Selasa, 26 April 2016

Jiwa Yang Tenang, Makna Dari Surat Al-Fajr

 Assalamualaikum ............

Alhamdulillah hapalan saya sudah sampai surat Al Fajr, walaupun butuh waktu berminggu minggu agar lancar :}

Arti dan makna surat Al Fajr ini bagi saya sangat dalam maknanya, terutama ayat terakhir yang sudah sering banget saya dengar kalimatnya. Bagi saya kalimat tersebut sangat bagus dan menyentuh hati

"Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada TuhanMu dengan hati yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati rida dan di ridhai oleh-Nya.Masuklah kedalam golongan hamba-Ku. Dan masuklah ke surga-Ku."

Puluhan tahun lalu pertama kali saya membaca arti dari ayat Al-quran ini,  saat itu saya masih sekolah dan belum banyak berinteraksi dengan Al-Quran. Saya bertanya tanya didalam hati seperti apa ya jiwa yang tenang itu? Karena Allah menyuruh kembali dan menerima hambanya hanya yang berjiwa tenang. Apakah jiwa yang tenang itu orang yang santai dan ga gampang marah atau yang cool habis :). Hanya itu dulu dugaan saya yang akalnya masih pendek.

Pertanyaan itu saya simpan terus di dalam benak dan pikiran saya.
Sekarang saat menghapal ayat tersebut dan membacanya berulang-ulang saya teringat kembali pertanyaan tersebut. Saya menemukan penjelasan yang rinci dari Ibnu Athaillah dalam bukunya Misteri Berserah Diri Kepada Allah.

Saya tulis ya disini penjelasannya biar saya ingat :}

1.Ayat ini mengindikasikan bahwa ada tiga macam jiwa yaitu jiwa yang memerintahkan kepada keburukan, jiwa yang menyesali diri dan jiwa yang tenang. Allah Swt hanya berbicara kepada jiwa yang tenang

2. Dalam ayat itu Allah memberikan nama kuniyah (julukan) kepadanya. Dalam bahasa Arab, nama julukan digunakan untuk mengungkapkan kemuliaan dan kebanggaan.

3. Allah memuji dan menyanjungnya sebagai jiwa yang tenang karena ia telah berserah diri dan bersandar kepada-Nya.

4. Allah menggambarkannya sebagai jiwa yang bersifat tenang. Kata al-muthama'in (yang tenang) berarti tanah yang rendah. Karena ia merendah dengan ketawaduannya, Allah memujinya dan memperlihatkan kemuliaannya.

5. Jiwa yang memerintahkan kepada keburukan dan jiwa yang menyesali diri tidak diizinkan kembali kepada Allah dengan penuh kemuliaan. Hanya jiwa yang tenang yang diizinkan kembali kepada-Nya karena ketentraman yang dimilikinya. Ayat ini menyiratkan dorangan kepada hamba untuk mencapai maqam jiwa yang tenang, yang hanya bisa dicapai dengan berserah diri kepada Allah dan tidak ikut mengatur bersama-Nya.

6. Penggunaan frase kembali kepada Tuhanmu menunjukan kelembutan rububiyyah-Nya yang menentramkan, menyejukan dan merupakan penghormatan baginya.

7. Allah berfirman, "dengan hati yang ridha" yakni dengan ridha kepada Allah di dunia dengan menerima segala ketentuan-Nya dan di akhirat dengan kebaikan dan karunia-Nya. Hal itu mengingatkan hamba bahwa kembalinya ia kepada Allah hanya bisa diraih dengan sikap tentram dan rida kepada-Nya. Ayat itu juga menyiratkan bahwa seseorang baru mendapatkan rida dari Allah Swt di akhirat jika ia bisa ridha di dunia.

8. Firman Allah Swt. "dan di ridhai oleh-Nya", merupakan pujian yang sangat istimewa kepada jiwa yang tenang. Itu merupakan pujian dan sebutan yang paling agung. Bukankah Allah telah berfirman, "Ridha dari Allah adalah lebih besar".Pernyataan itu diungkapkan setelah Dia menyebutkan pelbagai nikmat yang di dapatkan oleh penduduk surga. Artinya.di banding semua nikmat surga lainnya, nikmat ridha Allah kepada mereka merupakan nikmat yang paling agung dan besar.

9. Firman Allah, "masuklah ke dalam golongan hamba-Ku," artinya ia diseru dan di ajak masuk ke golongan hamba-Nya. Lalu, hamba seperti apakah yang dimaksud dalam ayat itu? Mereka adalah hamba yang mendapatkan kemuliaan dan pertolongan bukan hamba yang menjadi target kemahakuasaan dan kemahaperkasaan-Nya. Mereka adalah hamba yang dikatakan kepada Allah, "Engkau tidak memiliki kekuasaan atas para hamba-Ku itu, bukan hamba yang dikatakan, "Seluruh yang terdapat di langit dan bumi datang kepada Tuhan yang Maha Pemurah sebagai hamba".

