Kamis, 10 Oktober 2019

Yogyakarta Bercerita - Hari ke 11

Stasiun dan kereta sudah menjadi teman perjalanan selama tinggal di Yogya. Klo liburan ke Jkt seringnya naik kereta senja utama.
Dulu kereta yang bagus dan aman itu hanya kereta eksekutif, sayang harganya ga terjangkau buat kantong mahasiswa. Senja utama itu kereta bisnis tapi tanpa ac dan klo malam pedagang masuk.

Saking banyaknya pedagang dan orang yang bebas hilir mudik masuk kereta dan stasiun, dua kali aku mengalami kejadiaan sedih, kecopetan dan di jambret.

Saat mencopet mereka memulai aksinya dengan cara beberapa orang memepet badanku kemudian sedikit mendorong. Disaat aku marah menatap mereka kemudian mereka berpencar ternyata saat mendorong dan memepet badan itulah mereka beraksi membuka tas. Kejadiannya saat itu ketika aku baru keluar dari stasiun dan berjalan di jalan setapak dekat gerobak mie ayam.  Alhamdulillah hanya dompetku yang diambil, tapi bikin sedih juga karena pulang liburan dompet lebih berisi beda klo di copet ketika pergi dompetku kosong.

Setelah kejadian hanya bisa lemes dan terduduk di aspal jalan depan stasiun sambil menenangkan diri.

Sedangkan pada saat di jambret aksinya lebih drama lagi seperti film laga. Kejadiannya jam 1 malam saat aku lagi tidur nyenyak, dan posisi kursi di tepi jendela. Yang jambret dari atas kereta mereka memakai clurit untuk menarik tas lewat jendela. Saat tas di tarik dan bergesek, aku terbangun dan kaget, saat sadar tas sudah di tarik langsung berteriak, penumpang sebelah cuman ngeliat dan penumpang lain juga hanya berdiri menoleh.
Akhirnya tarik tarikan tali tas dengan si pejambret, mungkin karena kesal clurit didekatkan kepadaku dan mereka sabet tali tas, putuslah tali tas ku, ak mendapat tali tas, mereka mendapat badan tas.

Langsung pucat dan terdiam, hanya bisa menatap kosong ke arah dinding kereta. Penumpang yang lain ga bertanya hanya melihat saja, mbak di sebelah akhirnya berkata "udah mbak ga apa2 yang penting mbak nya ga terluka".

Menjelang subuh ketika kereta hampir sampai, aku bingung bagaimana caranya mau pulang, uang ga ada blas, semua yang penting ada di dalam tas. Akhirnya mbak disebelah ngomong " mbak ini saya kasih uang 20 ribu ya buat ongkos pulang kerumah naik becak". Terharu dengar mbak nya ngomong gitu apalagi sebelum kejadian saat kereta baru jalan kita sempat ngobrol basa basi nanya tinggal dan kerja dimana, mbak nya cerita klo dia kerja di mickey mouse dan tak pikir itu tempat mainan anak2 ternyata itu tempat judi.

Ya Rabb ga tega menerima uang dari mbak nya, aku bilang aja "ga usah mbak aku khan bisa naik becak, nanti bayar di rumah, pinjam dulu sama saudara".
Kata mbak nya "ia kalau saudaranya ada di rumah mbak, klo udah pergi gimana? Saya emang ga punya uang banyak, hanya segini yang saya bisa bantu". Mau nangis rasanya dengar mbak nya bilang gitu, sebenarnya rasa khawatirku soal status uang tersebut, takut klo ga halal. Mbak nya meletakan uang itu di tangan ku dan akhirnya terpaksa kuterima sambil berdoa semoga Allah ampuni dosa ku klo tindakan ini salah.

Setelah lulus agak trauma naik kereta ke Yogya, lebih memilih naik pesawat. Alhamdulillah yang kuliat kereta sekarang beda dengan kondisi kereta yang dulu tahun 90, sekarang sudah tertata rapi, lebih bagus dan aman.

Aku berjanji akan mencoba menyembuhkan ketakutan 25 tahun lalu dengan berkereta ke Yogya, semoga Allah berikan rezeki, kesempatan dan kesehatan.

Mungkin nanti ketika naik kereta yang sudah berbeda rasa dan fasilitas saat ini ketika tengah malam terbangun aku bisa tersenyum mengenang kejadian masa lalu. Mengambil hikmah bahwa segala ketakutan, keterbatasan, dan kekurangan di masa lalu, itu yang membuatku kuat menjalani hidup saat ini.

Kapal yang kokoh bukan hanya sekedar kapal itu bagus secara desain dan materialnya tapi kapal itu telah teruji tetap tegak disaat ombak terus terusan menerjang.

Alhamdulillah alla kulli hall, untuk segala kenangan di Yogya, yang sedih untuk menguatkan dan yang senang untuk disyukuri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar