Rabu, 22 November 2017

Mengambil Pemahaman Arti Sebuah Perjalan , Bagi Seorang Tere Liye

Karena Tere Liye nyuruh mikir dari tulisannya ini jadinya saya benar benar mikir :)), yuk ahh kita baca dulu, judulnya aja udah bikin senyum. 

*Harus dibaca!! Keluar pas Ujian PNS atau tes masuk Universitas

Ada bapak2, sebut saja namanya Pak Bambang. Tinggal di perbatasan Indonesia dengan negara lain. Singkat kisah, kalau malam dia ada di Indonesia, pagi2 dia jalan kaki, berjualan di negara lain, sore dia pulang, balik lagi ke Indonesia. Hebat banget Pak Bambang ini, tiap hari dia pergi ke luar negeri. Jalan kaki. Kita pernah begitu? Sepertinya tidak.

Tapi ini sih belum seberapa, sebut saja Mas Emre, namanya khas Turki, karena dia memang tinggal di Istanbul. Mas Emre ini rumahnya di Uskudar, sementara kantornya di dekat Hagia Sophia. Coba buka google maps, kalian akan tahu, Uskudar dan Hagia Sohia terpisah, satu di Benua Asia, satu lagi di benua Eropa, dipisahkan oleh selat Bosphorus. Amboi, kita bisa membayangkan, malam hari Mas Emre di benua Asia, pagi2 dia berangkat naik bus, menuju benua Eropa. Untuk kemudian sorenya, dia naik bus lagi, pulang ke Benua Asia. Wuah, tiap hari, dia bolak-balik antar Benua. Cuma naik Bus.

Ibu2 tua, usia 50-an tahun, Amena, kasusnya lain lagi. Dia adalah pengungsi dari Suriah, terdampar di Paris setahun terakhir. Jadi gelandangan di sana. Sst, dia bukan gelandangan biasa. Lihat, tiap hari dia bisa menatap menara Eiffel. Tapi namanya gelandangan, ya tetap saja gelandangan. Kadang sukarelawan di Paris berbaik hati memberikan selimut dan makanan, perutnya sering lapar, uang tak ada, rumah apalagi, meringkuk kedinginan. Cuma ya itu, meski gelandangan dia bisa selfie sama menara Eiffel tiap hari kalau mau.

Coba pahami tiga situasi ini dengan seksama. Lantas hayatilah, apa definisi perjalanan, definisi petualangan, definisi melihat dunia? Duh, kalau kita pergi ke negara2 lain hanya demi pamer selembar foto, kita harusnya malu dengan Pak Bambang, dia tiap hari keluar negeri, kagak pusing dengan pose terbaik yang harus dishare ke medsos. Apalagi harus lapor, “Eh, lagi di pesawat, nih”, jpret. “Eh, lagi di bandara, loh”, jpret. Lantas senang jika ada yang komen dan memuji foto2 kita. Duuh, kita juga lebih malu lagi sama Mas Emre. Karena dia tiap hari melanglang antar benua, Asia-Eropa, Asia-Eropa. Dan kalau pamer foto di depan menara Eiffel adalah sebuah hal hebat. Catat baik2, ibu2 tua bernama Amena, dia gelandangan di sana, tiap hari lihat Eiffel. Biasa saja.

Lantas apa poin dari sebuah petualangan? Apa definisi dari sebuah perjalanan. Silahkan kalian terjemahkan masing2, tapi sungguh beruntung, orang2 yang setelah melanglang buana, dia pulang, tidak hanya membawa foto2 selfie, tapi juga pemahaman baru, bahwa hidup ini bukan hanya sekadar etalase pameran. Tentu boleh saja posting foto2, manusiawi sekali, tapi selalu pikirkan, apakah kita akan membagikan semua hal kepada dunia? Apakah kita akan melaporkan tiap saat kita lagi apa di medsos? Lantas mulut2 monyong, tubuh2 melengkung kayang, dan pose2 lainnya. Ini pertanyaan yg seharusnya selalu datang setiap kita tergoda mau pamer sesuatu di medsos.

Demikianlah. Apakah kita mau merenungkan soal ini, atau tetap memilih pemahaman lain, tenang saja, tidak ada yang akan memaksa kita. Tulisan ini bukan UU apalagi peraturan militer. Toh, Tere Liye itu cuma penulis, dia tidak memonopoli kebenaran. Siapapun bisa memikirkannya, memilih cara hidupnya. Semoga kita bisa lebih bijak menggunakan medsos. Ini hanya dunia maya. Sehebat apapun kita di dunia maya, sebahagia apapun kita di media sosial atas sanjung, like, komen orang lain, tetap saja, yg tahu persis sebahagia apa kita di dunia nyata adalah diri kita sendiri.

Caiyooo, semoga kalian bersedia memikirkannya. :)

*Tere Liye

Tulisan ini kelihatannya bercanda bikin senyum, tapi emang benar kalau kita mau memikirkannya, sangat dalam maksudnya.
Saya salut deh sama Tere Liye ini, walaupun dalam keadaan kesel, marah tapi tulisannya tetap keren, bahasanya mengalir dan lucu tapi sangat bermakna  buktinya kita disuruh mikir dengan perumpaan yang diberikan hehehe.

Berat juga ya memberikan pemahaman yang baik itu disaat standar tersebut sudah biasa . Misalnya selfie, mungkin bagi orang itu biasa aja, lagi dimana foto, pakai baju apa foto, makan apa pun di jepret. Tere Liye ini mengingatkan kita bahwa budaya pamer itu ngga banget, tanda orang ga bahagia. Walaupun banyak yang koment "saya ga pamer kok cuman nyatat daily activity aja di sosmed" :)

Bagi saya pemahaman itu benar ga usah lapor semuanya di dunia maya toh ga penting juga orang tau, tapi buat yang sering foto  ootd baju klo dia emang jualan baju bagi saya ya sah sah saja. Saya sendiri biasanya klo lagi jalan kemana suka nulis di blog tujuannya sih untuk berbagi mana tau ada yang butuh info tentang destinasi tersebut, karena pengalaman sendiri biasanya sebelum jalan ke suatu tempat saya juga suka cari info, tempat wisata yang bagus dikunjungi, tempat makan dan tempat nginap.

Sekarang kembali ke pada individu masing-masing mau mengambil sikap yang mana, saya yakin kebiasaan ini akan ada akhirnya, pada saatnya nanti mereka akan bosan untuk selalu lapor di dunia maya, mereka butuh ketenangan, keheningan dan privacy, anggap aja saat ini sedang shock budaya, dari zaman yang dulu listrik susah eh sekarang berselancar dunia hanya di telapak tangan .

Buat pengingat saya sendiri bahagia dan kepuasan itu ada di dalam diri, tidak perlu mengumumkannya pada semua orang, cukup kita yang tau, ambil hikmahnya , simpan dalam hati segala prinsip kebaikan, dan laksanakan tanpa nanti

Gitu om Tere, sudah saya pikirkan, bener ga sih? Anggap aja mendekati benar ya hihihi biar saya terus berproses dalam belajar, ciaooooo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar