Sabtu, 12 Oktober 2019

Yogyakarta Bercerita - Hari ke 12

Setelah banyak bercerita tentang kenangan rasa kali ini hanya mau list tempat yang sering di kunjungi yang dulu jadi kegiatan sehari hari (biar ga lupa 10, 20 atau 30 tahun lagi, in sya Allah klo masih ada umur😊)

- Sonopakis 158 (rumah) dari S1 sampai S2 betah di sini. Rumahnya adoh banget klo dari kampus. Naik bis jalur 15 sekitar 1 jam, naik motor sekitar 30 menit. Trus kenapa betah? Ya karena jiwa ku jiwa keluarga cemara wkwkwk, di rumah itu banyak saudara ada sepupu, ponakan dll, jadinya ya gituu.

- FH UII jalan Taman Siswa, ini kampus tercinta hampir 4 tahun lebih wara wiri disini, ya belajar ilmu hukum, ilmu agama, ilmu kehidupan dan ilmu asmara hihihi.

-Rm Padang Tamsis, ya gimana atuh, gen ku padang jadinya selera yang cocok disini, walaupun klo makan disini banyak yang ga mau nemanin, expensive buat anak kos 😊

- Lotek Tamsis, duhh ini loteknya juara, seger dan enak, seminggu cuman makan lotek aja aku sanggup, mumer tapi sehat.

-LB Lia Gowongan Kidul, ini kegiatan sampingan aja, pengen bisa waswiswus english tapi sampai sekarang ya biasa aja 😀

- Shoping Center, jualan buku. Ini surganya buat yang hobi baca, bisa tiap hari kesini kadang ga beli juga cuman sekedar liat tumpukan buku aja udah senang sampai saya hafal judul2 buku yang lagi hits.

-Toko Progo, malioboro. Ini tempat belanja bulanan atau lagi cari pernak pernik rumah, harga disini murce tapi barang nya lucu2

- Lantai paling atas pasar Brigharjo tempat jualan kerajinan. Klo kesini buat cuci mata aja atau ada pesanan barang dari teman atau saudara.

- Rm padang sonopakis, yahh padang lagi, klo lagi di rumah ya kesini, buat makan malam belinya sore soale klo udah malam malas keluar, yang di beli menunya itu lagi itu lagi, nasi setengah, pakai ikan gembung goreng, plus sambel ga pakai kuah, wes itu thok dari hari kehari.

- Nasi goreng malam Ikip dekat sonopakis. Ini menu klo rm padang tutup atau saya lagi bosan. Yang bikin enak karena masaknya pakai arang.

- Asrama Ygm (tiap bulan pengajian atau kegiatan ippsa). Ini rumah kedua saya dan keluarga pengganti selama di Yogya. Kenal dan cinta kampuang baru timbul setelah di Yogya karena bergaul sama orang sekampuang dari berbagai daerah. Dulu definisi kampuang bagi saya klo lebaran pulang kesana dan dua tahun sekali ada acara pulang basamo. Ternyata ke minangan ku bergelora saat di tanah jawa. Eh iya karena organisasi ini saya ketemu jodoh. Niatnya pengen dapat orang jawa biar bisa tinggal di Yogya eh malah dapat orang sekampuang, Alhamdulillah 😉. Langsung deh teman sma ku bilang " aduh lia udah disekolahin jauh2 masih dapat jodoh orang sekampuang juga"  hahaha asem.

- Kolam renang Umbang Tirto, tiap jumat khusus perempuan. Ini moment yang paling di tunggu, karena hobi renang jadinya semangat tiap jumat pergi nyebur.

- Soto di samping kolam renang atau samping galeria. Ini makanan wajib setelah renang, pas banget lapar dan dingin ketemu yang hangat.

- Toko buku sosial agency samping galeria. Klo bosan ke shoping malioboro sukanya ke sini, tapi paling intens kesini setelah kuliah di Ugm karena lebih dekat dan sejalur arah pulang.

- Mesjid Syuhada, mesjid perjuangan bagiku dan telah banyak cerita tentang ini.

- Kampus Notariat FH Ugm, kuliah disini dua tahun plus tambah setahun untuk penyetaraan S2. Ga terlalu banyak cerita disini, karena sekolah ini emang sekolah profesi dan lintas angkatan dan daerah jadi ya tujuannya gimana ntar habis lulus bisa dapat cuan yang banyak 😊

- Masjid Ugm, mesjid super kenangan, banyak merenung disini saat masa transisi dari mahasiwa asyik2 aja beralih menjadi mahasiswa serius yang mulai belajar untuk hidup sebenarnya.

