hal tersebut karena terlihat mereka baik2 saja. Tentu saja itu yang terlihat di luar, kita tidak tau yang terjadi didalam kehidupan mereka karena sejatinya kehidupan dunia itu personal branding.

Maka sebuah ketidak jujuran terjadi jika di dalam sholat, seseorang membaca ayat 5 dan 6 surat Alfatihah ini tapi orientasinya dunia, dunia dan dunia.

Hadist Abu Hurairah yang di riwayatkan oleh imam Muslim dan kitab shahih nya, Nabi SAW mengatakan, aku membagi sholat, maksudnya surat alfatiha antara aku dan hambaku setengah setengah. Setengah untukku dan setengah untuk hambaku.

Maksudnya?

 Apabila hambaku mengucapkan

 ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ maka Allah menjawab ayat tersebut dengan mengatakan;  hambaku baru saja memujiku dan apabila hambaku membaca ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ maka Allah menjawab, hambaku baru saja memujiku lagi. Lalu ketika  hambaku mengatakan مَٰلِكِ يَوْمِ ٱلدِّينِ maka Allah meresponnya dengan mengatakan hambaku baru saja menganggungkan diriku dan apabila hambaku mengatakan إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ maka Allah merespon bahwa ayat ini kita bagi dua, setengah untukku dan setengah untuk hambaku, maksudnya ibadah itu dipersembahkan untuk Allah dan adapun meminta pertolongan kepada Allah itu untuk hambaku, maksudnya Allah akan kasih pertolongan kepada kita. Adapun ketika hambaku mengatakan ٱهْدِنَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلْمُسْتَقِيمَ

صِرَٰطَ ٱلَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ ٱلْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا ٱلضَّآلِّينَ  

maka Allah mengatakan ini semua untuk hambaku dan hambaku akan mendapatkan apa yang mereka minta.

 

Reminder: Resapi setiap ayat jangan buru-buru, Jika dalam sholat saja kita tidak khusuk, padahal Allah langsung menjawab apa yang kita ucapkan sedangkan kita tidak menghadirkan rasa pada saat membacanya, pikiran kita blank, maka pantas saja hidup kita tidak berkah.

Surat Alfatiha ini luar biasa yang merupakan rahasia Alquran yang merupakan saripatinya Alquran .

 

Sumber: Kajian Ustad Nudzul Zikri

 

 

 

 

 

 

 

 

Tadabbur Surat Alfatihah اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ



اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ

Ya Allah berilah hidayah kepada kami, Tunjukilah kami jalan yang lurus."

 (QS Al Fatihah Ayat 6)

 

Setelah memuji Allah tempat kita memohon barulah kita pantas memohon kepadaNya.

Ini merupakan keadaan yang paling sempurna bagi seorang hamba untuk mengajukan permintaan, pertama ia memuji Rabb yang akan minta, kemudian ia memohon keperluannya sendiri dan keperluan saudara-saudaranya dari kalangan orang beriman, melalui ucapan “Tunjukilah kami jalan yang lurus”.

Ini merupakan cara yang sangat tepat dalam menyampaikan permohonan dan dikabulkannya permohonan tersebut. Untuk itu Allah membimbing kita agar senantiasa melakukannya, sebab inilah cara yang lebih sempurna.

Tunjukillah kami jalan yang lurus dalam doa ini maknanya adalah berikanlah kepada kami Ilham, berikanlah kami taufik, berikanlah kami rezeki dan berikanlah anugrah kepada kami.

Pertanyaan; kenapa seorang mukmin meminta hidayah pada setiap saat baik pada waktu mengerjakan sholat maupun di luar sholat, padahal sebagai mukmin ia sendiri menyandang itu, apakah yang demikian termasuk meminta yang telah ada?

Jawaban; tidak, karena jika seorang mukmin tidak memohon hidayah siang dan malam hari, niscaya Allah tidak akan membimbingnya ke arah itu. Selain itu, seorang hamba senantiasa membutuhkan Allah setiap saat dan situasi agar diberikan keteguhan, kemantapan, penambahan, dan kelanggengan hidayah, sebab ia tidak kuasa memberikan manfaat dan mudharat kepada dirinya sendiri, kecuali jika Allah menghendaki. Oleh karena itu Allah selalu membimbingnya untuk senantiasa memohon agar Dia memberikan pertolongan,keteguhan dan taufik kepadanya.

Seperti apa jalan yang lurus? Yaitu jalan orang-orang yang kau beri nikmat atas mereka bukan jalan orang-orang yang Engkau murkai/sesat.

Ayat ini mengajarkan kepada kita untuk meminta doa untuk meminta petunjuk kepada jalan yang lurus.

Jalan yang lurus yaitu agama Islam itu sendiri yang dibawa oleh Rasulullah saw dan para sahabat

Doa tersebut meminta jalan yang lurus dan Istiqomah jika sudah di jalan tersebut.

Setelah beribadah dan meminta pertolongan kepada Allah agar Allah memberi hidayah untuk berada di jalan yang lurus.

Jika kita ingin berada di jalan yang lurus maka kembalilah kepada Allah, dengan cara? Minta petunjuk kepada Allah

Hidayah di tangan Allah maka barang siapa yang ingin Istiqomah di jalan itu kembali kepada Allah jangan mengandalkan diri sendiri.

Imam Ibnu Katsir mengatakan

اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ

merupakan bagian dari adab berdoa sebelum meminta petunjuk dari ayat sebelumnya kita berdoa memuji Allah.

Ini dapat kita terapkan di doa2 kita yang lain sebelum meminta, puji Allah terlebih dahulu sanjung dan agungkan Allah terlebih dahulu

اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ

Merupakan doa terbaik, terpenting yang harus kita minta karena doa inilah yang wajib kita ucapkan minimal  17 rakaat dan merupakan bagian dari rukun sholat.

Tidak ada jalan untuk bahagia kecuali Istiqomah di jalan yang lurus

Anak, harta, pasangan bukan jalan menuju kebahagiaan, hanya jalan yang lurus yang merupakan sumber kebahagiaan, maka pada saat membacanya camkan bahwa inilah jalan kebahagiaan.

Jalan yang lurus yaitu jalan yang Allah beri nikmat dan bukan jalan orang yang Allah murkai dan sesat.

 

Sumber, tafsir Ibnu Katsir dan Kajian Ustad Nudzul Zikri

 

 

 

 

 

Tadabbur Surat Al Fatihah اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ



اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ
Iyyaka Na’budu Wa Iyyaka Nasta’in

Hanya kepada Engkau kami beribadah dan hanya kepada Engkau kami meminta pertolongan

Imam Abu qatadah pernah mengatakan kepada para tabiin “kalian harus banyak belajar kepada imam Hasan Al Basri, “Demi Allah aku tidak pernah melihat seorangpun yang cara pandang, cara berpikir, paradigma, wawasannya yang lebih mirip dengan Ummar Bin Khatab selain Hasan Al Basri”.

Emang seperti apa pandangan Imam Al Basri?

Imam Al Basri pernah mengatakan اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُۗ siapa yang pernah membaca dua penggalan ayat ini dan ia berhasil menguasai dua ilmu dari ayat ini, mengerti dan mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari maka sesungguhnya ia telah berhasil mengamalkan seluruh kitab-kitab suci Allah SWT. Masya Allah.

Para ulama menjelaskan, Iyyaka na’budu secara tidak langsung menjelaskan prinsip kita untuk berlepas diri dari segala kesyirikan. Karena kita hanya beribadah kepada Allah dan tidak ada sekutu kepada makhluk.

Makanya ketika kita melakukan segala bentuk kesyirikan maka gugurlah Iyyaka na’budu, yang maknanya hanya kepada Engkau kami beribadah.

Adapun penggalan wa iyyaka nasta’in adalah prinsip berlepas diri dari daya kekuatan makhluk dan menyerahkan semuanya kepada Allah.

Jadi tidak ada daya dan upaya selain Allah termasuk diri kita oleh karena itu mintalah segala sesuatu kepada Allah. Syiar yang cocok dengan ayat ini adalah laa hawla wa laa quwwata Illa billah, tiada daya dan kekuatan selain Allah.

Para ulama mengatakan ibadah itu mengandung dua hal, pertama; puncaknya cinta dan yang kedua ; puncaknya kerendahan dan ketundukan.

Jadi ibadah itu bersatunya ketundukan dan kerendahan dengan rasa cinta.

Pada saat seorang hamba merendahkan diri serendah rendahnya dan tunduk kepada Rabb Nya itu bukan karena keterpaksaan tapi dengan cinta.

Ulama mengatakan ibadah itu melakukan segala apa yang Allah cintai dan meninggalkan apa yang Allah benci dan inilah konsep ketundukan yang sebenarnya.
Dari konsep inilah maka kita mengerti inti atau ibadah yang paling bagus adalah Doa.

Kenapa?
Karena doa adalah simbol kerendahan kepada Allah, kita meminta dan meminta itu merendahkan diri.

Jika kita perhatikan adab-adab berdoa maka akan terlihat seorang hamba begitu rendah, namanya juga meminta, apalagi disunnahkan ketika berdoa mengangkat tangan dan itu semakin memperlihatkan seorang hamba terlihat semakin merendah.

Itulah sebabnya mengapa salah satu ibadah yang luar biasa adalah sujud ketika sholat.

Rasulullah Saw mengatakan posisi terdekat seorang hamba kepada RabbNya pada saat ia sujud maka pada saat itu perbanyaklah doa.

Pada saat sujud kita membaca Subhana rabbiyal a’la, Maha suci Rabbi yang Maha tinggi. Inilah simbol kerendahan yang sesungguhnya karena pada saat sujud kita meletakkan bagian tubuh yang paling kita hormati, yang paling kita jaga kemudian kita letakkan menyentuh tanah.

Kepala, wajah adalah simbol kemuliaan dalam diri kita yang paling sensitif dan benar-benar kita jaga tetapi ketika sujud kita rendahkan posisinya dan kemudian kita katakan Rabb ku yang maha tinggi dan nabi menyuruh berdoalah, minta, minta dan minta.

Beda jika kita lakukan kerendahan ini kepada makhluk tentu saja tidak boleh melakukan sujud kepada makhluk dengan alasan tidak boleh menghinakan diri kepada makhluk beda ketika kita sujud kepada Allah justru membuat seorang hamba itu elegan dan anggun dan tidak ada sisi hina sama sekali.

Pertanyaannya; bagaimana jika kita ibadah karena terpaksa? Itu bukan ibadah karena ibadah itu cinta.

Ibnu Qayyim mengatakan bahwa kerendahan, ketundukan yang dibalut oleh rasa cinta itu hanya boleh diberikan kepada Allah
• “Hanya kepada Engkau kami meminta pertolongan atau istianah”
Meminta pertolongan menurut Ibnu Qayyim ada dua unsur, pertama percaya kepada Allah, yang kedua bertumpunya hati hanya kepada Allah.

Secara logika saja kita tidak akan meminta pertolongan kepada orang yang tidak kita percaya oleh karena meminta pertolongan kepada Allah hanya bisa ketika kita percaya dan hati hanya bergantung kepada Allah.

 Surat An naml ayat 62 ;... dan siapa yang mengijabah orang yang sedang berdoa dalam keadaan kesulitan selain Allah.

Surat Albaqorah 214; ...pada saat nabi dimasa itu menyatakan, bilakah pertolongan Allah itu datang?

 Ingatlah sesungguhnya pertolongan Allah itu sangat dekat.
Jika kita meminta pertolongan kepada Allah itu menunjukan kita percaya kepada Allah dan hati hanya bergantung kepada Allah.

Makanya semakin dalam iman seorang hamba ia akan semakin sering meminta tolong kepada Allah. Sampai2 di hal yang dianggap orang-orang itu receh.

Ingat pada penjelasan tadabur bismillahirrahmanirrahim, nabi mengatakan setiap perkara kebaikan yang tidak dimulai dengan ucapan bismillahirrahmanirrahim maka terputus dari keberkahan.

Bismillah itu artinya meminta keberkahan dan meminta pertolongan kepada Allah.
Makanya orang-orang beriman apabila melakukan segala kegiatan positif sesederhana apapun akan ia mulai dengan ucapan bismillah karena percaya kepada Allah, minta keberkahan dan pertolongan kepada Allah.

Pertanyaan; emang ga boleh jika kita meminta tolong kepada makhluk dan manusia karena di ayat Iyyaka nasta’in dikatakan hanya kepada Engkau kami meminta pertolongan ?
Boleh...
meminta pertolongan itu terbagi dua, pertama meminta pertolongan dengan menyerahkan kepada Allah swt ini maksudnya hati kita bergantung kepada Allah dan kita berlepas diri dari segala daya dan kekuatan yang kita miliki segala sesuatu karena Allah ini yang tidak boleh ditujukan kepada selain Allah.
Yang kedua adalah meminta pertolongan dalam berpartisipasi (musyarakah) secara teknis atau secara fisik terhadap apa yang ingin kita kerjakan.
Maksudnya kita meminta tolong untuk berpartisipasi secara teknis tapi tidak ada jaminan juga urusan itu akan berhasil karena kita menyerahkan semuanya kepada Allah dan jika berhasilpun itu semua karena Allah.

Kadang kita suka berpikir kerjaan kita akan mulus jika kita meminta partisipasi orang yang punya power besar tetapi jika Allah tidak izinkan maka tidak terlaksana juga walaupun secara teknis yang membantu sudah yang paling top.
Misal contoh kejadian nyata ada seorang politikus di suatu negara mengatakan jika saya mendapat dukungan puluhan ribu suara maka saya akan pasti menjadi presiden tidak ada yang bisa menghalangi termasuk Tuhan dan terbukti dia mendapat suara yang dia inginkan untuk menjadi presiden tapi tragisnya pada saat mau pelantikan dia meninggal yang terjadi dia gagal menjadi presiden.

Untuk meminta pertolongan musyarakah/partisipasi ini juga mempunyai dua syarat, pertama yang kita minta pertolongan orang yang masih hidup yang kedua mampu secara tekhnis contoh meminta kesembuhan dari dokter, dokter hanya bisa mengobati tidak bisa menyembuhkan.

Surat Almaidah ayat 2 sesuai dengan prinsip partisipasi ini
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah sangat berat siksaan-Nya.”

Para ulama mengatakan, minta tolonglah ketika kita butuh atau jika kita tau orang yang kita minta tolong itu senang ketika kita minta tolong sama dia maka silahkan minta tolong kepada dia untuk membuat dia senang atau bahagia karena memasukkan perasaan senang atau bahagia dihati seseorang itu pahala.

Penutup, kenapa dua konsep اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُۗ dijadikan dalam satu kalimat, para ulama menjelaskan karena Allah ingin menggabungkan tujuan dan sarana dalam satu kalimat simple karena ayat ini adalah tujuan hidup.

Seperti yang dimaksud dalam surat Adzariat ayat 56 “...dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepadaKu.”

Kesimpulannya, tujuan hidup manusia untuk beribadah, dan kita tidak akan mampu beribadah kecuali di tolong oleh Allah karena ibadah itu bukan tentang kekuatan, kecerdasan dan pengalaman tapi tentang pertolongan Allah, Taufiq dan hidayah.

Jangan lupa membaca doa ini di penghujung sholat :
“Allahumma a’inni ‘ala dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibadatika”
Artinya; “Ya Allah, bantulah aku untuk mengingat-Mu dan bersyukur kepada-Mu, serta agar bisa beribadah dengan baik kepada-Mu”


Sumber, Tafsir Ibnu Katsir, Mutiara di Samudera Al Fatihah, Ibnu Qayyim,
kajian ustad Nuzul Dzikri.