Tampilkan postingan dengan label yogyakartabercerita2019. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label yogyakartabercerita2019. Tampilkan semua postingan

Senin, 14 Oktober 2019

Yogyakarta Bercerita - Hari ke 14

Alhamdulillah sampai juga di penghujung akhir kegiatan ini menulis selama 14 hari. Terharu aku tuh, ga nyangka bisa konsisten dan setia, maklum penyakit malas sering menghantui dengan alasan ga sempat karena kesibukan ternyata kenangan bisa mengalahkan seribu alasan.

Huff begini rasanya menulis dengan senang hati dan bahagia, karena apa coba? Ya karena tema nya tentang Yogya, yang di liat dari sudut manapun akan membuat hati sesak bahagia dan walaupun ada luka dan sedih yang tersisa hanya doa.

Aahhhh Yogya makasih udah memberi banyak ide dan sudah menjadi bagian dari perjalanan hidupku. Ini sebagai bagian dari rasa terima kasihku dengan mengabadikan kenangan dalam bentuk tulisan dan cerita.

Untuk akun ig @yogyabercerita yang keren, makasih sudah membangkitkan kenangan dan memberikan ide untuk menuliskan segala rasa tentang Yogya.

Yogya baik baik ya...
Tetap hangat dan terbuka menerima para perantau yang ingin mencari ilmu
Besok2 kita akan bertemu lagi di lain cerita yang lebih baik
Love jogja and you 😊

Minggu, 13 Oktober 2019

Yogyakarta Bercerita - Hari ke 13


Ada Apa Dengan Yogya?

Apa yang paling di rindukan dari sebuah kota Yogya? Suasana keilmuannya yang kental.
Mau belajar apa aja banyak sarana dan fasilitasnya. Senang rasanya ikut seminar, kursus atau datang mengunjungi pameran. Benar2 banyak kegiatan bagus yang sayang di lewatkan.

Ilmu atau info yang disampaikan itu beragam, kadang aku pikir Yogya itu sebagai barometer untuk menyampaikan sesuatu produk atau knowladge yang baru, mungkin responnya bisa beraneka macam dan akan di bahas dari berbagai sudut tapi setidaknya mereka mau menerima dan mendengar.

Jadi jika beberapa hari ini membaca di media tentang salah satu ustad yang di batalkan berceramah setelah diundang di Universitas Gadjah Mada, rasanya kok aneh, ini Yogya loh kota pendidikan yang egaliter, kota yang menyunjung tinggi keilmuan, ga suka dengan sesuatu maka konsep akan di balas dengan konsep.
Apalagi sampai mesjd tidak boleh dipakai kegiatan berceramah setelah di setujui dan diberitakan di media masa, aku merasa ini bukan Yogya yang aku kenal atau aku yang salah membaca berita. Entahlah jika berita itu benar aku merasa kecewa, teringat permulaan hijrahku start awal di Yogya.

Perjalananku mencari ilmu agama di Yogya ini sangat beragam tapi tidak pernah kudengar sekalipun ceramah tentang ujaran kebencian yang membenci satu golongan. Selama bertahun tahun yang kudengar betapa islam itu kasih sayang, belajar aturan islam dengan tauhid yang benar, walaupun tegas untuk lakum dinukum waliyadin.

Semoga ini bukan suatu kemunduran, tapi hanya salah memahami dari sudut pandang yang berbeda.
Jika dari kejadian ini banyak hikmah yang bisa di dapat mungkin ini yang dinamakan walau pait tapi rezeki karena berakhir dengan kebaikan, karena rezeki pun di katakan berkah jika mendekatkan kepada kebaikan, wallahualam.

Terima kasih ya Yogya, sedekah kebaikanmu sangat banyak kepada ku, begitu banyak yang aku tidak tau akhirnya menjadi tau.
Datang ke yogya dengan culun banyak yang aku ga tau, setelah di Yogya makin merasa culun ternyata semakin banyak yang aku belum mengerti.

Hanya berharap dan berdoa, semoga Yogya mempunyai pimpinan yang mencintai Allah dan Allah pun cinta padanya hingga memberkahi kota ini menjadi kota yang baldatun thayyibatun warrabun ghafur. Aamiin.

Sayangggg banget sama Yogya
Rindu sama suasana nya,
Irama kehidupannya termasuk orang2 dan segala rupa yang ada padanya.

Sabtu, 12 Oktober 2019

Yogyakarta Bercerita - Hari ke 12

Setelah banyak bercerita tentang kenangan rasa kali ini hanya mau list tempat yang sering di kunjungi yang dulu jadi kegiatan sehari hari (biar ga lupa 10, 20 atau 30 tahun lagi, in sya Allah klo masih ada umur😊)

- Sonopakis 158 (rumah) dari S1 sampai S2 betah di sini. Rumahnya adoh banget klo dari kampus. Naik bis jalur 15 sekitar 1 jam, naik motor sekitar 30 menit. Trus kenapa betah? Ya karena jiwa ku jiwa keluarga cemara wkwkwk, di rumah itu banyak saudara ada sepupu, ponakan dll, jadinya ya gituu.

- FH UII jalan Taman Siswa, ini kampus tercinta hampir 4 tahun lebih wara wiri disini, ya belajar ilmu hukum, ilmu agama, ilmu kehidupan dan ilmu asmara hihihi.

-Rm Padang Tamsis, ya gimana atuh, gen ku padang jadinya selera yang cocok disini, walaupun klo makan disini banyak yang ga mau nemanin, expensive buat anak kos 😊

- Lotek Tamsis, duhh ini loteknya juara, seger dan enak, seminggu cuman makan lotek aja aku sanggup, mumer tapi sehat.

-LB Lia Gowongan Kidul, ini kegiatan sampingan aja, pengen bisa waswiswus english tapi sampai sekarang ya biasa aja 😀

- Shoping Center, jualan buku. Ini surganya buat yang hobi baca, bisa tiap hari kesini kadang ga beli juga cuman sekedar liat tumpukan buku aja udah senang sampai saya hafal judul2 buku yang lagi hits.

-Toko Progo, malioboro. Ini tempat belanja bulanan atau lagi cari pernak pernik rumah, harga disini murce tapi barang nya lucu2

- Lantai paling atas pasar Brigharjo tempat jualan kerajinan. Klo kesini buat cuci mata aja atau ada pesanan barang dari teman atau saudara.

- Rm padang sonopakis, yahh padang lagi, klo lagi di rumah ya kesini, buat makan malam belinya sore soale klo udah malam malas keluar, yang di beli menunya itu lagi itu lagi, nasi setengah, pakai ikan gembung goreng, plus sambel ga pakai kuah, wes itu thok dari hari kehari.

- Nasi goreng malam Ikip dekat sonopakis. Ini menu klo rm padang tutup atau saya lagi bosan. Yang bikin enak karena masaknya pakai arang.

- Asrama Ygm (tiap bulan pengajian atau kegiatan ippsa). Ini rumah kedua saya dan keluarga pengganti selama di Yogya. Kenal dan cinta kampuang baru timbul setelah di Yogya karena bergaul sama orang sekampuang dari berbagai daerah. Dulu definisi kampuang bagi saya klo lebaran pulang kesana dan dua tahun sekali ada acara pulang basamo. Ternyata ke minangan ku bergelora saat di tanah jawa. Eh iya karena organisasi ini saya ketemu jodoh. Niatnya pengen dapat orang jawa biar bisa tinggal di Yogya eh malah dapat orang sekampuang, Alhamdulillah 😉. Langsung deh teman sma ku bilang " aduh lia udah disekolahin jauh2 masih dapat jodoh orang sekampuang juga"  hahaha asem.

- Kolam renang Umbang Tirto, tiap jumat khusus perempuan. Ini moment yang paling di tunggu, karena hobi renang jadinya semangat tiap jumat pergi nyebur.

- Soto di samping kolam renang atau samping galeria. Ini makanan wajib setelah renang, pas banget lapar dan dingin ketemu yang hangat.

- Toko buku sosial agency samping galeria. Klo bosan ke shoping malioboro sukanya ke sini, tapi paling intens kesini setelah kuliah di Ugm karena lebih dekat dan sejalur arah pulang.

- Mesjid Syuhada, mesjid perjuangan bagiku dan telah banyak cerita tentang ini.

- Kampus Notariat FH Ugm, kuliah disini dua tahun plus tambah setahun untuk penyetaraan S2. Ga terlalu banyak cerita disini, karena sekolah ini emang sekolah profesi dan lintas angkatan dan daerah jadi ya tujuannya gimana ntar habis lulus bisa dapat cuan yang banyak 😊

- Masjid Ugm, mesjid super kenangan, banyak merenung disini saat masa transisi dari mahasiwa asyik2 aja beralih menjadi mahasiswa serius yang mulai belajar untuk hidup sebenarnya.

