Rabu, 17 Juli 2013

Antara Ikhlas dan Riya (Tajul 'Arus karya Ibnu 'Athaillah)


Kata ikhlas sering kita sebutkan dalam kehidupan sehari-hari. Karena keikhlasan wajib menyertai dalam setiap langkah kita. Apa makna ikhlas? Bagaimana cirinya sebuah perbuatan di katakan riya?

Kali ini saya mau berbagi (lagi) hasil membaca dari salah satu sub judul buku Tajul 'Arus, semoga membawa manfaat dan menjadi pengingat kita, terutama bagi saya sendiri :)

"Ikhlas merupakan ruh agama, inti ibadah, dan landasan segala perilaku menuju Allah. Jadi apakah yang dimaksud dengan ikhlas? Ikhlas adalah mengesakan Allah ketika melakukan ketaatan. Ikhlas adalah tujuan. Ikhlas adalah mempersembahkan ketaatan untuk mendekat kepada Allah tanpa dihiasi sikap pura-pura, hasrat mendapat pujian, atau hal lain selain taqarrub kepada Allah".

"Makna ikhlas yang terkandung dalam firman Allah yang berbunyi ; "Katakan, "sholatku, ibadahku, hidupku, dan matiku untuk Allah Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya"

"Kebalikan atau lawan ikhlas adalah riya, yakni beramal untuk manusia. Riya termasuk maksiat yang akan merusak hati dan mengotori amal manusia. Karena itu, Al-Qur'an dan Sunnah memperingatkan dengan sangat keras agar manusia tidak bersikap riya. Barang siapa yang mengeluarkan hartanya karena riya maka amalnya musnah laksana debu dan pada hari kiamat ia akan mendapat siksa"

Diriwayatkan dari Mahmud Ibn Labid bahwa Nabi saw keluar dan berkata. "Wahai manusia, jauhilah syirik yang tersembunyi!"
Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah syirik yang tersembunyi itu?"
Beliau menjawab, "Seseorang bangkit menunaikan sholat. Lalu ia memperbagus sholatnya karena dilihat manusia. Itulah yang disebut syirik tersembunyi"
Jundab Ibnu Athaillah r.a. meriwayatkan  bahwa Nabi saw bersabda, : "Barang siapa yang berbuat sum'ah (ingin di dengar dan dilihat orang lain) maka Allah akan memperdengarkan niatannya itu pada hari kiamat.
Barang siapa berbuat riya. Allah akan membongkar niatnya itu pada hari kiamat"

Dengan demikian menjadi jelas bahwa menyembunyikan amal lebih baik daripada memperlihatkannya. Hal ini berkaitan dengan amal-amal sunnah. Sementara berkaitan dengan amal wajib dan rukun Islam maka setiap muslim harus menampakkannya dengan tujuan untuk mengaggungkan syiar Islam, memperlihatkan kekuatan umat, menampakan loyalitas kepada agama serta untuk menghindarkan tuduhan dan kecurigaan.

Ibnu Athaillah berkata, "Sebagaimana tidak menyukai amal yang dipersekutukan, Allah juga tidak menyukai hati yang bersekutu. Amal yang dipersekutukan tidak Dia terima, sementara hati yang bersekutu tidak menghadap kepada-Nya"

Allah berfirman, "mereka tidak diperintah kecuali untuk beribadah kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaatan pada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus"

Semoga kita semua bisa selalu menghadirkan hati yang ikhlas dalam setiap langkah dan perbuatan kita. Walaupun pada kenyataanya tidak mudah semoga dengan adanya niat dan usaha yang tulus, Allah akan membantu menyempurnakannya.Aamiin....
Salam SemangkA .... (Semangat karena Allah :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar