Senin, 23 Maret 2020

Corona


Ya Rabb hamba mohon ampun
Setakut dan sekalut ini dalam menghadapi cobaanMU

Baru kali ini aku mengalami lajian di liburkan
Sholat jamaah dan jumatan di tiadakan
Dan orang dilarang keluar rumah

Rabb... virus ini makhlukMu
Kecil, tak tampak tapi kami tak berdaya

Rabb...aku tau semua ujian ini karena dosa kami semua
Kami tak sanggup menghadapi ini tanpa pertolongan dan lindunganMu

Astagfirullah...
Ampuni kami ya Allah

Rabu, 29 Januari 2020

30 Hari Bercerita, Delapan Belas 18


Seharian kemaren hati saya sendu milihat kesedihan mama. Berawal kemaren malam sepupu saya tlp untuk mengabarkan, bapaknya kritis. Om gendut saya memanggilnya dan itu kakak mama. Mama sempat bicara dengan om mengatakan minta maaf karena udah lama ga bisa mengunjungi karena mama juga sakit untuk duduk dan berjalan aja susah. Mama bicara sambil nangis, dan om membalas dengan bergumam karena sudah tidak bisa bicara lagi. 

Mama tipe orang yang galak, kuat dan tangguh. Sangat jarang saya melihat mama menangis tapi kemaren melihat mama bgitu sendu dan menangis saya juga ikutan nangis. Mama dan abang nya ini umur nya beda jauh 10 tahun lebih, tapi mereka dekat, anak om sering becandain mama dengan mengatakan mama adik kesayangan. Saya juga dekat sama om, kami sering ke rumahnya di kampung, yang saya ingat om suka memberi kami uang istilahnya teng teng.

Saya merenung ternyata begini klo sudah tua, saling merindukan saudara, bagaimanapun ikatan darah itu kental tak akan tergantikan walaupun masing-masing sudah punya keluarga sendiri. 

Saya jadi ingan tulisan ustad Faudzil Adhim, "hubungan saudara tak menjamin kita bisa bersama di surga, tapi menyambung hubungan silaturahmi tegas tuntunannya, berharap dengan tetap terjalinnya silaturahmi bisa tetap bersama mendekat kepada aqidah yang lurus dan agama yang haq"

Saat menulis ini di hp, muncul tlp yang mengabarkan om mustapa telah berpulang, innalillahi wainna illaihi rajiun. 

إِنَّ ِللهِ مَا أَخَذَ وَلَهُ مَا أَعْطَى وَكُلَّ شَيْءٍ عِنْدَهُ بِأَجَلٍ مُسَمَّى فَلْتَصْبِرْ وَلْتَحْتَسِبْ.

“Sesungguhnya adalah hak Allah untuk mengambil dan memberikan sesuatu, segala sesuatu di sisi-Nya ada batas waktu yang telah ditentukan, oleh karena itu bersabarlah dan berharaplah pahala dari Allah (dengan sebab musibah itu).” [HR. Al-Bukhari no. 1284 dan Muslim no. 923]

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَه وَارْحَمْه وَعَافِه وَاعْفُ عَنْه وَأَكْرِمْ نُزُلَه وَوَسِّعْ مُدْخَلَه وَاغْسِلْه بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ وَنَقِّه مِنَ الْخَطَايَا كَمَا نَقَّيْتَ الثَّوْبَ الْأَبْيَضَ مِنَ الدَّنَسِ وَأَبْدِلْه دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِه وَأَهْلًا خَيْرًا مِنْ أَهْلِه وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِه وَأَدْخِلْه الْجَنَّةَ وَأَعِذْه مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَ عَذَابِ النَّارِ

Selasa, 28 Januari 2020

30 Hari Bercerita, Tujuh Belas 17


Tadi siang saya melihat yutub tentang hijrahnya seorang chef Haryo. Saya tau chef ini karena zaman dulu sering liat di tv. Sekarang penampakannya berbeda dari yang dulu saya liat. Klo dulu keliatan gaul sekarang lebih tenang dan ucapannya penuh hikmah. Ia hijrah disaat sudah memiliki segalanya di dunia, kemudian jatuh sakit dan kehilangan segalanya. Yang membuat ia menyesal dulu hidupnya tanpa iman. Sekarang hidupnya lebih tenang walaupun secara dunia orang melihat ia tidak seperti dahulu. 

Saya follow teman di fb, ada yang bikin saya mbatin dengan statusnya. Sering banget sinis dengan agama islam, yang mengatakan budaya arab lah, semua serba syariah lah dll. Padahal dia juga agamanya sama. Adaikan dia melihat kisah hijrah beberapa orang yang dulunya bergelimang dengan kenikmatan dunia dan kemudian hijrah, semua mengatakan menyesal dulu tidak belajar dan tidak mengenal agama.

Ya inilah kenyataan dunia, ada yang menyesal telat mengenal agama tapi ada juga yang kerjaannya sinis dengan yang berbau agama. 

Zaman perang pemikiran begini memang harus banyak berdoa semoga Allah jaga hati kita untuk tetap dalam keimanan dan keteguhan agama islam. Aamiin.