- SGPC Bu Wiryo, nahh ini tempat ngisi bahan bakar habis kuliah. Biasanya ke sini sama 'geng ember bocor' tapi kata susi cewek kenes dari padang harga disini mahal jadinya klo mau kesini pakai perdebatan panjang dulu. Dulu emang mau makan itu yang jadi pertanyaan harga dulu baru rasa, boro2 kepikiran tempat yang fancy, beda banget sama zaman sekarang, klo mau cari makan berdasarkan yang hits dan fancy tujuannya buat selfie dan insta story.

Mungkin masih banyak tempat yang saat ini kelupaan tapi lupa bukan berarti melupakan, yakan yakan.

Klo udah bicara soal rindu, Yogya dan kenangan, aku bisa apa hanya selain menuntaskan rindu. Ya itu agenda wajib klo ke Yogya .

Kamis, 10 Oktober 2019

Yogyakarta Bercerita - Hari ke 11

Stasiun dan kereta sudah menjadi teman perjalanan selama tinggal di Yogya. Klo liburan ke Jkt seringnya naik kereta senja utama.
Dulu kereta yang bagus dan aman itu hanya kereta eksekutif, sayang harganya ga terjangkau buat kantong mahasiswa. Senja utama itu kereta bisnis tapi tanpa ac dan klo malam pedagang masuk.

Saking banyaknya pedagang dan orang yang bebas hilir mudik masuk kereta dan stasiun, dua kali aku mengalami kejadiaan sedih, kecopetan dan di jambret.

Saat mencopet mereka memulai aksinya dengan cara beberapa orang memepet badanku kemudian sedikit mendorong. Disaat aku marah menatap mereka kemudian mereka berpencar ternyata saat mendorong dan memepet badan itulah mereka beraksi membuka tas. Kejadiannya saat itu ketika aku baru keluar dari stasiun dan berjalan di jalan setapak dekat gerobak mie ayam.  Alhamdulillah hanya dompetku yang diambil, tapi bikin sedih juga karena pulang liburan dompet lebih berisi beda klo di copet ketika pergi dompetku kosong.

Setelah kejadian hanya bisa lemes dan terduduk di aspal jalan depan stasiun sambil menenangkan diri.

Sedangkan pada saat di jambret aksinya lebih drama lagi seperti film laga. Kejadiannya jam 1 malam saat aku lagi tidur nyenyak, dan posisi kursi di tepi jendela. Yang jambret dari atas kereta mereka memakai clurit untuk menarik tas lewat jendela. Saat tas di tarik dan bergesek, aku terbangun dan kaget, saat sadar tas sudah di tarik langsung berteriak, penumpang sebelah cuman ngeliat dan penumpang lain juga hanya berdiri menoleh.
Akhirnya tarik tarikan tali tas dengan si pejambret, mungkin karena kesal clurit didekatkan kepadaku dan mereka sabet tali tas, putuslah tali tas ku, ak mendapat tali tas, mereka mendapat badan tas.

Langsung pucat dan terdiam, hanya bisa menatap kosong ke arah dinding kereta. Penumpang yang lain ga bertanya hanya melihat saja, mbak di sebelah akhirnya berkata "udah mbak ga apa2 yang penting mbak nya ga terluka".

Menjelang subuh ketika kereta hampir sampai, aku bingung bagaimana caranya mau pulang, uang ga ada blas, semua yang penting ada di dalam tas. Akhirnya mbak disebelah ngomong " mbak ini saya kasih uang 20 ribu ya buat ongkos pulang kerumah naik becak". Terharu dengar mbak nya ngomong gitu apalagi sebelum kejadian saat kereta baru jalan kita sempat ngobrol basa basi nanya tinggal dan kerja dimana, mbak nya cerita klo dia kerja di mickey mouse dan tak pikir itu tempat mainan anak2 ternyata itu tempat judi.

Ya Rabb ga tega menerima uang dari mbak nya, aku bilang aja "ga usah mbak aku khan bisa naik becak, nanti bayar di rumah, pinjam dulu sama saudara".
Kata mbak nya "ia kalau saudaranya ada di rumah mbak, klo udah pergi gimana? Saya emang ga punya uang banyak, hanya segini yang saya bisa bantu". Mau nangis rasanya dengar mbak nya bilang gitu, sebenarnya rasa khawatirku soal status uang tersebut, takut klo ga halal. Mbak nya meletakan uang itu di tangan ku dan akhirnya terpaksa kuterima sambil berdoa semoga Allah ampuni dosa ku klo tindakan ini salah.

