Selasa, 15 Agustus 2023

Sandwich Generation VS Birrul Walidaian

Saya bukan pakar keuangan dan juga bukan orang yang bagus memanage keuangan even keuangan rumah tangga jika yang di pakai acuan teori para perencana keuangan. Ini hanya tulisan kegelisahan, curcol atau apalah yang menari nari di kepala saya.

Berapa tahun lalu saya sering mendengar istilah sadwich generation (SG) disalah satu sosmed seleb perencanaan keuangan, karena ga ngerti itu istilah apa berusaha nyari di google. 

Ini hasil pencarian saya di google

"Orang-orang yang ada dalam situasi terjepit karena dituntut untuk memenuhi kebutuhan orang tua dan anaknya di waktu bersamaan. Situasi seperti ini kerap kali menyebabkan seseorang merasa frustasi bahkan mengalami kesulitan ekonomi".

Setelah baca ini saya merasa sedih, berarti saya generasi SG karena membantu ortu dan keluarga dalam hal financial. Cuman saya ga merasa frustasi, klo merasa uang jadi habis dan hidup jadi semakin pas2an sih iya. 

Pemahaman ini menguap begitu aja dan saya menjalani hidup saya seperti biasa. Penghasilan kami  lumayan untuk golongan menengah, habis untuk kebutuhan keluarga dan membantu keluarga yang kesulitan ekonomi baik dari pihak saya dan suami. 

Pernah kepikiran wah gimana nih ga punya tabungan, boro2 dana pensiun, dana darurat aja ga punya, apalagi investasi. Saat saya membicarakan dengan suami, ga usah khawatir uang klo habis itu tandanya akan datang lagi, bagi saya mending uang habis daripada melihat keluarga yang kesulitan ga bisa di bantu terutama orang tua. 
Walau sedikit menyanggah saya akhirnya manut dengan prinsip suami itu. 

Makanya ketika ada yang membahas SG dimanapun, rasanya saya ingin tutup kuping, saya pengen bilang iya saya benar membantu keluarga dan keuangan saya tidak perfect tapi saya tidak ingin di katakan generasi SG yang frustasi.

Empat tahun intens menjaga mama dari yang mulai bisa jalan sampai hanya bisa tiduran saja, dari satu operasi ke operasi lainnya, saya mengambil keputusan full merawat mama dan meninggalkan kerjaan saya atas dasar birrul Walidaian (BW), keuangan kami seperti biasa pas setiap bulan, bahkan pernah bingung ketika operasi memakan biaya ratusan juta dan tidak di cover BPJS. Tapi akhirnya Allah mudahkan.

Beberapa bulan saya intens mendengar kajian Riyadush Shalihin bab Birulwalidain oleh ustad Nudzul Zikri, pemahaman saya bertambah, dalam Islam tidak istilah SG yang ada istilah BW.

Kesimpulan pribadi saya yang belum bisa saya buktikan ketika nanti saya tua bagaimana, karena sekarang kami masih bekerja dan belum pensiun, ini hanya kesimpulan sementara ketika usia kami menjelang 50 an.  Ga usah takut uang habis karena membantu orang tua, jika kita membantunya dengan ikhlas, Allah ridho, insya Allah ada saja rezeki dan jalan dalam memenuhi kehidupan. Bukankah segala yang kita keluarkan termasuk investasi, investasi akhirat yang nanti akan kita panen di yaumul akhir. 

Saya hanya ingin berbagi insight  jika diluar sana ada yang berpikiran sama. Khawatirnya karena istilah SG lebih gencar di gaungkan maka makna BW menjadi hilang. 
Tapi saya setuju dengan merencanakan keuangan yang baik jika kita berpenghasilan, terus masih bisa berbagi dan masih bisa menabung, dengan situasi seperti ini maka ikutilah skema perencana keuangan setidaknya hati menjadi tenang jika ada kebutuhan darurat. 

Saya pernah menemui berapa kali cerita, seorang anak yang lebih mengutamakan menata keuangan dengan sebaiknya dengan mengenyampingkan kewajiban menafkahi orang tua yang tidak mampu dengan alasan tidak mau menjadi generasi SG dan merasa malu karena terlahir sebagai generasi SG dan bercita-cita memangkas generasi SG untuk anak keturunannya dengan melakukan perencana keuangan sebaik mungkin. 

Untuk hal ini saya cuman mau bilang terlalu banyak kejadian di depan mata bahwa kenyataan tidak seperti rencana. Udah merencanakan plan A ternyata ada musibah penyakit atau bencana alam yang menimpa hingga memporak porandakan keuangan yang telah disusun. Bukankah pandemi covid selama 3 tahun mengajarkan kita banyak hal? Baik dari segi tauhid maupun tawakal.

Tetap kejar berkah dan lakukan apa yang Allah syariatkan soal hasil bagaimana perkuat tawakal dengan ikhtiar tetap jalan terus.

Tulisan ini buat saya juga, yang kadang hati lemah jika tergoda pesona dunia apalagi sosmed yang menaburkan kehidupan menyenangkan.



