"'Rasa' adalah modal yang sangat penting dalam tulis menulis. Ketika kita kehilangan rasa atau kehilangan getar apapun yang menyentuh nurani, akan sulit untuk memberi jiwa
pada tulisan " . (AE)
Alberthiene Endah (AE) adalah penulis novel yang terkenal dengan tema realita kehidupan metropolitan terutama perempuan seperti Detik Terakhir, Cewek Matre, Nyonya Jet Set dan lain-lain. Cerita novelnya jika di baca terasa sentuhan kisah nyata nya bukan hanya sekedar karangan imajinasi. Riset dan latar belakang pengalaman AE sebagai wartawan membuat buku ini memiliki warna lain tidak hanya bercerita bagaimana tekhnis menulis fiksi tapi juga motivasi dan pola pikir untuk berani dan terus mengasah kemampuan menulis fiksi.
"Alasan terbaik untuk menulis adalah jika kita benar-benar ingin menulis demi menjawab sebuah kerinduan. Alasan ini abstrak dan luas tapi sangat menguasai. Perasaan seperti ini memang sulit dibentuk ketika kita belum mencipta sebuah kalimat pun" (AE)
Hal pertama yang dibahas dan menjadi penting adalah sebuah pertanyaan, kenapa anda ingin menulis? Kalimat diatas bisa menjadi sebuah renungan dan jawaban apa yang sebenarnya kita cari.
"Kerinduan bisa diciptakan dengan pancingan-pancingan yang diciptakan. Kita harus pintar-pintar membentuk disiplin dengan peraturan yang dibuat dan dipatuhi sendiri, karena menulis adalah sesuatu yang lentur sekali. Lentur untuk disemangati, lentur untuk dikhianati".(AE)
Pertanyaan kedua yang sering muncul apa yang harus kita tulis, dan darimana ide tersebut. Mungkin bagi sebagian kita memikirkan ini saja sudah membuat kita menjadi takut, gugup dan berhenti. Pertajamlah RASA.
"Semakin peka perasaan seseorang, semakin mudah ia meraba berbagai warna emosi. Jika itu terjadi pada penulis, akan semakin cepat ia mencapai jembatan yang mengantarkan gejolak rasa ke dalam tulisan. Ketajaman rasa yang paling ampuh untuk melahirkan kepekaan dalam menulis adalah ketika kita bisa berempati pada orang lain". (AE)
Saya sangat percaya sesuatu yang berasal dari hati maka akan sampai ke hati pula. Nah itu juga berlaku untuk semua termasuk karya fiksi.
"Jangan pernah berpikir bahwa menulis novel bisa dilakukan hanya dengan menumpahkan rekaman peristiwa kedalam bentuk tulisan. Sebagai hasil fisik, ya memang bisa dilakukan dengan cara seperti itu. Namun jika ingin menghasilkan tulisan yang berjiwa, kita harus menyertakan pendalaman batin terhadap apa yang ditulis". (AE)
Ide yang telah ada untuk menjadi sebuah topik dan merangkainya dalam kata-kata merupakan hambatan yang terjadi kemudian setelah kita menemukan gagasan. Membuat catatan dan bank pikiran bisa menjadi salah satu solusi. Pikiran-pikiran yang terlintas dapat menjadi "simpanan" kita pada saat kita memerlukan dalam merangkai tulisan.
"Tak perlu membuang ide-ide yang sudah terkumpul ketika kita telah menemukan topik cemerlang dan tajam. Saya percaya akan adanya hierarki ide. Biarkan ide-ide terbaik menjadi pembentuk topik utama". (AE)
Saya belum pernah menulis fiksi dan sangat ingin mencoba eh sudah tapi belum ada yang dipublikasikan he he. Kadang ide mucul pada saat kita sedang menulis spontan tanpa sadar rangkaian katapun tersusun dengan baik. Maka segala hal yang paling penting jika kita sudah memulai satu kalimat maka yang lain menyusul.
"Misteri mood dalam menulis memang akan menjadi kisah abadi. Membaurkan mood dengan passion adalah PR yang akan terus ada dan dialami oleh banyak penulis. Yang pasti, selalu ingat pesan yang satu ini, jangan manjakan mood sebagai dewa bagi aksi menulis kita" (AE)
Kata-kata diatas hanya sebagian dari yang saya ambil dari buku tersebut, sengaja banyak saya salin daripada pendapat saya tentang buku ini karena menurut saya kata-kata AE sangat romantis dan menggetarkan bagaikan sebuah lagu dan puisi. Dari novel-novel karya AE yang telah saya baca karakter tulisan AE memang indah, untaian tulisannya mengalir dan mudah dimengerti. Buku ini hanya sebagai guide dan pendorong tetap eksekusinya ada di dalam pribadi masing-masing penulis. Selamat mencoba termasuk saya :d