Setelah lulus agak trauma naik kereta ke Yogya, lebih memilih naik pesawat. Alhamdulillah yang kuliat kereta sekarang beda dengan kondisi kereta yang dulu tahun 90, sekarang sudah tertata rapi, lebih bagus dan aman.

Aku berjanji akan mencoba menyembuhkan ketakutan 25 tahun lalu dengan berkereta ke Yogya, semoga Allah berikan rezeki, kesempatan dan kesehatan.

Mungkin nanti ketika naik kereta yang sudah berbeda rasa dan fasilitas saat ini ketika tengah malam terbangun aku bisa tersenyum mengenang kejadian masa lalu. Mengambil hikmah bahwa segala ketakutan, keterbatasan, dan kekurangan di masa lalu, itu yang membuatku kuat menjalani hidup saat ini.

Kapal yang kokoh bukan hanya sekedar kapal itu bagus secara desain dan materialnya tapi kapal itu telah teruji tetap tegak disaat ombak terus terusan menerjang.

Alhamdulillah alla kulli hall, untuk segala kenangan di Yogya, yang sedih untuk menguatkan dan yang senang untuk disyukuri.

Yogyakarta Bercerita - Hari ke 10

Dulu klo ada yang tanya hoby ku mesti tak jawab baca sambil tidur2an.
Menulis belum termasuk hoby.

Kenal dunia menulis itu saat kuliah, ketika ikut kegiatan organisasi LPM (Lembaga Pers Mahasiswa).
Yang bikin suka waktu pertama kali ikut training Patihan Dasar Pers Mahasiswa. Presentasi materinya bagus sambil cerita pengalaman menulis dan ngasih semangat klo menulis itu gampang. Untuk orang yang suka baca modal nulis itu 75% sudah dimiiki karena bahan udah ada tinggal nulis aja.

Masih ingat tempat acara waktu itu di wisma kaliurang dan dianjurkan membawa mesin tik bagi yang punya. Tugas pada saat sesi terakhir disuruh buat tulisan berapa halaman dengan mesin tik. Saat itu antara bingung dan pusing. Ga pernah pakai mesin tik, nulis juga belum pernah eh ini di kasih tugas yang wajib di kumpul. Jadilah begadang semalaman untuk bikin tugas tersebut. Walaupun selesai tapi hasilnya terpaksa, banyak membuang kertas, bikin buang bikin buang gitu aja sampai pagi.

Jadi disitulah cerita awal jatuh cinta sama kegiatan menulis. Awalnya sulit tapi penasaran, begitu selesai jadi senang. 
Mungkin efek membaca juga, semakin banyak membaca rasanya kepala ini penuh dan ingin sekali membuang pikiran dan gagasan tersebut. Ternyata menulis jawabannya.

Bersyukur Yogya banyak sekali kegiatan training atau belajar menulis. Jadinya gampang klo mau belajar. Dan dari sini pula mengenal istilah "mengikat makna" yag di gagasi oleh alm pak hernowo.

Walaupun belum mempunyai karya sebuah buku tapi hoby ini sangat membantu menghadapi permasalahan hidup secara psikis. Setiap ada masalah atau emosi, berusaha menyalurkannya lewat tulisan, apa yang dirasa ditulis, kemudian setelah berapa lama ketika melihat tulisan itu lagi sering bikin ketawa dan senyum sambil bilang, " duhh gini amat ya waktu ada masalah, kok lebay" jadinya tahu cara berpikir dulu dan sekarang, ketika emosi dan tenang, jadi bisa mengambil hikmah dari setiap kejadian.

Zaman kuliah juga rajin bikin jurnal, kegiatan tiap hari ditulis, apa yang di rasa hari itu juga di tulis,serta dapat pelajaran apa saat itu. Seru klo membaca ulang jurnal2 tersebut, seperti menonton film terbayang apa yang dulu dilakukan sehari hari.

Sempat ketika lulus S1, ingin jadi jurnalis, ngelamar di koran Bernas Yogya, dapat jawaban positif tapi harus menyertakan surat izin ortu, disitu mundur karena saat itu ada kasus terbunuhnya wartawan, maklum mentalnya masih cemen.

Jadi buat mahasiswa, rajin2 eksplore kegiatan apa yang kamu suka, dulu apa aja kegiatan yang kliatan menarik aku ikutin aja walaupun nanti pada akhirnya berhenti di tengah jalan karena ga cocok, entah berapa macam kegiatan yang diikuti baik yg di lingkungan kampus maupun yang di luar. Nanti ada saatnya klo udah lulus yang dipikirkan bukan lagi belajar cari pengalaman tapi bagaimana caranya dapat cuan.

Rabu, 09 Oktober 2019

Yogyakarta Bercerita - Hari ke 9

Sonopakis lor ds ix no 158

Alamat yang masih kuhapal

Walaupun jauhnya pol

Yang kata temanku "rumahmu kok ndesit banget" 😂

Tapi nyaman dan tenang

Dulu rasanya sepi dan jauh

Sekarang jangan ditanya, udah serasa di tengah kota 😀

Dulu

Setiap pagi ada rombongan sapi yang lewat

Jalan dikit banyak sawah yang masih terhampar

Subuh2 sudah banyak yang jual gudeg enak

Di tengah sawah dekat kampung sebelah ada simbok penjual jamu yang fresh dan enak banget

Sekarang

Semuanya sudah berubah

Banyak bangunan baru, rumah yang bagus, jalan yang makin ramai

Yang dulu dibilang ndesit sekarang jadi kutho

Sedangkan aku apa ya yang berubah?

25 tahun berlalu

Rasanya masih gitu2 aja

Tetap manis

Dan masih suka nangis 😀

Selasa, 08 Oktober 2019

Yogyakarta Bercerita - Hari ke 8


"Yogya itu terdiri dari rindu, pulang dan angkringan " (Jopkin)

Banyak yang jatuh hati tapi
Tapi aku menanggapinya tidak dengan hati

Banyak yang meminta
Tapi aku tidak memberi janji

Perasaanku seperti apa?
Suka bukan cinta

Susah untuk menghidupkan perasaan
Jika tidak dari hati

Lama mencari dan bertanya
Hingga pada akhirnya rasa itu muncul
Disaat dan di waktu yang tepat

Berterima kasih kepada orang2 yang pernah meminta hatiku
Dari kalian aku belajar banyak
Ketegasan soal hati itu penting
Ojo sungkanan
Maaf jika banyak merepotkan

Jka hati mempunyai banyak tempat
Tentu mudah untuk memutuskan
Sayang tidak ada dua cinta dalam satu hati 😊

Teruntuk dua teman dekat yang telah berpulang
Kita belum pernah bertemu lagi setelah lulus
Akupun belum sempat meminta maaf atas semua yang telah terjadi
Hanya doa sebagai penebus rasa bersalah
Semoga kita bisa bertemu lagi dengan perasaan yang sama
Bahagia dan tersenyum menertawakan masa lalu

Senin, 07 Oktober 2019

Yogyakarta Bercerita - Hari ke 7

Dear Yogyakarta

Selamat ulang tahun ke 263 ya

Kamu seperti judul lagu S07 bagiku

Anugrah terindah

Walaupun banyak di kangeni orang

Jangan sombong ya

Tetap rendah hati dan sederhana

Percayalah semodern apapun suatu kota

Tetap keunikan dan kesederhanaan yang bikin orang untuk kembali lagi.
Bukan karena ingat mantan

Tunggu aku yaa

Aku akan datang bukan hanya karena kenangan

Tapi karena kamu memang istimewa dan berhati nyaman

Love jogja and you

Yogyakarta Bercerita - Hari ke 6


Aku mempunyai simbok di rumah, simbok ini bantu2 bersih di rumah, sudah sangat sepuh, berumur sekitar 80 tapi masih kuat bekerja, Simbok perempuan jawa tulen, setiap hari tetap memakai kebaya dan kain jarik. Simbok juga ga bisa berbahasa Indonesia hanya bisa berbahasa jawa, sedangkan aku ketika baru menetap di Yogya belum bisa berbahasa jawa, kebayang khan bagaimana komunikasi kita berdua, lebih banyak komunikasi bathin 😀

Aku sempat adaptasi kangen rumah selama setahun saat awal di Yogya, hampir setiap bulan sakit, ya sakit panas, flu dll. Banyak yang bilang mungkin karena ga betah di Yogya padahal betah banget tapi badan ini sepertinya yang butuh adaptasi atau hati yang terlalu merindu ketika jauh dari rumah.

Aku awalnya heran kenapa simbok yang udah tua masih mau kerja padahal anak dan cucunya ada yang menanggung biaya hidupnya. Ternyata karena pengen tetap produktif, ga mau hanya diam di rumah. Padahal gaji yang di terima di pakai buat rewang manten para tetangga.

Ga terbayangkan saat aku seusia simbok apa masih bisa seenergik itu, sekarang aja udah ngos ngosan 😅.

Sekarang setiap ke yogya disempatin mampir liat simbok, klo ketemu kita kangen kangenan, pelukan, simbok usianya udah hampir 100 lebih, masih sehat, kerja berat sudah mulai dikurangi. Itulah Yogya bukan hanya kotanya saja yang memenuhi pikiran tapi hati juga sudah di penuhi kasih sayang sepanjang masa, ahhh mbok di mengingat dan menulis kan mu hanya membuat mata dan hati menghangat, rindu sedalam cinta.

Sabtu, 05 Oktober 2019

Yogyakarta Bercerita - Hari ke 5

Ketika membuka mata, beberapa orang yang berdiri di sampingku serentak mengucapkan "Alhamdulillah udah sadar". masih belum ngeh apa yang telah terjadi dan sedang berada dimana"
Kemudian suster menghampiri sambil bertanya, mbak lagi dimana? Ingat kejadian apa sebelum ini? Aku hanya menggeleng kemudian menutup mata karena merasa nyeri di kepala.
Kemudian suster bicara kepada salah satu teman, tunggu sekitar dua jam lagi, jika muntah harus di rawat dan di periksa lebih lanjut.

Peristiwa yang tak terlupakan di bulan Ramadhan, kejadian yang membawa dampak sampai sekarang walau sudah 25 tahun berlalu. Qadarullah, Alhamdulillah Alla Kulli Hall.

Alhamdulillah ada teman yang ngantar ke rs, nungguin hingga sadar, dan memberitahu sepupu yang serumah. Saat mendengar cerita dari adik kelas yang berada di tkp, aku langsung ga sadar saat ditabrak mungkin karena kaget dan badan lemes karena puasa, dia juga mencoba mengoyang muka tapi yang keluar malah cairan " mbak aku tuh takut banget liat kondisi mbak waktu itu.aku pikir udah ga bisa di selamatin lagi, karena ngeri sekali kondisi mbak saat jatuh" .

Setelah kejadian itu dan dalam masa pengobatan, aku harus banyak memupuk sabar. Sabar terhadap sakit dan sabar terhadap efeknya.

Jumat, 04 Oktober 2019

Yogyakarta Bercerita - Hari ke -4


Bagiku Yogya dan Mesjid memiliki kesatuan hati. Begitu banyak kegalauan hati berakhir di mesjid. Ketika ga tau mau menghabiskan hari libur kemana, memilih ikut acara mesjid.

Awalnya tertarik dengan kajian yang di tawarkan mbak2 bergamis dan berjilbab panjang itu karena senyum dan wajahnya yang ramah membuatku mengiyakan saja datang ke kajian tersebut.

Setiap hari Ahad pagi jam 7 jadwal kajian di mesjid syuhada kota baru, berangkat dari rumah jam 6, pagi yang berat untuk bergerak di hari libur. Mesjid penuh yang datang kajian ramai, kebanyakan anak sekolah dan kuliah.

Datang sekali dengan malas malasan, dua kali udah agak lumayan semangat, dan seterusnya dengan senang hati. Itulah perkenalan awal dengan mesjid syuhada. Setelah itu hampir setiap Ramadhan mengikuti kegiatan di mesjid tersebut, kegiatan nya banyak ada pelatihan, seminar, belajar tahsin, mabit dll.

Ada satu pelatihan yang ak ikuti klo dipikir kok bisa ikut pelatihan tersebut di awal kuliah, padahal sedang tidak bersiap siap untuk itu dan ilmu yang di dapat saat itu baru bisa di praktekkan bertahun tahun kemudian 😀. Ya pelatihan munakahah (pernikahan) selama beberapa hari dengan ustad Faudzil Adhim. peserta pelatihan rata-rata berpasangan karena mereka hendak melangsungkan pernikahan dan saya? Ya gitu deh hahaha.
Sempat di ketawain oleh teman, kata mereka "kayak yang mau nikah aja, emang udah ada calon?". Yaelah, kepikiran aja belum. Trus kenapa ikut, ya tertarik aja karena sebelumnya saya banyak baca buku ustad FA.

Tapi setelah kajian tersebut ada dogma kuat terpatri di kepala bahwa ilmu pernikahan itu penting karena satu-satunya ibadah yang tidak mengenal waktu pagi siang malam dan setelah nikah ibadah itu ada sepanjang usia kita. Dari situlah mulai suka dan rajin cari ilmu tentang pernikahan, cihuyy eh Alhamdulillah 😊.

