Rabu, 22 Mei 2013

Menikah Untuk Bahagia (Formula Cinta Membangun Surga di Rumah) by Indra Noveldy & Nunik Hermawati


 Pasti kita senang jika melihat rumah tangga yang bahagia dan sebaliknya sangat sedih jika melihat rumah tangga yang suram apalagi mendengar berita perceraian.
Buku ini mengupas seluk beluk pernikahan mulai dari tujuan, mindset, knowledge and skill, komitmen dan berserah.
Buku ini ditulis berdasarkan pengalaman penulis yang sempat mengalami pasang surut pernikahan. Dalam pembuka bukunya penulis menceritakan bagaimana mereka mengalami "sakit" dalam kehidupan pernikahan hingga akhirnya mereka berjuang bersama-sama mewujudkan impian.
Saya sangat senang membaca buku-buku pernikahan karena efeknya sangat luar biasa.
Segala sesuatu yang kita lakukan harus didasari ilmu apalagi untuk pernikahan yang tanggung jawabnya dunia akhirat.
Makanya saya semangat membaca buku ini walaupun pernikahan saya menuju 10 tahun (rasanya seperti baru ;) ). Untuk yang belum menikah persiapkan ilmunya dari sekarang banyak belajar dan mencari informasi. Sedangkan yang sudah menikah tetap saja harus mencari ilmu karena hidup itu selalu berubah begitu juga dengan manusia. Jangan sampai kita tidak siap dengan perubahan yang ada.
Let's go...mari kita mengambil ilmu dari buku ini :).
Tujuan pernikahan pasti ingin bahagia. Bagi seorang muslim Sakinah Mawaddah dan Warahmah menjadi tujuan. Untuk mewujudkannya islam telah menuntunnya dalam Alqur'an dan hadist.
Dalam prakteknya banyak kerikil2 yang membuat kita tersandung dalam menjalani proses. "Cara kita memandang sesuatu akan mempengaruhi cara kita bersikap" untuk itu diperlukan pemikiran yang benar dan pemahaman yang baik, agar kita jernih dalam mensikapi segala hal yang timbul dalam pernikahan.
Pertanyaan yang mengelitik dalam buku ini "Hubungan saya baik-baik saja. Yakin?" Hhmm sering kita menjumpai orang yang kita lihat kehidupannya harmonis, serasi tiba2 mengajukan cerai atau curhat mengenai prahara mereka. Untuk mengecek pernyataan "baik-baik saja" ini harus dibutuhkan keberanian dan kejujuran untuk bisa melihat kondisi yang sebenarnya dari kehidupan pernikahan dan ini harus dilakukan oleh dua belah pihak. Pernikahan yang telah berlangsung bertahun-tahun tidak menjadi jaminan akan baik-baik saja. Lebih baik bertanya "Benarkah pernikahan saya baik-baik saja? Parameter apa yang saya pakai untuk menilainya? Apakah yang saya rasakan sama dengan yang dirasakan pasangan saya? Bahagiakah dia sebenarnya selama ini? Atau hanya sekedar bertahan saja dalam pernikahan ini? Masih adakah gregetnya kehidupan pernikahan saya? Dll.."
Hayoo mari kita jawab dengan jujur :)
Hukum selalu memberi harus ditanamkan dalam pernikahan. Bukan hanya sekedar take and give saja. Karena jika kita sudah berpikir "saya khan sudah memberi trus apa yang telah saya terima?" Hubungan hitung-hitungan yang seperti transaksi ini biasanya tidak langgeng.
"Menjadi orang baik saja ternyata tidak cukup" waduh kalimat ini kok rasanya aneh. Apa maksud penulis yah ngomong kayak gini? Mari lanjut baca :))
Kasus selingkuh yang sering terjadi bukan terjadi dengan tiba-tiba. Orang ketiga hanyalah akibat bukan sebab. Apa yang dicari dari selingkuh? Karena dia tidak mendapatkan apa yang dia inginkan di rumah, dari pasangannya.
Jadi kalau kita merasa "saya sudah baik kok sama pasangan dan itu sudah cukup", nahh yang kayak gini ga boleh, tanya dulu donk sama pasangannya apakah benar kenyataanya pasangan kita sudah baik :))
Toleransi bukan melakukan pembiaran. Maksudnya jika ada masalah segera hadapi dan selesaikan jangan sampai ketika masalah ini meledak dan makin besar penanganan menjadi terlambat. Untuk itu diperlukan skill komunikasi agar pasangan mau mendengar kita tanpa membuat perasaan tidak nyaman dan salah pengertian.
"Soulmate itu diciptakan bukan ditemukan". Disini perlu perjuangan seumur hidup. Tak mudah saat awal melakukan tapi jika itu tercapai surga dunia menanti :).
Cerai adalah cara "mudah" untuk dilakukan. Tinggal daftar ke pengadilan agama dan menunjuk pengacara. Cara yang "sulit" mau melakukan introspeksi, perbaikan diri, perbaikan diri, transformasi diri dan perubahan mindset. Mereka juga harus mau mengalami perasaan tidak nyaman dalam proses ini dan bersabar dalam prosesnya.
Apakah dengan berubah kita menjadi seperti orang lain?. Berubah itu tumbuh menjadi orang yang lebih baik. Menjadi kita yang lebih baik. Berubah karena kesadaran sendiri lebih baik daripada dipaksa harus berubah.
Mempertahankan pernikahan hanya karena anak bukanlah pilihan yang bijak. Apalagi jika bertahan tetapi tidak memperbaiki kualitas hubungan. Tetap perang dingin, tidak peduli atau saling serang. Apa yang akan direkam oleh alam bawah sadar anak? Apa yang sedang kita sampaikan dan ajarkan kepada anak ? Sadarkah tindakan tersebut merupakan programming yang buruk bagi anak ? Lebih baik mengambil sikap demi anak saya akan memperbaiki kehidupan pernikahan saya.
"Jangan terburu-buru melakukan hubungan baru". Jika ini yang dilakukan merupakan bentuk melarikan diri dari kesedihan akibat gagal sebelumnya.
"Ingin perbaiki hubungan dengan pasangan? Perbaiki hubungan anda dengan orang tua!".
Jika kita merasa sendiri. Mendekatlah kepadaNya, mohon ampunan Nya mintalah bantuan Nya.
Jika kita mempunyai sifat-sifat yang jelek, bisakah kita mengatakan "terimalah aku apa adanya". Bukankah sebaiknya kita perlu mengubah diri. Jika kita tidak nyaman akan sebuah hubungan apakah kita tetap mempertahankan sebuah hubungan.
Untuk membangun trust atau kepercayaan kita harus menciptakan rasa nyaman terlebih dahulu. Untuk bisa menciptakan dan mendapatkan rasa nyaman, kedua belah pihak harus berani menyatakan ketidaknyamanan dulu? Mengapa? Karena prosesnya seperti trial dan error. Kadang-kadang kita sering terkejut ada hal yang kita pikir biasa saja, ternyata bisa membuat pasangan kita merasa tidak nyaman. Atau belakangan baru kita ketahui ternyata pasangan kita selama ini hanya hanya berpura-pura merasa tidak nyaman karena tidak ingin menyakiti kita. Jangan-jangan malah kita yang selama ini berperilaku seperti itu.
Trust adalah bagaimana seseorang bisa mempercayai pasangannya, bukan hanya dalam masalah dengan pihak ketiga, tetapi lebih kepada bagaimana dia bisa mempercayakan hati, perasaan dan pikirannya kepada pasangannya.
Jangan percaya buta kepada pasangan. Jangan berasumsi bahwa pasangan kita akan selalu baik-baik saja. Jangan berasumsi bahwa selama ini dia pasti sudah bahagia hidup dengan kita, semua kebutuhannya sudah terpenuhi oleh kita, dan rasa sayang dia kepada kita selalui tinggi. Lakukan crosscheck, cari tahu sebenarnya saat ini kondisi anda dan pasangan ada dimana? Godaan selalu ada sehingga kedua belah pihak mau saling menjaga dan saling mengingatkan. Karena tidak ada sebuah hubungan yang konstan dan stabil. Selalu naik dan turun. Jangan sampai saat sedang turun, bersamaan dengan kondisi keimanan seseorang sedang turun, datang godaan. Apapun bisa terjadi.
Pasangan kita adalah partner, istri/suami, sahabat, ibu/ayah dan kekasih. Hubungan yang lengkap jd bukan hanya sekedar suami/istri saja.
Salah satu perbedaan wanita dan pria adalah Cara berpikirnya yang berbeda, begitu juga dengan cara merespon sebuah masalah. Dengan memahami bahwa pria dan wanita memang berbeda, akan membantu kita dalam membangun hubungan yang sehat dengan pasangan.
