Senin, 07 Oktober 2019

Yogyakarta Bercerita - Hari ke 6


Aku mempunyai simbok di rumah, simbok ini bantu2 bersih di rumah, sudah sangat sepuh, berumur sekitar 80 tapi masih kuat bekerja, Simbok perempuan jawa tulen, setiap hari tetap memakai kebaya dan kain jarik. Simbok juga ga bisa berbahasa Indonesia hanya bisa berbahasa jawa, sedangkan aku ketika baru menetap di Yogya belum bisa berbahasa jawa, kebayang khan bagaimana komunikasi kita berdua, lebih banyak komunikasi bathin 😀

Aku sempat adaptasi kangen rumah selama setahun saat awal di Yogya, hampir setiap bulan sakit, ya sakit panas, flu dll. Banyak yang bilang mungkin karena ga betah di Yogya padahal betah banget tapi badan ini sepertinya yang butuh adaptasi atau hati yang terlalu merindu ketika jauh dari rumah.

Aku awalnya heran kenapa simbok yang udah tua masih mau kerja padahal anak dan cucunya ada yang menanggung biaya hidupnya. Ternyata karena pengen tetap produktif, ga mau hanya diam di rumah. Padahal gaji yang di terima di pakai buat rewang manten para tetangga.

Ga terbayangkan saat aku seusia simbok apa masih bisa seenergik itu, sekarang aja udah ngos ngosan 😅.

Sekarang setiap ke yogya disempatin mampir liat simbok, klo ketemu kita kangen kangenan, pelukan, simbok usianya udah hampir 100 lebih, masih sehat, kerja berat sudah mulai dikurangi. Itulah Yogya bukan hanya kotanya saja yang memenuhi pikiran tapi hati juga sudah di penuhi kasih sayang sepanjang masa, ahhh mbok di mengingat dan menulis kan mu hanya membuat mata dan hati menghangat, rindu sedalam cinta.

Sabtu, 05 Oktober 2019

Yogyakarta Bercerita - Hari ke 5

Ketika membuka mata, beberapa orang yang berdiri di sampingku serentak mengucapkan "Alhamdulillah udah sadar". masih belum ngeh apa yang telah terjadi dan sedang berada dimana"
Kemudian suster menghampiri sambil bertanya, mbak lagi dimana? Ingat kejadian apa sebelum ini? Aku hanya menggeleng kemudian menutup mata karena merasa nyeri di kepala.
Kemudian suster bicara kepada salah satu teman, tunggu sekitar dua jam lagi, jika muntah harus di rawat dan di periksa lebih lanjut.

Peristiwa yang tak terlupakan di bulan Ramadhan, kejadian yang membawa dampak sampai sekarang walau sudah 25 tahun berlalu. Qadarullah, Alhamdulillah Alla Kulli Hall.

Alhamdulillah ada teman yang ngantar ke rs, nungguin hingga sadar, dan memberitahu sepupu yang serumah. Saat mendengar cerita dari adik kelas yang berada di tkp, aku langsung ga sadar saat ditabrak mungkin karena kaget dan badan lemes karena puasa, dia juga mencoba mengoyang muka tapi yang keluar malah cairan " mbak aku tuh takut banget liat kondisi mbak waktu itu.aku pikir udah ga bisa di selamatin lagi, karena ngeri sekali kondisi mbak saat jatuh" .

Setelah kejadian itu dan dalam masa pengobatan, aku harus banyak memupuk sabar. Sabar terhadap sakit dan sabar terhadap efeknya.

Jumat, 04 Oktober 2019

Yogyakarta Bercerita - Hari ke -4


Bagiku Yogya dan Mesjid memiliki kesatuan hati. Begitu banyak kegalauan hati berakhir di mesjid. Ketika ga tau mau menghabiskan hari libur kemana, memilih ikut acara mesjid.

Awalnya tertarik dengan kajian yang di tawarkan mbak2 bergamis dan berjilbab panjang itu karena senyum dan wajahnya yang ramah membuatku mengiyakan saja datang ke kajian tersebut.

Setiap hari Ahad pagi jam 7 jadwal kajian di mesjid syuhada kota baru, berangkat dari rumah jam 6, pagi yang berat untuk bergerak di hari libur. Mesjid penuh yang datang kajian ramai, kebanyakan anak sekolah dan kuliah.