Akhirnya dengan mesjid syuhada menjadi dekat, kajian atau acara apa disana suka cari tahu, klo waktu dan temanya pas berusaha untuk hadir.

Kegiatan yang juga berkesan, belajar ngaji selama bulan Ramadhan yang dimulai jam 6 pagi. Ya Rabb itu ujiannya beda lagi, karena rumah lumayan jauh, berangkat sebelum setengah enam dan Yogya jam segitu dingin banget apalagi naik motor.  Ga akan lupa, pergi ketika masih gelap dan kedinginan, sempat mbatin juga kok mau ya ikut kayak gini sampai mengigil, tapi karena perginya dengan senang hati jadinya cuek aja hanya waktu itu ada keluarga yang telp nyari ke rumah dan kaget di bilang udah pergi, koment mereka, haa sepagi dan sedingin ini udah pergi. Emang beda klo masih muda, semangat membara, fisik juga masih ga banyak masalah, beda banget sama sekarang banyak soaknya 😅.

Nah itu mesjid pertama yang dekat dalam kehidupan di Yogya, setelah lulus kemudian melanjutkan S2 di Ugm, ada mesjid baru yang sering di datangi karena lokasinya dekat dengan kampus. Mesjid ini awal kuliah baru selesai di bangun, mesjidnya besar dan megah. Awalnya karena sering mampir sholat dzuhur sepulang kuliah, setelah itu hampir selalu sempatkan mampir sebelum atau sepulang kuliah, suka aja. Mesjid ini di awal baru selesai di bangun belum banyak kegiatan kajian, hanya sekali ikut mabit ramai ramai sama teman. Kadang ke mesjid ini hanya untuk duduk aja setelah atau sebelum kuliah tentunya sesudah sholat, senang aja. Emang dasarnya tipe penyendiri jadi ketika ada masalah atau pikiran lebih suka duduk merenung sendiri dan mesjid jadi pilihan tepat untuk itu 😊.

Dulu di mesjid syuhada banyak ikut kegiatan2 yang ramai, kegiatan apapun diikuti ketika lanjut kuliah dan usia lebih dewasa ehemm, kegiatan yang ramai menjadi tidak menarik lagi, lebih suka duduk diam tafakur di mesjid.
Terakhir gong nya sebelum ujian tesis  dua jam sebelum waktu ujian sudah duduk di mesjid sambil nunggu waktu , ga belajar juga sih hanya duduk menenangkan hati dan banyak berpikir setelah lulus ini kemana lagi ya takdir akan membawa .
Setelah ujian dan berhasil dapat nilai A  langsung balik ke mesjid ini kemudian sujud syukur dengan berurai airmata, ada haru bahagia dan sedih. Bahagia selesai sudah amanah keluarga yang di jalani dan sedih tidak lama lagi akan meninggalkan kota ini termasuk mesjid ini yang sudah menjadi bagian dari perjalanan hidupku.

Dan benar ga berapa lama kemudian pindah ke Jakarta dan meninggalkan semua kenangan di kota ini.

Setelah itu hari2 di penuhi rasa kangen dengan dua mesjid ini 😢

#ybc1904

Kamis, 03 Oktober 2019

Yogyakarta Bercerita - Hari ke 3


Setiap pulang ke Yogya, ia aku menyebutnya pulang, bukan sekedar jalan-jalan atau singgah karena aku merasa Yogya itu rumah, menelusuri jalan yang biasa kulalui dan menyicipi makanan yang biasa kubeli dulu. Hhhmm benar semua perjalanan untuk dan atas nama kenangan.

Aku mencoba menghadirkan kenangan lama dalam pikiran walaupun dalam mataku semua telah berubah. Yogya yang ku kenal dulu tidak sama dengan 25 tahun yang lalu. Tentu saja perubahan itu keniscayaan. Aku bukan tipe orang yang anti kemapanan dan menolak perubahan asalkan perubahan tersebut untuk kebaikan dan tidak merugikan masyarakat serta tidak menghilangkan ke keotentikan Yogya.

