Tampilkan postingan dengan label Taklim Milano. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Taklim Milano. Tampilkan semua postingan

Rabu, 06 Maret 2019

Dialog Hati 😊

Saya sering punya perasaan di awal mau ngaji yaitu malas tapi sesudah ngaji hati senang dan lega, kenapa ya?

Senangnya karena dapat ilmu, hati lega, jadi ingat akhirat, tau apa yang harus di persiapkan di dunia ini.

Trus malasnya kenapa? Mager klo kata anak milenial sekarang males aja bawaanya, enakan leyeh leyeh di rumah atau pergi kemana.

Itu dia yang sering terjadi pada diri saya, walaupun udah berahun tahun ikut kajian. Tau ga tuh siapa yang perlu di curigai atas itu semua? Ya setanlah, setan itu emang udah kerjaan dia mengoda manusia agar tidak melakukan kebaikan soalnya klo manusia banyak yang baik ntar temannya di neraka bakal berkurang.

Nah tuh saya udah tau jawabannya, kenapa kadang masih kalah kuat dengan setan. Ya itu klo iman saya kuat saya akan pergi ke kajian, klo baterai saya lagi lemah, setan deh pemenangnya. Banyakan mana setan yang menang atau nurani? Alhamdulillah lebih sering nurani saya yang menang.

Klo boleh milih sih pengennya jangan ada setan diantara saya. Tapi khan ga bisa, karena Allah membolehkan setan untuk menguji kita biar Allah tau sejauh mana keimanan seorang hamba.

Jadi jadi apa maksudnya cerita ini, ya pengen aja memetakan masalah trus solusinya apa ?😀

Sebenarnya ada yang mau saya curhatin lagi. Gini..personel ngajinya buibu dulu khan ada sekitar 15, nah diantara perjalanan enam tahun ini anggota jadi 5. Sampai disini saya sedih tapi menganggap biasa karena hal ini sudah sering terjadi, begitu juga pas kejadian pengajian bapak bapak udah disiapkan segala sesuatu untuk banyak orang eh ternyata yang hadir cuman 4. Disini ilmu ikhlas harus maju, ingat tidak akan ada satu kebaikan pun yang akan sia sia, walaupun hanya sekecil zarah.

Trus masalahmya dimana? Disini
Di hati saya yang suka sedih 😊, kenapa orangnya sedikit? Apanya yang salah? Apanya yang kurang. Gitu we jadinya saya suka bertanya tanya. Trus saya.menghibur diri yang penting kualitas bukan kuantitas.

Sempat terpikir buibu banyak off karena hapalan ya? Tapi apa salah hafalan? Toh klo ga bisa ga apa-apa ga ada target dan hanya semampunya lagian wajar ngaji bertahun tahun pasti harus ada progress.

Jadi....kesimpulannya apa?
Ya sudahlah tetap semangat bikin kajian, jangan malas malas, niatnya mencari ridho Allah, tugas kita hanya mengajak dan menyampaikan, hasilnya serahkan pada Allah. Berbaik sangka yang ga bisa ikut karena ada uzur lain.

Eh wait sempat kepikiran apa bikin kajian dengan macam-macam fariasi biar menarik. Ahh ga ahh ntar malah jadi.polemik lagi kayak ustad  yang lagi hits itu. Udah ahh materi nya udah bagus yaitu tauhid dan tahsin, ga usah dimacam macamin lagi.

Yahh ini dia tulisan dialog hati dan pikiran, nanya sendiri jawab sendiri,😊

Biar semangat saya mau copas tulisan tentang dakwah :

Memang seperti itu dakwah. Dakwah adalah cinta. Dan cinta akan 
meminta semuanya dari dirimu. Sampai pikiranmu. Sampai perhatianmu. 
Berjalan, duduk, dan tidurmu.

Bahkan di tengah lelapmu, isi mimpimu pun tentang dakwah. Tentang 
umat yg kau cintai.

Lagi-lagi memang seperti itu. Dakwah. Menyedot saripati energimu. 
Sampai tulang belulangmu. Sampai daging terakhir yg menempel di 
tubuh rentamu. Tubuh yg luluh lantak diseret-seret. .. Tubuh yang 
hancur lebur dipaksa berlari.

Seperti itu pula kejadiannya pada rambut Rasulullah. Beliau memang 
akan tua juga. Tapi kepalanya beruban karena beban berat dari ayat 
yg diturunkan Allah.

Sebagaimana tubuh mulia Umar bin Abdul Aziz. Dia memimpin hanya
sebentar. Tapi kaum muslimin sudah dibuat bingung. Tidak ada lagi 
orang miskin yg bisa diberi sedekah. Tubuh mulia itu terkoyak-koyak. 
Sulit membayangkan sekeras apa sang Khalifah bekerja. Tubuh yang 
segar bugar itu sampai rontok. Hanya dalam 2 tahun ia sakit parah 
kemudian meninggal. Toh memang itu yang diharapkannya; mati sebagai 
jiwa yang tenang.

Dan di etalase akhirat kelak, mungkin tubuh Umar bin Khathab juga 
terlihat tercabik-cabik. Kepalanya sampai botak. Umar yang perkasa
pun akhirnya membawa tongkat ke mana-mana. Kurang heroik? Akhirnya
diperjelas dengan salah satu luka paling legendaris sepanjang 
sejarah; luka ditikamnya seorang Khalifah yang sholih, yang sedang
bermesra-mesraan dengan Tuhannya saat sholat.

Dakwah bukannya tidak melelahkan. Bukannya tidak membosankan. Dakwah 
bukannya tidak menyakitkan. Bahkan juga para pejuang risalah 
bukannya sepi dari godaan kefuturan.

Tidak… Justru kelelahan. Justru rasa sakit itu selalu bersama 
mereka sepanjang hidupnya. Setiap hari. Satu kisah heroik, akan
segera mereka sambung lagi dengan amalan yang jauh lebih “tragis”.

Justru karena rasa sakit itu selalu mereka rasakan, selalu 
menemani… justru karena rasa sakit itu selalu mengintai ke mana 
pun mereka pergi… akhirnya menjadi adaptasi. Kalau iman dan godaan 
rasa lelah selalu bertempur, pada akhirnya salah satunya harus 
mengalah. Dan rasa lelah itu sendiri yang akhirnya lelah untuk 
mencekik iman. Lalu terus berkobar dalam dada.

Begitu pula rasa sakit. Hingga luka tak kau rasa lagi sebagai luka. 
Hingga “hasrat untuk mengeluh” tidak lagi terlalu menggoda 
dibandingkan jihad yang begitu cantik.

Begitupun Umar. Saat Rasulullah wafat, ia histeris. Saat Abu Bakar 
wafat, ia tidak lagi mengamuk. Bukannya tidak cinta pada abu Bakar. 
Tapi saking seringnya “ditinggalkan” , hal itu sudah menjadi 
kewajaran. Dan menjadi semacam tonik bagi iman..

Karena itu kamu tahu. Pejuang yg heboh ria memamer-mamerkan amalnya 
adalah anak kemarin sore. Yg takjub pada rasa sakit dan 
pengorbanannya juga begitu. Karena mereka jarang disakiti di jalan 
Allah. Karena tidak setiap saat mereka memproduksi karya-karya
besar. Maka sekalinya hal itu mereka kerjakan, sekalinya hal itu 
mereka rasakan, mereka merasa menjadi orang besar. Dan mereka justru 
jadi lelucon dan target doa para mujahid sejati, “ya Allah, berilah 
dia petunjuk… sungguh Engkau Maha Pengasih lagi maha Penyayang… “

Maka satu lagi seorang pejuang tubuhnya luluh lantak. Jasadnya 
dikoyak beban dakwah. Tapi iman di hatinya memancarkan cinta… 
Mengajak kita untuk terus berlari…

“Teruslah bergerak, hingga kelelahan itu lelah mengikutimu.
Teruslah berlari, hingga kebosanan itu bosan mengejarmu. 
Teruslah berjalan, hingga keletihan itu letih bersamamu.
Teruslah bertahan, hingga kefuturan itu futur menyertaimu.
Tetaplah berjaga, hingga kelesuan itu lesu menemanimu.”

(alm. Ust Rahmat Abdullah)

Kalau iman dan syetan terus bertempur. Pada akhirnya salah satunya 
harus mengalah.

In memoriam Ust. Rahmat Abdullah

Rabu, 19 September 2018

Bermula dari niat, semoga Allah ridho...

Dua bulan lalu selepas ngaji taklim mingguan komplek, kita ngobrol-ngobrol bersama, cerita tentang jalan-jalan, makanan dll, sampai tercetus pengen umroh bersama.

Ada ide untuk bikin tabungan umroh, target sih 3 tahun ke depan bisa berangkat, insyaa Allah.

Kenapa buat tabungan? Karena keadaan keuangan kita semua berbeda-beda, kalau untuk chuzz langsung berangkat masih belum memungkinkan, makanya kita pilih nabung.

Ngebayangin nya aja udah senang apalagi nanti jadi kenyataan ya ;), kebayang gitu umroh bareng dengan para tetangga yang selama ini kita sama-sama taklim.

Taklim ini sendiri udah berlangsung hampir 5 tahun, dan kita selama ini belum pernah pergi jalan-jalan bareng, apalagi ini dengan suami juga, selama ini paling hanya makan bersama sesudah kajian hihi. Bukanya pelit dan gimana, sebagian besar khan punya balita yang susah di tinggal , sedangkan ngaji aja selalu di bawa dan sering terjadi iklan di tengah kajian dengan suara tangisan dan ketawa para bocah. Tapi semua itu bikin meriah dan senang.

Mungkin umroh nanti perjalanan bersama kita yang perdana. Saya senang dan semangat, begitu juga suami, saat di ceritain tanggapannya langsung oke oce.

Bulan ini perdana di mulai dan saya bertanggung jawab untuk menyimpan dana nya lewat rek bank syariah. Banyak banyak doa, semoga Allah ridho dan berkahi segala rencana ini, di beri kesehatan dan kelapangan.

Hati ini udah sangat rindu ke tanah haram lagi. Ya Allah panggil kami untuk haji dan umroh, hanya Engkau yang tau betapa hati ini menyimpan rindu yang sangat untuk bisa safar dan beribadah di rumahMu.

Bermula dari niat

Di jalani dengan ikhtiar

Hasil akhir, biar Allah yang menentukan

Rabu, 13 April 2016

Bertetangga Sampai Ke Surga

Udah lama ya ga cerita soal taklim milano, pengajian dikomplek kami. Walaupun orangnya semakin menyusut tapi ga mengurangi semangat untuk tetap mengadakan kajian ini. Semoga penyusutan ini bukan karena bosan atau futur tapi karena ada uzur lain yang saya harap suatu hari nanti mereka akan ikut kembali. Tetap semangat dengan cita-cita "Bertetangga Sampai Ke Surga"

Taklim bagi saya kebutuhan, sama seperti seperti kebutuhan makan dan minum. Sepenuhnya saya sadar bahwa ilmu saya masih kurang, amal masih sedikit sedangkan maut pasti akan datang tanpa permisi. Bagaimana mau beramal kalau belum berilmu. Maka berilmu dulu sebelum beramal.

Ada sesuatu yang baru dalam taklim beberapa bulan ini, Ada kewajiban setoran menghafal. Sepertinya kita-kita harus dipaksa dengan jadwal setoran dengan memakai buku laporan, soalnya selama ini kalau di suruh setoran sendiri semua pada bilang belum hafal :)). Tapi saya senang dengan metode setoran ini karena mau tidak mau saya jadi lebih disiplin dalam menghafal,  Dulu pas ingat dan kapan mau aja menghafalnya tapi sekarang udah tau kalau minggu depan setoran surat apa karena telah ditentukan. Semenjak rutin menghafal ini rasanya saya ga punya waktu lagi buat membaca novel :).

Menghafal ini tidak mudah tapi juga tidak sulit. Tidak mudah karena saya harus rajin mengulang-ulang setiap hari dan tidak bisa hanya sekali membaca untuk hafal. Tetapi tidak sulit juga karena ternyata saya bisa juga menghafal surat-surat yang lebih panjang. Jadi... mungkin ini soal niat, semangat dan ketekunan. Semoga Allah mudahkan kami semua dalam menghafal ayat-ayat NYA dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Jika saya lagi malas dan cape saya ingat suatu nasehat bahwa tidak ada kata istirahat di dunia. Istirahat itu jika kaki sudah menapak di surga. Jadi,,,,,,,,,,,,,, jangan pernah lelah untuk berbuat kebaikan.
Yuk...semangkA kakak...:)  semangat karena Allah............