10. Firman Allah, "Dan masuklah ke surga-Ku mengandung isyarat bahwa seluruh sifat yang dimiliki oleh jiwa yang tenang itulah yang membuatnya layak diajak bergabung ke golongan hamba-Nya dan masuk ke surga-Nya. Surga yang dimaksud adalah surga ketaatan di dunia dan surga kenikmatan di akhirat.

"Sifat tenang dan ridha manusia itu hanya bisa terwujud ketika hamba tidak ikut mengatur. Jiwa manusia tidak akan tenang sebelum ia berhenti mengatur bersama Allah karena memercayai pengaturan-Nya yang baik. Sebab. apabila ia telah ridha kepada Allah tentu ia akan berserah diri kepada-Nya, tunduk pada putusan-Nya dan taat kepada perintah-Nya. Dengan begitu ia merasa tentram dengan pemeliharaan-Nya dan tenang dengan bersandar kepada kekuasaan-Nya. Ia tidak lagi merasa gundah dan risau."

Alhamdulillah Alladzi bi ni'mathi tatimus shalihat..... seneng dapat penjelasan ini bertahun tahun hanya jadi pertanyaan  di hati sekarang udah tau jawabannya:),  Sekarang tinggal mengamalkannya bagaimana caranya biar menjadi hamba Allah yang tenang dan ridha. Allahu musta'an.

Rabu, 20 April 2016

Masa Penantian

Sebaik-baik nasehat adalah kematian


Beberapa bulan ini berita duka berturut-turut menghampiri keluarga saya. Mulai dari mamak.tante sampai yang terakhir sepupu yang berusia sama dengan saya. Jujur setelah pulang dari ngelayat, mesjid lalu ke  kuburan. Saya selalu pulang kerumah dengan penuh pikiran.

Pikiran dan hati saya berkecamuk, Ya Allah akhir seperti apa nanti yang akan saya hadapi ? Semua berharap berpulang dengan khusnul khatimah dan sebaik-baik amal. Tapi kita tidak bisa memastikan hanya bisa berusaha dan berdoa. Antara harap dan takut bermain-main dipikiran saya.

Karena ini masalah takdir yang berada di luar kendali manusia, pada akhirnya saya hanya bisa pasrah dan terus berdoa semoga kembali kepada Allah dengan keadaan beriman. Satu yang selalu saya tanamkan berulang kali di hati saya, terus berbuat kebaikan, lakukan yang bermanfaat dan jauhi dosa.

Semoga Allah selalu berikan hidayah sampai nafas terakhir saya dan yang terucap hanya Allah di lisan dan hati saya. Aamiin...


Rabu, 13 April 2016

Bertetangga Sampai Ke Surga

Udah lama ya ga cerita soal taklim milano, pengajian dikomplek kami. Walaupun orangnya semakin menyusut tapi ga mengurangi semangat untuk tetap mengadakan kajian ini. Semoga penyusutan ini bukan karena bosan atau futur tapi karena ada uzur lain yang saya harap suatu hari nanti mereka akan ikut kembali. Tetap semangat dengan cita-cita "Bertetangga Sampai Ke Surga"

Taklim bagi saya kebutuhan, sama seperti seperti kebutuhan makan dan minum. Sepenuhnya saya sadar bahwa ilmu saya masih kurang, amal masih sedikit sedangkan maut pasti akan datang tanpa permisi. Bagaimana mau beramal kalau belum berilmu. Maka berilmu dulu sebelum beramal.

Ada sesuatu yang baru dalam taklim beberapa bulan ini, Ada kewajiban setoran menghafal. Sepertinya kita-kita harus dipaksa dengan jadwal setoran dengan memakai buku laporan, soalnya selama ini kalau di suruh setoran sendiri semua pada bilang belum hafal :)). Tapi saya senang dengan metode setoran ini karena mau tidak mau saya jadi lebih disiplin dalam menghafal,  Dulu pas ingat dan kapan mau aja menghafalnya tapi sekarang udah tau kalau minggu depan setoran surat apa karena telah ditentukan. Semenjak rutin menghafal ini rasanya saya ga punya waktu lagi buat membaca novel :).

Menghafal ini tidak mudah tapi juga tidak sulit. Tidak mudah karena saya harus rajin mengulang-ulang setiap hari dan tidak bisa hanya sekali membaca untuk hafal. Tetapi tidak sulit juga karena ternyata saya bisa juga menghafal surat-surat yang lebih panjang. Jadi... mungkin ini soal niat, semangat dan ketekunan. Semoga Allah mudahkan kami semua dalam menghafal ayat-ayat NYA dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Jika saya lagi malas dan cape saya ingat suatu nasehat bahwa tidak ada kata istirahat di dunia. Istirahat itu jika kaki sudah menapak di surga. Jadi,,,,,,,,,,,,,, jangan pernah lelah untuk berbuat kebaikan.
Yuk...semangkA kakak...:)  semangat karena Allah............