Tampilkan postingan dengan label Resensi Film. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Resensi Film. Tampilkan semua postingan

Rabu, 16 Maret 2016

Film Ketika Mas Gagah Pergi (KMGP)

Berusaha mencari waktu dengan suami untuk bisa nonton KMGP ini walaupun jam terakhir. Emang sedikit maksain sih, bagi saya bukan hanya sekedar ingin nonton tapi dengan alasan atas sebuah kenangan hehehe iya saya memang baper (kebawa perasaan).

19 tahun lalu saat kuliah di Yogya, saya  pertama kali membaca cerita KMGP saat itu marak novel dan cerpen islami, saya sangat menikmati belajar tentang Islam lewat karya sastra. Apalagi saat itu saya memang haus sekali untuk belajar agama. Kondisinya saya baru berhijab dan ilmu agama saya masih sangat kurang. Jadilah cerpen KMGP menginspirasi saya bahwa hidayah dan ilmu itu harus di cari dan di kejar trus bercita-cita juga kelak jika punya suami seperti mas gagah yang semangat belajar agama, berdakwah dan  ganteng xixixi.

Tahun 1990 pengajian belum semarak seperti saat ini. Biasanya ada di mesjid kampus-kampus. Saat itu saya terus mencari dimana ada pengajian yang bisa saya ikuti. Dan KMGP menjadi inspirasi bagaimana cerita sebuah perjalanan hijrah. Dulu saat membaca cerita itu saya benar-benar berurai air mata walaupun itu kenyataanya sebuah cerita fiksi tapi bagi saya itu seperti kejadian nyata bagaimana ujian keimanan seseorang. Makanya ketika KMGP menjadi sebuah film saya terharu, terharu atas perjuangan mbak Helvy Tiana Rosa (HTR) untuk mewujudkan ini menjadi sebuah film yang ujian dan rintangannya tidak mudah karena mempertahankan idealisme dan roh dari cerita KMGP. 

Munculnya KMGP menjadi sebuah film juga mengingatkan memori saya lagi bagaimana perjalanan hidup saya selama ini. Saya yang seperti sekarang ini hasil dari proses belajar selama 19 tahun yang lalu. Bagaimana saya memaknai hidup dan hidup seperti apa yang saya jalankan. Saya percaya dakwah bisa dilakukan dengan banyak cara dan saya sangat tidak setuju dakwah hanya diartikan dengan berbagai ceramah di suatu tempat atau di mesjid-mesjid. Karya sastra bisa dijadikan sebuah cara dakwah untuk mengajak orang lain berbuat kebaikan dan mbak Helvy dan Asma Nadia telah membuktikan dengan puluhan karya mereka. 

Bagi saya tidak masalah ketika KMGP kurang menghasilkan penonton seperti yang di targetkan, film ini sudah menjadi pemenang saat ia baru dituliskan apalagi sekarang menjadi sebuah film. Menjadi pemenang di hati orang-orang yang mendapatkan kebaikan dan keberkahan. Alhamdulillah saya lihat penonton KMGP sangat banyak di berbagai daerah. Barakallah buat mba Helvy dan semua yang terlibat di film ini, juga bagi para penonton, saya percaya sesuatu yang berasal dari hati akan sampai ke hati. 



Selasa, 22 Januari 2013

HabibieAinun


Bagi saya buku dan filmya HabibieAinun bukan hanya sekedar cerita tentang kesetiaan seorang suami terhadap istrinya, tapi cerita tentang membangun cinta selama pernikahan. Kenapa membangun? karena pernikahan itu pasti ada pasang surut, sedih, galau dan kebahagiaan. Jika tidak selalu dibangun mesti sulit untuk mempertahankannya. Yang lebih istimewanya Habibie tetap merasakan kebesaran cinta walaupun istrinya telah wafat.

Habibie sama seperti pasangan umumnya, diawal baru memulai karier keadaan ekonomi yang serba ngepas, waktu untuk keluarga yang harus terbagi. Disini peran istri sangat penting untuk mensuport, membuat rasa tenang dan nyaman bahwa keluarga dalam keadaan all is well.

Biasanya orang yang berada di puncak godaanya juga sangat kuat, apalagi kalau punya segalanya. Habibie dalam keadaan bagaimanapun tetap cinta dan sayang dengan istri dan keluarganya. Pondasi terbesar untuk ini pastinya iman dan cinta yang kuat.

Mari kita belajar dari pasangan ini, tidak hanya soal rumah tangga tapi juga cinta tanah air. Betapa besar karya Habibie untuk Indonesia walaupun saat ini impian dan rencana itu hancur karena sebab politis. Tapi mau berkorban itu yang menjadi pointnya.

Saya percaya banyak HabibieAinun lain di luar sana, karena kita bisa belajar dari generasi dahulu terutama agama yang menganjarkan tentang cinta karena Allah. Kelak bangsa ini akan semakin kokoh dan lebih baik karena rumah tangga tiap keluarganya juga kuat. Aamiin.

Senin, 27 Juni 2011

Belajar Dari Perasaan Anak-Anak Lewat Film "Serdadu Kumbang"

Dedikasi Nia Zulkarnaen dan Ari Sihasale dalam membuat film yang berkualitas terutama mengenai anak-anak sangat membanggakan. Berlokasi di Sumbawa film ini menyuguhkan pesona alam yang cantik banget. Kesan natural ditemukan dalam film ini mulai dari para pemain, suasana, bahasa daerah yang banyak di pakai sangat mendukung film ini.
Diceritakan amex (bocah sumbing) sering mendapat hukuman dari sekolahnya, setiap kesalahan selalu mendapat "pelajaran" hukuman fisik. Pada suatu cerita amex bolos sekolah dan ketika ditanya dia menjawab "saya suka sekolah tapi kenapa selalu dihukum". Masalah ujian akhir nasional juga diceritakan, bagaimana seorang anak yang selalu juara kelas dan banyak menghasilkan prestasi dinyatakan tidak lulus ujian. Dalam keadaan sedih, putus asa, dan kecewa ia pun jatuh dari pohon ketika mengambil kertas yang berisi impiannya yg dimasukkan ke dalam botol dan di gantung di pohon, dan akhirnya tidak terselamatkan lagi. Film ini menceritakan banyak perasaan-perasaan yang terpendam dalam diri seorang anak yang tidak diketahui atau tidak mau tau dari orang tua dan lingkungannya. Yang akhirnya membuat anak di beri label "bandel". Pesan moral dari film ini bagi saya, anak adalah amanah, dia seperti kertas polos ketika dilahirkan, orang tua dan lingkungannya yang akan mewarnai hidupnya maka mari kita warnai seperti "pelangi" hidup anak-anak kita agar kelak ketika nanti mereka menjadi pemimpin mereka mempunyai karakter yang positif. Saya percaya
Sesuatu yang disampaikan dari hati akan masuk ke hati tidak hanya diterima sebatas pikiran. Terakhir kata ayo nonton film Indonesia yang berkualitas :))
Powered by Telkomsel BlackBerry®