- SGPC Bu Wiryo, nahh ini tempat ngisi bahan bakar habis kuliah. Biasanya ke sini sama 'geng ember bocor' tapi kata susi cewek kenes dari padang harga disini mahal jadinya klo mau kesini pakai perdebatan panjang dulu. Dulu emang mau makan itu yang jadi pertanyaan harga dulu baru rasa, boro2 kepikiran tempat yang fancy, beda banget sama zaman sekarang, klo mau cari makan berdasarkan yang hits dan fancy tujuannya buat selfie dan insta story.

Mungkin masih banyak tempat yang saat ini kelupaan tapi lupa bukan berarti melupakan, yakan yakan.

Klo udah bicara soal rindu, Yogya dan kenangan, aku bisa apa hanya selain menuntaskan rindu. Ya itu agenda wajib klo ke Yogya .

Kamis, 10 Oktober 2019

Yogyakarta Bercerita - Hari ke 11

Stasiun dan kereta sudah menjadi teman perjalanan selama tinggal di Yogya. Klo liburan ke Jkt seringnya naik kereta senja utama.
Dulu kereta yang bagus dan aman itu hanya kereta eksekutif, sayang harganya ga terjangkau buat kantong mahasiswa. Senja utama itu kereta bisnis tapi tanpa ac dan klo malam pedagang masuk.

Saking banyaknya pedagang dan orang yang bebas hilir mudik masuk kereta dan stasiun, dua kali aku mengalami kejadiaan sedih, kecopetan dan di jambret.

Saat mencopet mereka memulai aksinya dengan cara beberapa orang memepet badanku kemudian sedikit mendorong. Disaat aku marah menatap mereka kemudian mereka berpencar ternyata saat mendorong dan memepet badan itulah mereka beraksi membuka tas. Kejadiannya saat itu ketika aku baru keluar dari stasiun dan berjalan di jalan setapak dekat gerobak mie ayam.  Alhamdulillah hanya dompetku yang diambil, tapi bikin sedih juga karena pulang liburan dompet lebih berisi beda klo di copet ketika pergi dompetku kosong.

Setelah kejadian hanya bisa lemes dan terduduk di aspal jalan depan stasiun sambil menenangkan diri.

Sedangkan pada saat di jambret aksinya lebih drama lagi seperti film laga. Kejadiannya jam 1 malam saat aku lagi tidur nyenyak, dan posisi kursi di tepi jendela. Yang jambret dari atas kereta mereka memakai clurit untuk menarik tas lewat jendela. Saat tas di tarik dan bergesek, aku terbangun dan kaget, saat sadar tas sudah di tarik langsung berteriak, penumpang sebelah cuman ngeliat dan penumpang lain juga hanya berdiri menoleh.
Akhirnya tarik tarikan tali tas dengan si pejambret, mungkin karena kesal clurit didekatkan kepadaku dan mereka sabet tali tas, putuslah tali tas ku, ak mendapat tali tas, mereka mendapat badan tas.

Langsung pucat dan terdiam, hanya bisa menatap kosong ke arah dinding kereta. Penumpang yang lain ga bertanya hanya melihat saja, mbak di sebelah akhirnya berkata "udah mbak ga apa2 yang penting mbak nya ga terluka".

Menjelang subuh ketika kereta hampir sampai, aku bingung bagaimana caranya mau pulang, uang ga ada blas, semua yang penting ada di dalam tas. Akhirnya mbak disebelah ngomong " mbak ini saya kasih uang 20 ribu ya buat ongkos pulang kerumah naik becak". Terharu dengar mbak nya ngomong gitu apalagi sebelum kejadian saat kereta baru jalan kita sempat ngobrol basa basi nanya tinggal dan kerja dimana, mbak nya cerita klo dia kerja di mickey mouse dan tak pikir itu tempat mainan anak2 ternyata itu tempat judi.

Ya Rabb ga tega menerima uang dari mbak nya, aku bilang aja "ga usah mbak aku khan bisa naik becak, nanti bayar di rumah, pinjam dulu sama saudara".
Kata mbak nya "ia kalau saudaranya ada di rumah mbak, klo udah pergi gimana? Saya emang ga punya uang banyak, hanya segini yang saya bisa bantu". Mau nangis rasanya dengar mbak nya bilang gitu, sebenarnya rasa khawatirku soal status uang tersebut, takut klo ga halal. Mbak nya meletakan uang itu di tangan ku dan akhirnya terpaksa kuterima sambil berdoa semoga Allah ampuni dosa ku klo tindakan ini salah.

