Selasa, 21 November 2017

Pemahaman Selfie Bagi Seorang Tere Liye

Ada yang lucu seharian kemaren saat baca status Tere Liye di FB eh kok lucu sih ya wong dia lagi marah, aduhh maaf saya tau maksudnya cuman tetap kata2 nya bikin senyum.

Saya tau Tere Liye udah lama berjuang melalui tulisannya untuk memberantas pamer dengan nasihat pemahaman yang benar dan status ngamuk jika selfie pamer tersebut memakai quote dari tulisannya.

Saya membenarkan tulisannya itu dan saya juga mengurangi selfie pamer tersebut. Atas ketidaksukaan Tere Liye orang memakai quote nya pada foto selfie saya juga paham karena tidak sepaham dengan prinsipnya . Saya liat juga banyak selebgram yang foto selfie mereka tidak memakai quote Tere Liye lagi. Saya kaget aja seharian Tere Liye ngamuk dengan membuat status yang banyak betapa dia tidak rela orang memakai quote nya, sampai pada status terakhir saya tercenung dan terharu, Ya Allah pantesan dia ngamuk ternyata alasannya begitu berat pertanggung jawabannya dunia akhirat, saya jadi terenyuh membacanya, saya ikut mengambil hikmah dari tulisan tersebut.

Saya copy paste di sini ya tulisannya untuk jadi pengingat saya, ponakan, anak, cucu, saudara dan yang lain, semoga pemahaman baik ini bisa diresapi dan dilaksanakan .

Tulisan Tere Liye di FB

*Lanjutkan!!

Saya punya cerita ‘fiksi’. Mungkin kalian akan suka membacanya. Tersebutlah dua orang laki-laki dan perempuan saling kirim pesan di akun medsos mereka. Kita sebut saja, nama mereka berdua adalah: Bambang dan Putri.

Bambang: “Bunda, kata Tere Liye, cinta itu adalah perbuatan. Kata-kata dan tulisan indah adalah omong-kosong.”

Putri: “Iya, Bunda setuju banget. Tere Liye itu bagus2 sekali quote-nya. Btw, Ayah sudah sarapan?”

Bambang: “Sudah, Bunda.”

Lantas beberapa detik kemudian, Putri memposting foto mereka berdua. Mesra bersisian, tersenyum. Dengan quote: ‘Cinta itu adalah perbuatan. Kata-kata dan tulisan indah adalah omong-kosong -- Tere Liye’.

Percakapan ini sebenarnya biasa2 saja jika Bambang dan Putri suami istri. Tapi Bambang dan Putri masih SMP. Baca lagi paragraf sebelumnya, dan tambahkan informasi baru tersebut, mereka berdua masih bocah ingusan dalam artian yang sebenarnya. Cinta monyet. Jaman dulu, cinta monyet juga banyak, anak2 SD, SMP kecil2 sudah pacaran. Tapi hari ini, dengan media sosial, cinta monyet lompat ke level yang amat berbeda.

Tertegun. Saya menghela nafas panjang--entah apakah kalian ikut mengurut dada atau tidak.

Itu situasi yang horor sekali. Sangat horor. Ketika tulisan2 yang saya tulis, quote2 yang saya posting di media sosial, melenting jauh sekali, lantas masuk ke kepala orang2 yang bahkan tidak tahu apa makna, apa maksudnya. Quote tadi, itu ada di novel “Kau, Aku & Sepucuk Angpau Merah”. Dalam kisah tersebut, Borno, tokoh utama cowoknya, bahkan takut sekali memegang anak gadis orang lain karena ingat nasihat Mamaknya. Tapi cerita tersebut tidak sampai di kepala Bambang dan Putri, jangankan baca bukunya, mereka sebenarnya tidak tahu siapa Tere Liye, mereka hanya fokus pada quote-nya. Entah bagaimana mereka menerjemahkan “cinta adalah perbuatan” tersebut.

Dan bukan hanya Bambang dan Putri yang salah paham, bukalah instagram, twitter, facebook, lebih dari 100.000 foto mencomot quote Tere Liye. Tidak semua foto2 itu relevan dengan nasihat quote, satu-dua masih wajar, satu-dua masih oke2 saja, satu-dua itu horor sekali! Apakah pelakunya semuanya adalah kids jaman now? Generasi micin? Tidak. Bahkan ada kids jaman ketumbar, kids jaman odong-odong, alias sekarang sudah emak-emak, juga asyik sekali mengambil quote Tere Liye demi menunjang “popularitas”-nya sebagai selebgram.

Sudah sejak bertahun-tahun lalu saya memposting soal ini. Silahkan buka postingan lama, kalian akan tahu persis. Bukan baru hari ini saya menulis soal ini dan mengomel panjang lebar. Sayangnya, Bambang dan Putri, juga termasuk kalian, mungkin baru hitungan hari berada di page ini, jadilah kalian tidak tahu--untuk kemudian merasa sok kenal sekali dengan Tere Liye. Postingan itu sama substansinya dengan yg di posting tahun lalu, dan tahun lalunya lagi. Hanya ditulis ulang, redaksinya disesuaikan.