Jumat, 31 Maret 2023

Ramadhan 2023

Alhamdulillah masih di kasih umur buat menjalani Ramadhan di tahun ini yang sudah lebih bebas beraktifitas di bandingkan dua tahun yang lalu masa pandemi. 
Tahun ini masih mengurus mama yang kondisinya lebih menurun dari tahun lalu. Tahun lalu mama masih bisa puasa tahun ini ketika di coba jam 10 pagi mama sudah kliyengan dan suhu badan mulai panas. Akhirnya kita putuskan tahun ini mama full bayar fidyah saja. 
Kegiatanku juga masih lebih banyak mengurus mama karena mama untuk aktifitas ke kamar mandi, duduk dan berdiri harus di bantu. 
Sempat hati ini bertanya, apa aku bisa optimal beribadah ya di bulan ramadhan ini dengan kondisi menjadi suster siaga 24 jam buat mama? 
Ayang bebeb langsung bilang bukankah apa yang kamu lakukan itu sudah ibadah dan pahalanya lebih besar karena itu kewajiban. Iya sih aku tau tapi tetap saja pengen ibadah yang istimewa di luar hari lain, aku juga pengen ke mesjid untuk tarawih merasakan vibes nya ramadhan eh sepertinya itu salah niat klo cuman untuk merasakan vibes 😊
Aahhh sudahlah, cuman bisa  banyak berdoa dan minta pertolongan Allah agar aku bisa beribadah dengan maksimal di bulan ramadhan ini gimana nanti pelaksanaanya terserah Allah saja. 
Laa hawla waa laa quwwata Illa Billah , tiada daya upaya kecuali dengan kekuatan Allah yang maha tinggi lagi maha agung. 

Minggu, 26 Maret 2023

Saat Lanjut Usia



Hal yang paling dirasakan orang tua saat tubuh sudah lemah, tidak bisa melakukan aktivitas secara mandiri lagi adalah perasaan kesepian, terutama yang masa mudanya aktif berkegiatan kesana kemari walaupun dia seorang ibu rumah tangga tapi suka bepergian.

Saya hampir 4 tahun ini mengurus mama yang sudah sepuh dan sakit, harus di bantu untuk segala aktivitas. Mood beliau gampang sekali berubah. Walaupun setiap hari ada anak yang menemani, tiap pekan anak dan cucu berkumpul jika tidak bisa seluruhnya mesti ada yang datang. Begitu pun keluarga besar ada jadwal tiap bulan untuk berkumpul. Tapi tetap saja ketika beliau di rumah lalu ketika anak-anak pamit pergi keluar kota atau luar negri, raut wajah beliau terlihat sedih, rasanya pengen ikut tapi badan sudah ga kuat, hal tersebut menimbulkan kemuraman dalam harinya  
Kelihatanya masalah sepele karena  logikanya sudah tua ya begitu, memang cuman bisa di rumah saja ternyata bagi beliau itu juga menimbulkan masalah emosi. Menimbulkan perasaan tidak berguna dan kesepian. Dari sini saya belajar, begini rasanya tua, merasakan apa itu rasanya sepi, memang menyedihkan walaupun kehidupan memang berjalan seperti itu. 

Peer banget bagaimana menjaga mood dan perasaan orang tua tetap happy dan tidak merasa di tinggalkan, pengennya ditemani terus, jika sedang bersama beliau jangan sibuk dengan hp, diajak ngobrol, sering-sering telp walaupun hanya mengatakan satu kalimat, apa kabar. 

Saya sendiri walau sudah bertahun tahun merawat mama tetap saja suka kebablasan menjaga emosi. Orang tua yang kita hadapi sekarang bukan orang tua kita yang dulu, sifat dan tingkah nya sudah berbeda kembali seperti anak-anak dan itu sudah sunatullah, kesukaan makananpun bisa berubah total dari saat muda dulu. Susah dibilangin, suka melakukan apa yang dilarang. Tapi jika melihat tubuh lemah beliau, wajah dan tangan yang keriput hati jadi gemetar menahan haru. Tangan yang dulu banyak berjasa melakukan apapun buat keluarga, sekarang lemah tak berdaya. Kaki yang tak lagi kuat melangkah jangankan banyak langkah hanya sekedar mengangkat kaki saja terasa berat dan tak sanggup, untuk menapak menginjak lantai saja limbung, untuk satu langkah saja perlu waktu bermenit menit. 

Surga dan neraka begitu tipis jaraknya jika tak sabar dalam merawat orang tua. Berharap surga yang didapat malah neraka jika tidak ikhlas dan sabar. 
Pernah saya menahan tangis saat mengangkat mama ke kamar mandi, saya menahan sakit di pinggang tapi berusaha kuat di depan mama, tangis lepas saat sudah beres merapikan mama, bukan tangisan sedih karena mengurus mama tapi sedih karena tidak kuat sedangkan yang di lakukan mama dulu  terhadap saya lebih dari itu. Saat suami melihat saya menangis dia langsung memeluk sambil mengusap kepala dan mengatakan "sabar ya, Allah beri kekuatan kepada anak yang berbakti, Allah jaga kesehatan kamu, kenapa birrul walidaian itu ga mudah karena surga itu juga mahal'.

Kajian Riyadush Shalihin sudah hampir  tiga bulan tiap hari membahas tema 'Berbakti Kepada Orang Tua dan Silaturahmi'. Kelihatannya tema nya sepele yang semua orang juga sudah tau tapi ternyata ketika dibahas begitu detail ternyata banyak hal yang saya baru mengerti.
Contohnya, masalah uf, saya tau dalam Al-qur'an ada ayat yang melarang kita berbicara ahh,uf kepada orang tua. Uf ternyata bukan hanya tentang sebuah perkataan kasar tapi juga mengenai cara paling lembut untuk menolak dengan cara paling halus. Bayangkan cara paling halus untuk menolak atau keberatan saja kita dilarang. Astagfirullah, udah berapa banyak kesalahan yang telah saya buat. Inilah pentingnya ilmu, tanpa ilmu kita tidak bisa beramal dan beribadah.
Semoga Allah mudahkan untuk beramal sesuai syariat. Aamiin.