Lima bahasa kasih manusia menurut Dr Gray Chapman yaitu ; kata-kata pendukung (words of affirmation), sentuhan fisik (physical touch), hadiah (receiving gifts), saat-saat yang berkesan (quality time), pelayanan (acts of service).
Be loveable. Permudahlah pasangan untuk bisa menyukai kita. Banyak hal yang akan menjadi lebih mudah dalam perjalananya jika kita terus secara konsisten membuat diri kita berharga untuk diperjuangkan.
Selingkuh salah satunya diawali dengan curhat ke lawan jenis. Godaan yang datang bisa sangat halus bentuknya dan memabukkan. Pelan tapi pasti akan membuat merindukan curhat kepada dia dan tanpa sadar masuk ke dalam situasi yang rumit apalagi jika teman curhat sudah berkeluarga.
"Jangan pernah meminta pasangan untuk memilih, antara anda atau orangtuanya. Itu bukan sebuah pilihan". Saat menikah, camkan ke diri sendiri bahwa saat itu mempunyai orang tua baru. Belajarkah untuk bisa melihat mereka sebagai orang tua sendiri, sehingga tidak ada lagi pikiran orangtua dan mertua. Bila ternyata memang orang tua menunjukkan sikap yang kurang bersahabat terhadap pasangan. Jangan lupakan untuk membantunya memiliki sudut pandang yang tepat terhadap sikap ini. Karena banyak faktor yang menyebabkan seseorang memiliki perilaku negatif. Sikap keras dan sinis adalah buah dari masa kecil seseorang yang kurang mendapat kasih sayang.
Skill komunikasi sangat penting dalam pernikahan seperti : menjadi pendengar yang baik, jangan berasumsi, hati-hati dengan intonasi, timing, perhatikan bahasa tubuh dan aktifkan radar (pandai membaca yang tersirat).
Pada dasarnya tidak ada orang yang suka dituntut. Namun, sayangnya tidak semua orang mempunyai kesabaran dan keuletan dalam menuntun.
Jangan menganut aliran kebatinan maksudnya tidak mengucapkan apa yang kita pikir dan rasakan tapi berharap dia bisa membaca dan mengerti apa yang kita pikirkan dan rasakan. Mengungkapkan secara langsung tentang apa yang kita rasakan kepada pasangan, kekaguman, rasa terima kasih, kasih sayang insya Allah semakin menghangatkan hubungan kita dengan pasangan.
Berkomunikasi bukan hanya apa yang kita ucapkan, tetapi juga bagaimana cara kita menyampaikan. Bahasa tubuh, ekspresi dan intonasi harus diperhatikan. Saat berkomunikasi, tatapan mata kita bisa berbicara sangat banyak. Jangan sampai tatapan mata ini hanya di gunakan saat sedang emosi dan marah. Tatapan mata mempertanyakan, menusuk, tajam menghujam seakan sudah otomatis dilakukan. Sebainya beri tatapan teduh kepada pasangan (bisa makin cinta deh :) )
Komitmen dalam pernikahan bukan hanya kesetiaan tapi juga komitemen terhadap peningkatan kualitas kehidupan dan kebahagiaan dalam pernikahan.
Prinsip paling dasar yang harus kita yakini, lakukan yang terbaik serahkan hasil akhir kepada Allah. Banyak2 berdoa dan berbuat kebaikan.
Berserah tidak sama dengan menyerah. Menyerah artinya berhenti berjuang sedangkan berserah adalah sikap mental yang sejak awal sudah kita sadari bahwa hasil akhir adalah hak Allah bukan manusia.
Hhhmm panjang dan banyak yah saya tulis mengenai buku ini hampir secara keseluruhan. Biasanya saya kalau bikin review buku paling singkat tapi karena buku ini hampir tiap halamannya penuh dengan ilmu sayang kalau tidak saya tulis sekalian saya belajar untuk mengingatnya dan yang paling penting melaksanakannya.
Semoga kehidupan pernikahan kita bahagia dan tercapai tujuan dunia dan akhirat. Dan kelak di akhirat kita dikumpulkan di surga bersama orang-orang yang kita cintai. Aamiin...
Powered by Telkomsel BlackBerry®































Tidak ada komentar:

Posting Komentar