Rabu, 16 Maret 2016

Cinta Bapak Untuk Mamak


49 tahun bersama dalam berbagai cerita

Semua kenangan tersimpan nyata 

Ada air mata karena bahagia dan 

Ada sebuah senyuman untuk sebuah luka 


Kesetiaan dan cinta yang telah teruji begitu rupa

Lewat kehidupan yang tidak mudah 

dan juga tidak sesulit yang orang kira


Sebuah pelajaran bagi kami yang di tinggalkan 

Bahwa hidup ini dijalankan untuk menanam

Menanam sebanyak mungkin kebaikan dan

Ikhlas ketika di dunia tidak terbalas

Karena balasan sesungguhnya ada di Akhirat


Sayang dan Cinta buat Almarhun Abak, mama, bapak dan Almarhumah mamak

Aku mencintai orang tuaku seperti aku mencintai kebaikan yang ada di seluruh dunia ini

Semoga Allah beri kemudahan untuk menjadi anak yang berbakti

Aamiin


Note : 1 bulan 19 hari setelah kepergian mamak

Film Ketika Mas Gagah Pergi (KMGP)

Berusaha mencari waktu dengan suami untuk bisa nonton KMGP ini walaupun jam terakhir. Emang sedikit maksain sih, bagi saya bukan hanya sekedar ingin nonton tapi dengan alasan atas sebuah kenangan hehehe iya saya memang baper (kebawa perasaan).

19 tahun lalu saat kuliah di Yogya, saya  pertama kali membaca cerita KMGP saat itu marak novel dan cerpen islami, saya sangat menikmati belajar tentang Islam lewat karya sastra. Apalagi saat itu saya memang haus sekali untuk belajar agama. Kondisinya saya baru berhijab dan ilmu agama saya masih sangat kurang. Jadilah cerpen KMGP menginspirasi saya bahwa hidayah dan ilmu itu harus di cari dan di kejar trus bercita-cita juga kelak jika punya suami seperti mas gagah yang semangat belajar agama, berdakwah dan  ganteng xixixi.

Tahun 1990 pengajian belum semarak seperti saat ini. Biasanya ada di mesjid kampus-kampus. Saat itu saya terus mencari dimana ada pengajian yang bisa saya ikuti. Dan KMGP menjadi inspirasi bagaimana cerita sebuah perjalanan hijrah. Dulu saat membaca cerita itu saya benar-benar berurai air mata walaupun itu kenyataanya sebuah cerita fiksi tapi bagi saya itu seperti kejadian nyata bagaimana ujian keimanan seseorang. Makanya ketika KMGP menjadi sebuah film saya terharu, terharu atas perjuangan mbak Helvy Tiana Rosa (HTR) untuk mewujudkan ini menjadi sebuah film yang ujian dan rintangannya tidak mudah karena mempertahankan idealisme dan roh dari cerita KMGP. 

Munculnya KMGP menjadi sebuah film juga mengingatkan memori saya lagi bagaimana perjalanan hidup saya selama ini. Saya yang seperti sekarang ini hasil dari proses belajar selama 19 tahun yang lalu. Bagaimana saya memaknai hidup dan hidup seperti apa yang saya jalankan. Saya percaya dakwah bisa dilakukan dengan banyak cara dan saya sangat tidak setuju dakwah hanya diartikan dengan berbagai ceramah di suatu tempat atau di mesjid-mesjid. Karya sastra bisa dijadikan sebuah cara dakwah untuk mengajak orang lain berbuat kebaikan dan mbak Helvy dan Asma Nadia telah membuktikan dengan puluhan karya mereka. 

Bagi saya tidak masalah ketika KMGP kurang menghasilkan penonton seperti yang di targetkan, film ini sudah menjadi pemenang saat ia baru dituliskan apalagi sekarang menjadi sebuah film. Menjadi pemenang di hati orang-orang yang mendapatkan kebaikan dan keberkahan. Alhamdulillah saya lihat penonton KMGP sangat banyak di berbagai daerah. Barakallah buat mba Helvy dan semua yang terlibat di film ini, juga bagi para penonton, saya percaya sesuatu yang berasal dari hati akan sampai ke hati. 



Jumat, 12 Februari 2016

Hujan by Tere Liye

"Bukan melupakan yang menjadi masalahnya. Tapi menerima. Barang siapa yang bisa menerima, maka dia akan bisa melupakan. Tapi jika dia tidak bisa menerima, dia tidak akan bisa melupakan"

Bagi sebagian orang biasanya hujan identik dengan romantis, galau, makanan atau malah sebel :) Perhatikan saja status di sosial media ketika musim hujan, bertaburan puisi, suasana romantis, makanan hangat atau malah bersikap seperti menyalahkan hujan karena tidak bisa beraktivitas di luar ruangan. padahal Islam mengajarkan ketika hujan berdoa minta agar diturunkan hujan yang bermanfaat dan perbanyak doa karena rahmat Allah turun pada saat hujan. 

Novel tentang kisah persahabatan dari masa kecil hingga akhirnya rasa itu berkembang menjadi cinta pada saat mereka dewasa. Apa yang istimewa dari novel ini? bagi saya imajinasi tekhnologi seorang Tere Liye luar biasa ada mobil terbang, kamera terbang dan tekhnologi menghapus kenangan buruk. Tapi ada juga yang membuat saya ngeri, paparannya tentang dampak lingkungan, semoga itu hanya fiksi. 

Pesan utamanya ada pada soal menerima kesedihan atau luka. Saya memaknainya menerima disini dengan ikhlas. Ketika hati ikhlas dan ridha menerima suatu keadaan apapun, hati akan menjadi tenang, tidak perlu melupakan tapi lebih kepada sikap legowo atau tawakal. 

Novel yang menghibur tapi tetap menyelipkan pesan kebaikan, seperti buku-buku Tere Liye lainnya.