Jumat, 08 Oktober 2021

Yogyakarta Bercerita Ke 3

Jika saya  di tanya tentang hubungan buku dan Yogya maka saya mau bilang hubungan mereka bikin saya bahagia.

Lho kok gitu? Iya karena di Yogya saya merasakan buku itu berlimpah, mudah di dapat dan harganya murah, jenisnya pun bermacam macam.

Sebagai anak daerah yang suka membaca tapi akses memperoleh buku sulit maka begitu di Yogya melihat shoping, sosial agency dan toko buku lainnya membuat saya kegirangan.

Buku apa yang berkesan selama saya di Yogya? Hhmm banyak buku tapi rata2 yang saya banyak beli selama di Yogya selain buku kuliah, buku fiksi terutama fiksi islam, buku agama dan buku psikologi dan buku pengembangan diri.

Buku fiksi islam pada tahun 90 sedang jaya2nya banyak pengarang baru bermunculan dan karyanya bagi saya seperti belajar ilmu agama secara tidak langsung. Seperti bagaimana batasan pergaulan pria dan wanita dan bagaimana hijab seorang wanita. Karena disampaikan lewat cerita bagi saya lebih masuk ke hati.

Buku agama tempat pencarian saya lebih lanjut. Ketika di Yogya dan bergaul di kampus saya merasa ilmu agama saya nol, teman2 saya yang kebanyakan lulusan pesantren pada pinter2 yang membuat saya takjub. Asli waktu itu saya sempat minder. Tapi kemudian saya berusaha untuk banyak belajar.

Sedangkan buku psikologi dan pengembangan pribadi saya tertarik bagaimana menjadi pribadi yang bermanfaat. Selain itu saya membawa luka pribadi dalam kehidupan masa lalu saya yang berusaha saya sembuhkan. Luka ini tidak mengganggu secara kepribadian tapi dia seperti memori yang selalu ada si kepala saya, kadang keluar dan kadang hilang bertahun tahun. 

Jadi itulah kenangan antara saya, buku dan Yogya. Bagi saya menulis itu cinta, membaca itu kebahagian. Meninggalkan jejak kenangan lewat tulisan membuat saya belajar dan melihat bagaimana proses pendewasaan saya dari tahun ke tahun. Saya bertumbuh, saya dewasa tapi adakalanya saya terjatuh sedalamnya ketika saya terluka.

#ybc2103




Selasa, 05 Oktober 2021

Yogyakarta Bercerita ke 2

Dua bulan lalu sewaktu covid sedang mengganas banyak sekali berita sedih dari berbagai kota termasuk Yogyakarta.

Kehilangan teman, keluarga yang saya kenal, maupun banyak cerita yang saya baca pergi karena covid. Berita yang paling kelu anak yang kehilangan dua orang tuanya sekaligus.

Di bulan Juli, setelah subuh, salah satu teman kuliah mengabarkan melalui wa klo teman kami mas A telah berpulang karena covid. Temanku ini sangat terpukul karena ia dekat dan sering di bantu oleh mas A dan istrinya dalam pekerjaan. Yang bikin ia bersedih istri mas A ini rajin menanyakan kondisinya dan memberi semangat karena ia sedang pengobatan ca, dan ia juga lupa menanyakan bagaimana kabar mas A dan istrinya, yang ternyata lagi sakit. 

Setelah berbincang melalui wa yang penuh airmata, aku menghela nafas panjang, hidup ini sungguh tak bisa di prediksi,  hari ini sehat besok bisa lewat. Yang hari ini sakit, besok2 masih bisa tetap bertahan hidup. 

Setelah hampir dua bulan Allah pertontonkan kenyataan yang memilukan, istri kehilangan suami, suami kehilangan istri dalam waktu cepat, dan anggota keluarga yang lain,  hikmah apa yang bisa aku ambil?