Datang sekali dengan malas malasan, dua kali udah agak lumayan semangat, dan seterusnya dengan senang hati. Itulah perkenalan awal dengan mesjid syuhada. Setelah itu hampir setiap Ramadhan mengikuti kegiatan di mesjid tersebut, kegiatan nya banyak ada pelatihan, seminar, belajar tahsin, mabit dll.

Ada satu pelatihan yang ak ikuti klo dipikir kok bisa ikut pelatihan tersebut di awal kuliah, padahal sedang tidak bersiap siap untuk itu dan ilmu yang di dapat saat itu baru bisa di praktekkan bertahun tahun kemudian 😀. Ya pelatihan munakahah (pernikahan) selama beberapa hari dengan ustad Faudzil Adhim. peserta pelatihan rata-rata berpasangan karena mereka hendak melangsungkan pernikahan dan saya? Ya gitu deh hahaha.
Sempat di ketawain oleh teman, kata mereka "kayak yang mau nikah aja, emang udah ada calon?". Yaelah, kepikiran aja belum. Trus kenapa ikut, ya tertarik aja karena sebelumnya saya banyak baca buku ustad FA.

Tapi setelah kajian tersebut ada dogma kuat terpatri di kepala bahwa ilmu pernikahan itu penting karena satu-satunya ibadah yang tidak mengenal waktu pagi siang malam dan setelah nikah ibadah itu ada sepanjang usia kita. Dari situlah mulai suka dan rajin cari ilmu tentang pernikahan, cihuyy eh Alhamdulillah 😊.

Akhirnya dengan mesjid syuhada menjadi dekat, kajian atau acara apa disana suka cari tahu, klo waktu dan temanya pas berusaha untuk hadir.

Kegiatan yang juga berkesan, belajar ngaji selama bulan Ramadhan yang dimulai jam 6 pagi. Ya Rabb itu ujiannya beda lagi, karena rumah lumayan jauh, berangkat sebelum setengah enam dan Yogya jam segitu dingin banget apalagi naik motor.  Ga akan lupa, pergi ketika masih gelap dan kedinginan, sempat mbatin juga kok mau ya ikut kayak gini sampai mengigil, tapi karena perginya dengan senang hati jadinya cuek aja hanya waktu itu ada keluarga yang telp nyari ke rumah dan kaget di bilang udah pergi, koment mereka, haa sepagi dan sedingin ini udah pergi. Emang beda klo masih muda, semangat membara, fisik juga masih ga banyak masalah, beda banget sama sekarang banyak soaknya 😅.

Nah itu mesjid pertama yang dekat dalam kehidupan di Yogya, setelah lulus kemudian melanjutkan S2 di Ugm, ada mesjid baru yang sering di datangi karena lokasinya dekat dengan kampus. Mesjid ini awal kuliah baru selesai di bangun, mesjidnya besar dan megah. Awalnya karena sering mampir sholat dzuhur sepulang kuliah, setelah itu hampir selalu sempatkan mampir sebelum atau sepulang kuliah, suka aja. Mesjid ini di awal baru selesai di bangun belum banyak kegiatan kajian, hanya sekali ikut mabit ramai ramai sama teman. Kadang ke mesjid ini hanya untuk duduk aja setelah atau sebelum kuliah tentunya sesudah sholat, senang aja. Emang dasarnya tipe penyendiri jadi ketika ada masalah atau pikiran lebih suka duduk merenung sendiri dan mesjid jadi pilihan tepat untuk itu 😊.

Dulu di mesjid syuhada banyak ikut kegiatan2 yang ramai, kegiatan apapun diikuti ketika lanjut kuliah dan usia lebih dewasa ehemm, kegiatan yang ramai menjadi tidak menarik lagi, lebih suka duduk diam tafakur di mesjid.
Terakhir gong nya sebelum ujian tesis  dua jam sebelum waktu ujian sudah duduk di mesjid sambil nunggu waktu , ga belajar juga sih hanya duduk menenangkan hati dan banyak berpikir setelah lulus ini kemana lagi ya takdir akan membawa .
Setelah ujian dan berhasil dapat nilai A  langsung balik ke mesjid ini kemudian sujud syukur dengan berurai airmata, ada haru bahagia dan sedih. Bahagia selesai sudah amanah keluarga yang di jalani dan sedih tidak lama lagi akan meninggalkan kota ini termasuk mesjid ini yang sudah menjadi bagian dari perjalanan hidupku.

Dan benar ga berapa lama kemudian pindah ke Jakarta dan meninggalkan semua kenangan di kota ini.

Setelah itu hari2 di penuhi rasa kangen dengan dua mesjid ini 😢

#ybc1904