Setelah lulus agak trauma naik kereta ke Yogya, lebih memilih naik pesawat. Alhamdulillah yang kuliat kereta sekarang beda dengan kondisi kereta yang dulu tahun 90, sekarang sudah tertata rapi, lebih bagus dan aman.

Aku berjanji akan mencoba menyembuhkan ketakutan 25 tahun lalu dengan berkereta ke Yogya, semoga Allah berikan rezeki, kesempatan dan kesehatan.

Mungkin nanti ketika naik kereta yang sudah berbeda rasa dan fasilitas saat ini ketika tengah malam terbangun aku bisa tersenyum mengenang kejadian masa lalu. Mengambil hikmah bahwa segala ketakutan, keterbatasan, dan kekurangan di masa lalu, itu yang membuatku kuat menjalani hidup saat ini.

Kapal yang kokoh bukan hanya sekedar kapal itu bagus secara desain dan materialnya tapi kapal itu telah teruji tetap tegak disaat ombak terus terusan menerjang.

Alhamdulillah alla kulli hall, untuk segala kenangan di Yogya, yang sedih untuk menguatkan dan yang senang untuk disyukuri.

Yogyakarta Bercerita - Hari ke 10

Dulu klo ada yang tanya hoby ku mesti tak jawab baca sambil tidur2an.
Menulis belum termasuk hoby.

Kenal dunia menulis itu saat kuliah, ketika ikut kegiatan organisasi LPM (Lembaga Pers Mahasiswa).
Yang bikin suka waktu pertama kali ikut training Patihan Dasar Pers Mahasiswa. Presentasi materinya bagus sambil cerita pengalaman menulis dan ngasih semangat klo menulis itu gampang. Untuk orang yang suka baca modal nulis itu 75% sudah dimiiki karena bahan udah ada tinggal nulis aja.

Masih ingat tempat acara waktu itu di wisma kaliurang dan dianjurkan membawa mesin tik bagi yang punya. Tugas pada saat sesi terakhir disuruh buat tulisan berapa halaman dengan mesin tik. Saat itu antara bingung dan pusing. Ga pernah pakai mesin tik, nulis juga belum pernah eh ini di kasih tugas yang wajib di kumpul. Jadilah begadang semalaman untuk bikin tugas tersebut. Walaupun selesai tapi hasilnya terpaksa, banyak membuang kertas, bikin buang bikin buang gitu aja sampai pagi.

Jadi disitulah cerita awal jatuh cinta sama kegiatan menulis. Awalnya sulit tapi penasaran, begitu selesai jadi senang. 
Mungkin efek membaca juga, semakin banyak membaca rasanya kepala ini penuh dan ingin sekali membuang pikiran dan gagasan tersebut. Ternyata menulis jawabannya.

Bersyukur Yogya banyak sekali kegiatan training atau belajar menulis. Jadinya gampang klo mau belajar. Dan dari sini pula mengenal istilah "mengikat makna" yag di gagasi oleh alm pak hernowo.

Walaupun belum mempunyai karya sebuah buku tapi hoby ini sangat membantu menghadapi permasalahan hidup secara psikis. Setiap ada masalah atau emosi, berusaha menyalurkannya lewat tulisan, apa yang dirasa ditulis, kemudian setelah berapa lama ketika melihat tulisan itu lagi sering bikin ketawa dan senyum sambil bilang, " duhh gini amat ya waktu ada masalah, kok lebay" jadinya tahu cara berpikir dulu dan sekarang, ketika emosi dan tenang, jadi bisa mengambil hikmah dari setiap kejadian.

Zaman kuliah juga rajin bikin jurnal, kegiatan tiap hari ditulis, apa yang di rasa hari itu juga di tulis,serta dapat pelajaran apa saat itu. Seru klo membaca ulang jurnal2 tersebut, seperti menonton film terbayang apa yang dulu dilakukan sehari hari.

Sempat ketika lulus S1, ingin jadi jurnalis, ngelamar di koran Bernas Yogya, dapat jawaban positif tapi harus menyertakan surat izin ortu, disitu mundur karena saat itu ada kasus terbunuhnya wartawan, maklum mentalnya masih cemen.

Jadi buat mahasiswa, rajin2 eksplore kegiatan apa yang kamu suka, dulu apa aja kegiatan yang kliatan menarik aku ikutin aja walaupun nanti pada akhirnya berhenti di tengah jalan karena ga cocok, entah berapa macam kegiatan yang diikuti baik yg di lingkungan kampus maupun yang di luar. Nanti ada saatnya klo udah lulus yang dipikirkan bukan lagi belajar cari pengalaman tapi bagaimana caranya dapat cuan.