Adik-adik sekalian, saya tidak pernah meminta ketenaran dalam dunia menulis ini. Saya tidak memposting foto saya sendiri. Saya tidak bersedia di interview media massa, saya tidak muncul di televisi, dsbgnya. Dan saya super disiplin melakukannya. Saya terus-terang, tidak senang melihat pembaca saya berdesak2an minta tanda-tangan. Saya tidak happy melihat orang yang bahkan nangis minta foto bareng. Saya tidak pernah meminta popularitas. Buat apa? Karena saat saya mati, malaikat tidak akan bertanya berapa banyak orang yang kenal dengan saya. Tapi page ini tumbuh cepat sekali, hari ini ada 4 juta followernya. Belum lagi yang tidak bergabung, tapi dia rajin pakai quote2 saya di instagram, twitter, dll. Saya cemas, banyak sekali yang keliru memahami dunia kepenulisan Tere Liye. Sampai2 ada yang menyangka saya itu lembut orangnya, bijak selalu, senantiasa sabar. Aduh, di mana lembutnya seorang penulis yang pernah menulis novel dengan judul: “Negeri Para Bedebah”. Sedikit sekali novel dengan judul kata “bedebah”, bahkan judul asli novel ini adalah “Bangsat”. Tulisan2 saya itu menusuk, membuat nyilu, tidak ada sabar2nya! Hanya karena kalian tidak membaca novel2nya, hanya karena kalian cuma baca quote2, jadilah kalian keliru.

Boleh selfie? Tentu boleh. Itu hak semua orang. Boleh posting foto pacaran. Itu hak kalian, dan saya bukan orang tua kalian. Tapi boleh posting foto selfie lantas pakai caption quote Tere Liye? Boleh. Hanya saja, pastikan nyambung. Misalnya, foto bareng best friend, mungkin masuk akal jika captionnya: “ Sahabat baik seperti belajar naik sepeda, walaupun lama tak bersua, jarak dan waktu memisahkan, saat bertemu kembali, tetap sama, mungkin sedikit kaku di awalnya, tapi sama menyenangkan -- Tere Liye” Amboi, itu mungkin cocok.

Tapi jika kalian hanya selfie pamer sedang di pantai, jangan pakai quote Tere Liye, pakailah quote ini: “Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat-- Pasal 33 UUD 1945”. Jika kalian sedang foto selfie di depan patung Merlion Singapura, ingin ngasih tahu ke semua orang kalian sedang di LN, gunakan quote ini: “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan --Pancasila”. Atau selfie bareng pacar, ciuman mesra banget, pakailah quote yang ini: “Kerja. Kerja. Kerja -- Jokowi”. Tidak perlu pakai quote Tere Liye.

Saya tahu, ada yang marah, tersinggung, saat persoalan ini dibahas--karena merasa hobi selfie-nya yg sedang dipermasalahkan, padahal bukan. Tapi saya harus membahasnya. Agar besok lusa, saat hari akhir, saya di tanya malaikat: “Tere Liye, lu tahu kagak kalau tulisan2 lu itu malah memberi inspirasi negatif ke orang lain, hah? Lu tahu kagak kalau tulisan2 lu itu malah jadi pembenaran bagi orang lain, hah?” Saya bisa menjawabnya. Meski dengan suara gemetar, kaki lunglai, sy bisa bilang, “Om Malaikat, saya sudah berusaha mengingatkannya. Sungguh.” Saya jelas ikut ‘berdosa’ loh, dek. Semua yang kita katakan, yang kita tulis, itu diminta pertanggungjawabannya.

Nah, sekali lagi, tidak ada yang sedang menghakimi kebiasaan selfie. Yang mau silahkan teruskan. Tapi jelas, saya keberatan jika kalian memposting foto selfie tidak nyambung dengan quote page ini.

Dengan bombardir postingan soal ini sepanjang hari ini, semoga tambah banyak yang paham. Satpam cipirili beroperasi aktif sepanjang hari. Dan postingan serta komentar susulan di desain sedemikian rupa untuk ‘memancing’ bersih2 masal. Itu juga cara terbaik membersihkan profil2 yang memang tidak akan pernah menerima penjelasan--sehebat apapun penjelasan dibentangkan. Menyingkirkan 300-400 akun ini lebih baik daripada mengorbankan pemahaman ratusan ribu remaja lainnya. Kalian yang sudah bertahun2 ikut page ini, seharusnya sudah hafal soal bersih2 massal ini. Yang baru gabung, hitung2 shock therapy.

Baiklah! Sampai bertemu episode berikutnya. Tentu saja, seperti yang tadi dibilang, ini bukan kali pertama page ini menulis soal ini. Dan jelas, bukan yang terakhir.

Ahiya, kalau kalian lagi selfie di LN, lantas ingin pamer di instagram, daripada pakai quote Tere Liye yang sombong, belagu, novel2nya nggak laku, sok terkenal itu, maka lebih baik pakai quote ini saja: “Lanjutkan! --SBY”.

*Tere Liye

Tidak ada komentar:

Posting Komentar