Senin, 13 Januari 2020

30 Hari Bercerita, sembilan 9


Saya beberapa kali dikometari klo mempunyai sikap yang santai seperti kurang greget klo berbuat sesuatu ☺.
Misalnya waktu kuliah, pas ujian teman2 lain sibuk belajar dan menghafal saya santai aja duduk liatin mereka atau waktu sma udah janjian nonton sama si doi, pas saya udah di bioskop dia datang telat cuman bilang batal nonton karena ada sesuatu, saya cuman bilang ya udah ga apa-apa ga pakai drama macam2.

Nahh yang paling gong tentu saat kondisi sekarang, disaat teman2 kuliah atau seprofesi sibuk sana sini dengan kerjaanya dan udah wow dalam menjalani karirnya saya masih gitu2 aja versi mereka, yang bikin mereka gemes saya kok tenang dan santai aja, padahal klo ukuran nilai akedemis saya punya kemampuan lebih dari mereka.

Jujur kadang saya juga bingung mau jawab apa, karakter saya emang seperti ini, orangnya selow, tenang, emang kliatan seperti ga punya cita2 atau model pekerja keras gitu ya 🤣.
Prinsip saya ngapain ribet, krasak krusuk, selama saya udah ikhtiar ya udah, klo dapatnya minim ya ga apa2 saya sudah cukup bahagia dengan hidup saya. Siapa yang ga pengen hidup yang sangat berkecukupan, ada hasil ada pengorbanan. Saya terbiasa dengan standar cukup dan apabila terjadi sesuatu di luar rencana ya berarti itu qadarullah. Terima kasih ya friends atas perhatiannya, aku emang begini adanya 😉

Bagi saya tiap orang itu mempunyai pribadi yang unik, yang penting kita menjalaninya dengan kesadaran dan bahagia. Semakin kita kenal dengan diri sendiri maka kita tau apa yang harus kita lakukan, ga perlu takut dengan komentar orang kita bukan berlomba dengan orang lain tapi kita tau apa yang kita mau,selaras dengan kesadaran pribadi kita.

Selama masih masalah dunia, cukup aja tapi klo udah masalah akhirat harus dikerjakan dengan segala daya dan upaya, kalo saya gitu sihhh. Boleh khan beda prinsip 🙂.


Sabtu, 11 Januari 2020

30 Hari Bercerita, Delapan 8


Bercerita tentang dimensia membuat saya sedih. Sedih karena orang yang saya sayangi menderita penyakit tersebut eh tapi tetap itu qadarullah  wa maa syaa'a fa'ala dan sebagai muslim yang baik harus tetap mengucapkan Alhamdulillah alla kulli hall.

Sedihnya disini tentang perasaan sebagai seorang anak, melihat bapak (mertua) yang mendadak memorinya hilang, seperti orang yang berada di dunia lain. Hikmahnya jadi bisa melihat betapa hebatnya Allah telah memberikan manusia dengan segala kerumitan susanan syaraf pada otak, rumit bagi manusia awam seperti saya. 

Dengan sakitnya mama dan bapak saya melihat dua sisi penyakit yang berbeda. Bapak secara fisik sehat tapi syaraf dan psikisnya terganggu sedangkan mama secara psikis sehat tapi fisik nya sakit karena tulangnya bermasalah, kesimpulannya sehat itu harus seimbang fisik dan psikis. 

Kadang saya juga kepikiran, nanti klo umur saya sampai lanjut saya seperti apa ya, menderita sakit apa? Pertanyaan ini sering ditepiskan oleh suami dengan mengatakan pasrahkan semua kepada Allah , jangan berandai andai perbamyak doa saja. Seketika langsung berhenti membayangkan hal tersebut.

Bagi anak ini adalah ujian dan dituntut kesabaran tingkat tinggi, karena orang tua yang sudah berusia lanjut sikap dan tingkahnya akan kembali seperti anak kecil lagi. Bagi saya sendiri andaikan bisa memberikan segalanya untuk orang tua, insyaa Allah semua akan saya berikan, tenaga, waktu dan materi. Walaupun sering juga bilang cape dan lelah, ya karena saya manusia bukan boneka yang ada batrenya 😀

Kalau dimensia bapak lagi kambuh, trus bapak nanya ini lagi dimana, apa yang terjadi, itu siapa, rasanya seperti patah hati, kangennn bisa ngobrol2 lagi seperti dulu. 
Ketika saya tau bapak sakit dimensia dan saya baru mendengar nama penyakit itu, langsung sibuk googling kemudian beli buku tentang dimensia. Berharap dengan banyaknya info yang saya terima saya bisa menangani dan memperlakukan bapak dengan benar sesuai dengan kondisinya, walaupun membaca.buku tersebut sampai sesak nafas karena sedih dan tau betapa ngeri efek dimensia tersebut. 

Ini salah satu catatan perjalanan hidup yang harus di jalani, Allah sebaik baik pembuat rencana. Ga tau hikmahnya aekarang, mungkin besok2 jadi tau, klo pun akhirnya ga tau ya ga apa2, percayakan dan pasrahkan sama Sang Maha. 

Rabu, 08 Januari 2020

30 Hari Bercerita, ke 7


Setelah tiga tahun kebelakang kegiatanku diisi dengan rutin mengikuti taklim, tahun ini aku ingin taklim yang kuiikuti membekas alias nampol di kalbu. Jangan sampai teori yang masuk banyak, praktek kurang apalagi hanya sambil lewat saja dan kemudian lupa.

Yang kurang dariku adalah murajaah ilmu, kitab atau buku yang sudah dipelajari ada beberapa yang sudah khatam tapi ketika di tanya lagi aku sudah lupa, apa yang diajarkan sudah berapa persen yang di praktekkan, belum lagi hapalan ayat dan hadist yang tidak seberapa sudah banyak lupanya klo harus diulang. Jadi tahun ini aku ingin taklim tidak hanya sekedar pergi, duduk, nyatat kemudian pulang trus catatan ga pernah dibuka lagi. 

Hapalanku juga cendrung menurun beberapa bulan ini, selain waktu lebih banyak ngurus mama ketika istirahat dan waktu luang banyak kupakai membersamai hp. 

Yukk ahhh Bismillahirrahmanirahim, menuju 2020 dengan mengisi waktu yang berkualitas, insya Allah...