Banyak sekali hikmah yang terasa. Melihat kematian di depan mata tanpa pandang strata ekonomi dan usia membuat hati dan jiwa ini juga bersiap siap seandainya waktu itu akan datang.

Sayang, hati tak pernah juga bisa siap walaupun sudah dipersiapkan semaksimal mungkin. Begitu banyak hal kebaikan yang belum di lakukan dan begitu banyak kesalahan khilaf dan dosa yang telah dilakukan.

Allah menegur manusia melalui covid ini, virus yang tak terlihat sanggup meresahkan seluruh dunia. Semua orang sibuk dan panik. Kepintaran dan kesombongan manusia ga ada apa2nya jika Allah sudah berkehendak.

Akhirnya manusia dipaksa sadar, sepandai apapun manusia, secanggih apapun teknologi, tetap kekuasaan Allah lebih besar.

Bagaimana dengan dugaan ini hanya sebuah konspirasi. Jika ini benar pun, berarti apa yang telah mereka lakukanpun telah melalui izin Allah.

Setelah sekian lama manusia lalai terhadap banyak hal, Allah paksa manusia untuk sadar dan merenung. Sekarang Setelah hampir 2 tahun di beri cobaan insya Allah akan lahir manusia manusia dengan pemahaman yang lebih baik.

#ybc2102

Sabtu, 02 Oktober 2021

Yogyakarta Bercerita ke 1

Yogya
Satu kata yang membuat aku tidak bosan 
Menuliskannya
Menceritakannya atau hanya sekedar mengingatnya

Mari kita mulai perjalanan
Mengabadikan Kenangan dan perasaan


Alhamdulillah sampai lagi di bulan Oktober, jadwalnya Yogyakarta bercerita. Setelah dua tahun berturut-turut ikutan acara ini selama 14 hari. Terasa menyenangkan menulis kembali memori lama atau melihat dan menceritakan bagaimana Yogya hari ini yang berbeda dengan Yogya yang masa lalu. 
Bercerita tentang Yogya memang membuat hati hangat dan bahagia. Karena apa? Sesuai dengan slogannya, Yogya berhati nyaman.

Untuk tahun ini mau banyak bercerita tentang perasaan tentang jodoh yang Allah pertemukan di Yogya. 

Tahun lalu ada yang protes kenapa ga ada cerita tentang kisah asmara selama penulisan, sejujurnya malu mau cerita, tapi dipikir-pikir ga apa juga karena bagian dari kenangan, dan aku pengen kenangan ini tetap hidup dengan menuliskannya

Mari kita mulai...

Dulu waktu kuliah disana sempat kepikiran, aku mau cari orang Yogya aja biar bisa tinggal disini, ga usah orang Padang, masak jauh-jauh kuliah dapat orang awak lagi. 

Nah itu harapan, bagaimana dengan kenyataannya?

Benar seperti apa yang orang dulu katakan jangan membenci atau tidak menyukai sesuatu bisa jadi akhirnya engkau akan mencintainya. 

Yes itulah yang terjadi denganku.

Selama bertahun tahun di Yogya ada beberapa orang lokal yang mendekati dan serius karena dari awal aku sudah mengatakan aku ga mau pacaran. 

Beberapa kali pendekatan dengan waktu yang singkat, rasa itu tidak bertemu, dan akhirnya berakhir dengan pertemanan biasa.

Alasannya kenapa?

Hhmm macam-macam kadang bukan hal yang prinsip hanya beda perilaku dan pandangan.

Ternyata hati dan pikiranku belum ikhlas untuk menerima perbedaan seluruhnya

Karena dibesarkan dengan kultur Sumatera dan sudah terbiasa dengan itu, aku juga berharap tidak ada perbedaan yang jauh tentang kebiasaan

Aneh kelihatannya, mau dengan orang yang berbeda suku tapi ga mau menerima perbedaan

Sekali lagi itu hanya harapan
Ternyata kenyataan sering kali berbeda

#ybc2101