Yogya kini dalam pandanganku terlalu penuh dengan hotel dan mall baru, zaman dulu kuliah sudah ada mall tapi masih satu dua dan itu pun jarang kesana lebih suka blusukan di pasar bringharjo. Mall itu sudah mainstream sedangkan pasar traditional lebih banyak memberikan warna. Melihat simbah tua yang sudah terbongkok tapi masih berjualan di pasar, menerbitkan rasa haru, mungkin bukan hanya alasan ekonomi masih tetap bekerja tapi tetap ingin bekerja yang membuat mereka masih disana. Sapaan mbak penjual yang ramah dan tersenyum membuat hati cerah dan membalas senyuman itu lagi, walaupun tidak membeli tapi berbagi senyuman saja sudah bikin bahagia, dan tidak ada paksaan untuk membeli.

Yogya sekarang memang tambah lebih moderm layaknya kota besar tapi seperti kehilangan jiwa, menelusuri tempat kos kosan yang dulu berjajar sekarang sudah berubah jadi hostel, kemacetan pun juga sudah menjadi rutinitas, perubahan yang tidak bisa dielakkan lagi. Untungnya semua itu tetap membuat Yogya berhati nyaman, karena semua penilaian apapun dengan kenyataan yang terpampang nyata kemudian bercampur dengan rasa yang sudah ada, hasilnya tetap ada cinta walau terselip kecewa

Love Yogya and you 😊

Tetaplah menjadi kota yang selalu di rindukan
Rindu karena kesederhanaanya
Rindu karena keramahannya

Tetaplah memanusiakan masyarakatnya dengan cinta dan kasih sayang
Yogya tunggu aku...
Percayalah aku akan selalu kembali, in sya Allah

#ybc1903

Rabu, 02 Oktober 2019

Yogyakarta Bercerita - Hari ke 2


Sudah menjadi cita citaku untuk kuliah di Yogya. Ga masalah negri atau swasta. Karena aku tau diri cukup sulit untuk lolos di universitas negeri ternama di Yogya itu.

Setelah lulus di salah satu pts terkenal, mengambil fakuktas hukum, saat itulah babak baru cerita kehidupan di mulai. Inilah pertama kalinya aku hidup jauh dari keluarga, ga ada pengalaman hidup secara mandiri sebelumnya, dari yang semuanya serba terhidang sekarang harus menjalankan semuanya sendiri eh tapi tidak sendiri juga karena aku tinggal bersama sepupu di sebuah rumah tapi rasanya tetap sendiri karena sibuk dengan urusan masing-masing.

Urusan perkuliahan lancar jaya, hanya sedikit penyesuaian untuk bersosialisasi. Bagiku yogya itu sederhana, sama seperti orang-orangnya. Aku cukup banyak menemukan teman asli yogya, ekonomi keluarganya mapan tapi gayanya biasa aja, asli plain, ga banyak pernak pernik dan ga dandan. Dibandingkan dengan kampung asalku Sumatera Barat, yang gaya orang disana meriah dan mengkilat. 😀

Tapi yang bikin lebih senang kok ya disana banyak orang pintar. Ketika ngobrol pertama kali dengan mereka banyak sekali yang punya wawasan luas baik pengetahuan umum apalagi agama, jadinya mikir selama ini aku yang kurang ilmu dan informasi atau kenapa ya? aku yang anak dari daerah awalnya minder tapi jadi bersemangat pengen pintar kayak mereka juga. Untunglah Yogya itu surga ilmu, kesukaanku membaca sangat beruntung karena banyak yang jual buku murah dan bagus dan salah satu tempat yang sering aku kunjungi namanya shoping center yang lokasinya belakang malioboro.

Sesuai namanya kota pelajar, benar akhirnya aku banyak belajar dari kehidupan di kota itu, ga hanya belajar secara ilmu kuliah tapi juga belajar banyak ilmu kehidupan.

Ahhh yogya matur nuwun sangat atas segalanya. Alhamdulillah.

#ybc1902

Yogyakarta Bercerita 2019


Ada tagar di ig #yogyakartabercerita2019, jadi tertarik buat ikutan karena ada yogya nya,  kata yang sangat melekat di hati 😊

Harusnya dimulai tanggal 1 Oktober selama 14 hari, tapi kemaren karena hectic jadinya kelupaan, its ok tetap semangat menulis.

Bicara yogya bicara kenangan 25 tahun yang lalu, masya Allah ternyata sudah lama berlalu, tapi mengingatnya masih terasa hangat di hati dan pikiran, awwww 😍.

Pengen rasanya cerita ini bersambung, untuk menjait kenangan yang telah berlalu agar tertuang dan bermakna dalam bentuk tulisan.

Semoga ga baper mengingat yang dulu untuk sesuatu kini dan akan datang.

#ybc1901