Rabu, 25 Juli 2012

Sang Burung Biru (Perjalanan Inspiratif Blue Bird Group)

Judul Buku           : Sang Burung Biru (Perjalanan Inspiratif Blue Bird Group)
Pengarang            : Alberthiene Endah
Penerbit               : Gramedia
Jumlah Halaman   :  355 Hal

 "Sejarah perjuangan bukan sekidar kisah. Ia adalah energi abadi dan penjaga semangat. Jika tak ada rangkaian ketabahan dan kegigihan di masa sulit itu, belum tentu ada kesuksesan hari ini....."

Ingat Taxi, Ingat Blue Bird. Beberapa tahun yang lalu  dan mungkin sampai sekarang jika ingin naik taxi yang aman dan argo nya ga macam-macam Blue Bird adalah pilihan utama. Saya sendiri jika pergi sendirian dan naik taxi yang jaraknya jauh apalagi malam hari, memilih si biru walaupun harus nunggu lama. Saya hanya tau Blue Bird ketika taxi ini sudah jaya dan terkenal (soalnya saya lahir dan besar di daerah yang tidak ada taxi), apalagi pas liat di jalan mobilnya juga keren, bersih dan wangi.

Pada saat saya melihat buku mengenai perjalanan Blue Bird Group ini di toko buku langsung tertarik dan beli. Ada dua alasan membeli buku ini, yang pertama, karena penasaran bagaimana proses nya Blue Bird bisa eksis sekian lama. Alasan kedua melihat nama penulisnya.  Sebelumnya saya sudah beberapa baca buku mbak Alberthiene Endah (AE) baik novel maupun biografi, kalau soal novel udah ga perlu dibahas lagi, mbak AE jago nulis novel dengan tema yang menarik, tapi untuk biografi AE mempunyai tulisan yang khas, Biografi tidak ditulis dengan cara yang kaku seperti kita membaca buku sejarah, tapi biografi bisa ditulis layaknya novel, bahkan penuh drama, tentu saja bukan dibuat-buat, tapi kadang memang mengharukan jalan hidup seseorang. Jika sebelumnya biografi Chirsye dan Merry Riana yang saya baca selain mengharu biru tapi juga inspiratif.
Yang kita tau Blue Bird ini adalah usaha bisnis bukan personal, apakah cara bercerita AE masih sama atau kaku?. Bermula dari penasaran akhirnya saya bersuyukur, kenapa? karena..........*baca selanjutnya ya* :))))

Dari judulnya saja ada kata inspiratif. Berarti kisah Blue Bird ini benar-benar menginspiratif. Nama burung biru berasal dari sebuah kisah yang sangat disuka Bu Djoko pendiri Blue Bird. Kisah mengenai :
" Seorang gadis cilik yang miskin dan hidup dalam penderitaan,  Tapi tetap semangat dan optimis dalam menghadapi hari-harinya. Pada suatu hari gadis ini bermimpi agar mencari burung biru, yang konon dapat membawanya pada kehidupan yang aman dan bahagia. Si gadis cilik melakukan perintah itu tapi begitu banyak kesulitan dan godaan untuk membuatnya berhenti dan menyerah. Tapi ia tidak mengalah dan putus asa. Akhirnya ia menemukan juga burung biru itu dan membuat hidupnya cerah dan bahagia. Hilang segala perjalanan berat dan meletihkan tersebut"

Bu Djoko adalah seorang ibu rumah tangga dengan tiga orang anak. Suaminya seorang dosen dan memiliki jabatan terhormat. Walaupun keluarga pejabat hidup mereka sangat sederhana seperti layaknya seorang PNS lainnya. Maka ketika suaminya Prof Djokosoetono, SH meninggal, Bu Djoko tak ingin terus menangis, ada 3 anak yaitu Chandra, Mintarsih dan Purnomo yang harus tetap sekolah dan biaya hidup walaupun tinggal di lingkungan mewah menteng. Bisnis pertama yang dijalankan Bu Djoko adalah menjual kain batik yang dijual langsung door to door dengan dibantu anak-anaknya. Penjualan batik ini tidak berjalan mulus, tapi Bu Djoko pantang putus asa kemudian ia beralih berjualan telur tidak hanya secara eceran tapi juga agent. Bisnis ini berkembang sangat bagus sampai rumah mereka di menteng itu menjadi khas bau telur.
Ketika bisnis telur sudah berjalan mantap, Bu Djoko mempunyai ide baru, dua mobil sedan dari pemerintah hendak dimanfaatkan untuk dijadikan taxi. Disinilah awal perjuangan taksi biru dimulai.

Proses Blue Bird seperti saat ini prosesnya sangat panjang, butuh kerja keras, semangat, dan ketekunan. Semua itu dijalani Bu Djoko dengan anak-anaknya. Mereka tidak langsung kaya dengan memiliki bisnis taxi semua harus berpayah-payah dahulu. Zaman dahulu belum ada izin taxi resmi, adanya taxi gelap, tekhnologi juga belum secanggih sekarang. Tanpa pengalaman, dana dan tim ahli, Bu Djoko semangat menjalani usaha tersebut dengan prinsip kejujuran dan kepercayaan. Segala khawatir yang ada di hatinya disingkirkan dari pikirannya yang penting usaha ini jalan.

Membaca buku ini seperti mengikuti sebuah proses kehidupan. Tak ada yang tiba-tiba, segala proses jatuh bangun, kesulitan, kebahagiaan, konflik dan kesuksesan semua diceritakan di buku ini. Saat ini Blue Bird sudah dipegang oleh generasi ke tiga semoga semangat, prinsip dan cita-cita pendirinya tetap menjadi nafas dalam bisnis tersebut.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar